Jakarta, ICMES. Yaman melanjutkan operasi militernya di Laut Merah dan Laut Arab untuk mendukung Gaza. Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang kapal perusak AS USS Graveley’ dengan rudal maritim.
Di tengah berlanjutnya konfrontasi antara Hizbullah dan Israel, seorang pejabat senior Hizbullah menyatakan pihaknya siap sepenuhnya menghadapi perang total yang mungkin akan berkobar melawan rezim Zionis tersebut.
Pemimpin Mossad David Barnea mengungkapkan kepada Dewan Perang Israel sebuah “dokumen prinsip” untuk kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas, yang mencakup pembebasan 35 tawanan Israel di Jalur Gaza pada fase pertama, dengan imbalan gencatan senjata selama 35 hari.
Berita selengkapnya:
Pasukan Yaman Serang Kapal Perusak AS USS Gravely
Yaman melanjutkan operasi militernya di Laut Merah dan Laut Arab untuk mendukung Gaza. Angkatan Bersenjata Yaman mengumumkan pihaknya telah menyerang kapal perusak AS USS Graveley’ dengan rudal maritim.
Angkatan Bersenjata Yaman menegaskan bahwa serangan itu dilakukan sebagai respon atas agresi AS-Inggris terhadap Yaman, dan demi membela rakyat tertindas Palestina di Gaza.
Yaman juga menegaskan kembali bahwa semua kapal perang AS dan Inggris di Laut Merah dan Laut Arab menjadi target Angkatan Bersenjata Yaman.
Sanaa menekankan pencegahan berkelanjutan terhadap pelayaran Israel menuju pelabuhan-pelabuhan Palestina pendudukan.
AS mengakui serangan tersebut. Komando Pusat AS (Centcom) berbicara tentang peluncuran rudal anti-kapal ke arah Laut Merah, dan mengklaim bahwa kapal perusak AS di sana telah menembak jatuh rudal tersebut.
Sanaa mengaku siap berkonfrontasi jangka panjang dengan AS dan Inggris. Mereka akan terus menargetkan kapal-kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang pendudukan sampai agresi terhadap Gaza berhenti.
Menteri Pertahanan di Sanaa, Mayor Jenderal Muhammad Nasser Al-Atifi, menegaskan bahwa para pemimpin, pemerintah , rakyat, tentara, dan geografi Yaman terlampau kuat untuk terguncang oleh serangan kriminal segi tiga AS-Inggris- Rezim Zionis Israel.
Dia menambahkan bahwa kelanjutan agresi berbahaya terhadap Yaman merupakan pelanggaran terbuka terhadap kedaulatan dan mengganggu stabilitas keamanan dan stabilitas kawasan.
Dia menyebutkan bahwa koalisi agresor itu tidak menyadari bahwa rakyat dan Angkatan Bersenjata Yaman tidak akan takut terhadap rudal dan bom AS yang dilarang secara internasional, dan bahwa armada, kapal induk, dan kapal perusak tidak akan menghalangi mereka untuk melaksanakan tugas mereka.
Dalam konteks militerisasi Laut Merah dan membela kepentingan Israel, Uni Eropa mengumumkan akan mengirimkan pasukan ke Laut Merah.
Para menteri pertahanan negara-negara Uni Eropa membahas operasi militer gabungan Eropa di Laut Merah dalam pertemuan mereka di Prancis.
Berbagai sumber menyebutkan adanya perbedaan pendapat antara Italia dan Prancis mengenai kepemimpinan operasi dan sifat mandat yang akan dijalankannya.
Komisaris Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengumumkan bahwa misi pasukan Uni Eropa di Laut Merah hanya untuk melindungi kapal, dan tidak akan menjadi bagian dari serangan terhadap Yaman. (alalam)
Hizbullah Nyatakan Siap Sepenuhnya Berperang Total Melawan Israel
Di tengah berlanjutnya konfrontasi antara Hizbullah dan Israel, seorang pejabat senior Hizbullah menyatakan pihaknya siap sepenuhnya menghadapi perang total yang mungkin akan berkobar melawan rezim Zionis tersebut.
Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Sayyed Hashem Safieddine, menyatakan kesiapan itu dalam pidatonya di sebuah upacara di Beirut, ibu kota Lebanon, Rabu (31/1).
“Respon potensial Hizbullah terhadap kesalahan perhitungan Israel mengenai Lebanon akan sangat kuat dan cepat,” tegasnya, seperti dikutip jaringan televisi Al-Manar milik Hizbullah.
Hizbullah pernah dua kali berperang melawan Israel pada tahun 2000 dan 2006, dan di situ Hizbullah berhasil memaksa pasukan Zionis Israel mundur secara memalukan.
Israel mulai melancarkan serangan sporadis terhadap Lebanon setelah dimulainya perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, yang memicu baku tembak dengan Hizbullah.
Konfrontasi Hizbullah dengan Israel semakin meningkat intensitasnya menyusul serangkaian pembunuhan yang dilakukan oleh Israel, termasuk terhadap Saleh Al-Arouri, seorang pejabat senior gerakan perlawanan Palestina Hamas, yang gugur dalam pembunuhan pada tanggal 2 Januari.
Belakangan ini Hizbullah mulai menggunakan rudal , termasuk Falaq 1 dan Burkan, dalam operasi pembalasan terhadap sasaran-sasaran Israel.
Safieddine menegaskan Hizbullah sengaja memperkenalkan senjata baru tersebut dalam pertempuran perbatasan.
“Ini hanyalah sebagian dari apa yang kami miliki,” katanya.
Dia juga menegaskan bahwa semua ancaman Israel terhadap Lebanon tidak membuahkan hasil, dan bahwa musuh akan gagal menggagalkan gerakan dalam konfrontasi lintas batas.
Sementara itu, tentara Israel pada hari Rabu memutuskan untuk mengurangi pasukannya di kota-kota dekat perbatasan Lebanon, menurut situs berita Ynet milik Israel.
Menurut Ynet, tentara Israel memutuskan untuk “mengurangi jumlah tentara yang ditempatkan di kota-kota Israel dekat perbatasan Lebanon dan mengurangi jumlah pasukan militer yang dikerahkan di wilayah tersebut.”
Ynet memenambahkan: “Unit tim siaga lokal sekarang akan bertanggung jawab untuk mengamankan kota-kota ini, dan akan diminta untuk menanggapi insiden dan ancaman keamanan di kota-kota mereka sampai pasukan militer tiba.”
Tentara Israel telah mengevakuasi puluhan ribu warga Israel dari puluhan kota dekat perbatasan Lebanon sejak dimulainya perang di Jalur Gaza pada Oktober lalu. (almanar/raialyoum)
Gencatan Senjata Diusulkan untuk Gaza, Begini Beberapa Rinciannya
Saluran 12 TV Israel pada Rabu malam (31/1) mengungkapkan bahwa pemimpin Mossad David Barnea mengungkapkan kepada Dewan Perang Israel sebuah “dokumen prinsip” untuk kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas, yang mencakup pembebasan 35 tawanan Israel di Jalur Gaza pada fase pertama, dengan imbalan gencatan senjata selama 35 hari.
Saluran tersebut mengatakan bahwa dokumen yang diserahkan oleh Barnea kepada Dewan Perang “mencakup pembebasan 35 orang tawanan yang selamat dari kalangan perempuan wanita, serta tawanan yang terluka, dan orang tua, dengan imbalan gencatan senjata yang berlangsung selama 35 hari, yang berarti satu hari gencatan senjata untuk setiap orang yang diculik (yang ditawan Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023).”
Dia menambahkan, “Setelah itu, ada kemungkinan untuk memperpanjang masa tenang selama satu minggu tambahan, untuk mengadakan perundingan mengenai kemungkinan menyelesaikan kesepakatan tahap kedua, yang mencakup pembebasan pemuda, dan semua orang yang disebut Hamas sebagai tentara.”
Saluran tersebut menilai bahwa “inti dari perselisihan di pihak Israel tidak selalu terletak pada jumlah tahanan keamanan (tahanan Palestina) yang akan terpaksa dibebaskan oleh Israel dari penjara, namun pada kualitas mereka.”
Media itu menyebutkan bahwa kesepakatan akan “mencakup pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina, yang dihukum oleh Tel Aviv karena terlibat dalam serangan yang mengakibatkan terbunuhnya orang Israel”, dan pembebasan tahanan Palestina ini “akan sulit dicerna oleh masyarakat dan politisi.”
Channel 12 menyatakan sejauh ini “belum ada kesepakatan mengenai jumlah tahanan (Palestina) yang akan dibebaskan (oleh Israel).”
Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, Selasa lalu mengumumkan pihaknya telah menerima proposal kesepakatan yang diedarkan dalam rangka upaya menghentikan perang Israel di Jalur Gaza dan menyelesaikan perjanjian pertukaran tawanan, dan bahwa pihaknya sedang mempelajarinya.
Dalam sebuah wawancara dengan AFP dia juga mengatakan, “Jalur Gaza saat ini tidak layak untuk ditinggali.” (raialyoum)