Jakarta, ICMES. Lima orang telah ditembak mati di pinggiran Tel Aviv, Israel, Selasa malam (29/3), dalam serangan mematikan untuk yang ketiga kalinya dalam kurun waktu satu minggu.

Pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengumumkan penghentian operasi militernya di Yaman, mulai dari pukul 06.00 Rabu (30/3).
Kepala Pusat Pertahanan Nasional Rusia Mikhail Mezintsev menyatakan bahwa kelompok yang disebutnya “Neo-Nazi†menjadikan lebih dari 4,5 juta orang Ukraina dan 6.500 warga negara asing sebagai tameng manusia di berbagai kota dan daerah tempat mereka bersembunyi di Ukraina.
Berita Selengkapnya:
Gempar Lagi, Pemuda Palestina Tembak Mati Lima Orang di Daerah Ultra-Ortodoks Israel
Lima orang telah ditembak mati di pinggiran Tel Aviv, Israel, Selasa malam (29/3), dalam serangan mematikan untuk yang ketiga kalinya dalam kurun waktu satu minggu.
Serangan itu dilakukan oleh seorang pria bersenjata di Bnei Brak, salah satu daerah ultra-ortodoks Yahudi terpadat di Israel,
Pria bersenjata itu ditembak mati oleh polisi, kata seorang paramedis di tempat kejadian.
Pasukan keamanan Israel berada dalam siaga tinggi setelah serangan oleh orang Arab Israel pada Selasa dan Minggu lalu, yang menewaskan enam orang.
Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan pria bersenjata berpakaian gelap mengangkat senjata otomatisnya dan melepaskan tembakan melalui jendela ke arah penumpang mobil dari jarak dekat.
Jerusalem Post melaporkan satu orang ditemukan tewas di dalam mobil dan lainnya di jalan-jalan sekitarnya.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengadakan pertemuan keamanan darurat dan kabinet keamanannya akan bersidang pada hari ini, Rabu.
“Israel menghadapi gelombang terorisme Arab yang mematikan. Pasukan keamanan sedang beroperasi. Kami akan melawan teror dengan ketekunan, keras kepala, dan tangan besi,†ungkap Bennet.
Mantan Perdana Menteri dan pemimpin oposisi saat ini Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel berada “di tengah gelombang terorisme berbahaya yang belum pernah kita lihat selama bertahun-tahun… Tindakan tegas harus diambil untuk memulihkan perdamaian dan keamanan bagi warga Israel” .
Media Israel menyebutkan bahwa pelaku serangan itu adalah seorang pemuda Palestina berusia 27 tahun dari sebuah desa di utara wilayah pendudukan Tepi Barat.
Otoritas Israel mengimbah para pemukim Zionis di Bnei Brak dan Ramat Gan agar tidak keluar rumah.
Media Israel menyebutkan, “Rasa aman Israel, malam ini, berada pada tingkat terendah sejak Operasi Perisai Pertahanan” pada tahun 2002.
Menlu Yair Lapid berkeluh, “Malam ini sangat keras, dan pasukan keamanan Israel menghadapi hari-hari yang menegangkan.â€
Kepala gerakan Zionis garis keras Shas, Aryeh Deri, mengatakan, “Ini adalah malam yang sangat keras dan menyakitkan. Israel berada di puncak gelombang terorisme kejam yang belum pernah diketahui selama bertahun-tahun terhadap orang Israel.“
Keamanan telah ditingkatkan di seluruh Israel dan di Tepi Barat menyusul dua serangan sebelumnya. Serangan pertama dilakukan oleh seorang warga Arab Israel. Penyerang mengendarai mobilnya ke pengendara sepeda, membunuhnya, kemudian menikam tiga orang sampai tewas di luar sebuah pusat perbelanjaan di kota selatan Beersheba.
Lima hari kemudian, dua orang Arab Israel lainnya melepaskan tembakan di halte bus di kota utara Hadera, menewaskan dua petugas polisi.
Ketiga penyerang ditembak mati.
Ada kekhawatiran insiden serupa akan terjadi pada bulan depan, terutama ketika pada bulan suci Ramadhan juga berlangsung peringatan Paskah Yahudi dan Paskah Kristen dalam konvergensi langka.
Pada tahun tahun lalu, bentrokan meluas dan berubah menjadi perang selama 11 hari antara Israel dan faksi-faksi pejuang Palestina, terutama Hamas, di Jalur Gaza yang diblokade Israel sejak tahun 2007. (mm/almayadeen/alalam/bbc)
Koalisi Pimpinan Saudi Umumkan Penghentian Operasi Militer di Yaman
Pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengumumkan penghentian operasi militernya di Yaman, mulai dari pukul 06.00 Rabu (30/3).
Koalisi itu pada Selasa malam (29/3) menjelaskan bahwa penghentian operasi militer di Yaman itu ditujukan untuk “menyukseskan perundingan dan menciptakan suasana positif untuk menciptakan perdamaian†serta “ sebagai respon atas seruan Sekjen Dewan Kerjasama Teluk (GCC)†dan “ demi mencapai solusi politik yang komprehensif dan berkelanjutan untuk mengakhiri krisis Yamanâ€.
Sebelumnya di hari yang sama GCC menyerukan kepada koalisi itu dan semua pihak yang di Yaman agar “menghentikan operasi militer yang berkelanjutan sejak sekira tujuh tahun di Yamanâ€.
GCC dalam sebuah pernyataannya menyebutkan bahwa kepala organisasi negara-negara Arab Teluk Persia ini, Falah Mubarak Al-Hajraf, telah menyampaikan suatu seruan “yang mengajak para pemimpin koalisi Saudi di Yaman dan semua pihak Yaman agar menghentikan operasi militer di dalam wilayah Yamanâ€.
Kepala Dewan Politik Tertinggi Yaman yang berbasis di Sanaa, Mahdi al-Mashat, pada 26 Maret, mengumumkan secara sepihak, “penangguhan serangan rudal dan pesawat nirawak serta semua aksi militer terhadap Arab Saudi, melalui darat, laut dan udara, untuk jangka waktu tiga hari. “
Al-Mashat menegaskan “kesiapan Sanaa mengubah pengumuman ini menjadi komitmen final dan tegas, jika Arab Saudi berkomitmen mengakhiri blokade dan menghentikan serangannya di Yaman untuk selamanya.”
Inisiatif yang diumumkan oleh Al-Mashat mulai berlaku pada Minggu lalu, 27 Maret, pukul 18:00 waktu Sanaa. (almayadeen)
Rusia Sebut “Neo-Nazi†Jadikan 4.5 Juta Orang Ukraina sebagai Tameng Manusia
Kepala Pusat Pertahanan Nasional Rusia Mikhail Mezintsev menyatakan bahwa kelompok yang disebutnya “Neo-Nazi†menjadikan lebih dari 4,5 juta orang Ukraina dan 6.500 warga negara asing sebagai tameng manusia di berbagai kota dan daerah tempat mereka bersembunyi di Ukraina.
“Neo-Nazi masih menyandera lebih dari 4,5 juta warga sipil dan menggunakannya sebagai tameng manusia di Kyiv, Kharkov, Chernigov, Sumy, Mariupol dan lebih dari 20 kota besar lainnya, serta 6.515 warga 19 negara asing,” ungkap Mizintsev, Selasa (29/3).
Dia juga menyebutkan bahwa para awak lebih dari 60 kapal masih tertahan di pelabuhan-pelabuhan Ukraina akibat tingginya risiko terkena ranjau yang disebabkan oleh otoritas Kyiv.
Mizintsev memastikan bahwa “pasukan Rusia setiap hari dari pukul 8:00 hingga 19:00 waktu Moskow membuka jalur laut kemanusiaan yang aman sepanjang 80 mil ke barat daya dan lebar 3 mil”. Dia menjelaskan bahwa jalur-jalur itu “terbuka di kedua arah , dan Anda dapat melewatinya menuju Rusia dan ke arah barat menuju wilayah yang berada di bawah kendali otoritas Ukrainaâ€.
Menurutnya, pihak Ukraina menghindari interaksi dalam penyelesaian masalah ini dam sampai sekarang belum menyatakan kesiapannya menjamin keamanan kapal asing.
Mizintsev kembali meminta Organisasi Maritim Internasional dan para pemilik kapal menekan Kyiv supaya otoritas Ukraina memastikan keluarnya kapal asing dengan aman dari pelabuhan-peabuhan Ukraina.
Dia juga menekankan bahwa pasukan Ukraina dan batalyon Nazi mereka melakukan rekonsolidasi dengan memanfaatkan gencatan senjata kemanusiaan yang disepakati oleh Rusia.
“Pasukan ini sedang mempersiapkan posisi tembak di daerah perumahan, rumah sakit, sekolah dan taman kanak-kanak, di mana warga sipil ditahan secara paksa sebagai perisai manusia,†ujarnya.
Kemhan Rusia mengumumkan pihaknya membuka koridor kemanusiaan pada hari Selasa untuk mengevakuasi warga sipil Ukraina dan warga negara asing di lima poros di Ukraina. Kemhan ini juga memutuskan untuk secara signifikan mengurangi serangan ke Kyiv dan Chernigov.
Di hari yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin memberi tahu Presiden Prancis Emmanuel Macron “proses penyaluran bantuan kemanusiaan dan evakuasi warga sipil, termasuk dari kota Mariupolâ€.
Kremlin dalam sebuah pernyataannya menyebutkan telah ada capaian bahwa “untuk mengatasi sulitnya situasi kemanusiaan di kota ini, para ekstremis Ukraina harus meletakkan senjata mereka.†(almayadeen)