Jakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan bahwa pawai Arba’in yang diikuti jutaan orang dari berbagai penjuru dunia menjadi pemandangan yang menakutkan bagi musuh.

Seorang petinggi militer Iran mengatakan bahwa sistem pertahanan udara taktis Sayyad buatan negara ini dapat menangangi lusinan target udara sekaligus pada jarak hampir 200 kilometer.
Situs berita Axios yang berbasis di Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa negara ini sedang mengintensifkan upayanya untuk meredakan ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hizbullah.
Berita Selengkapnya:
Menlu Iran: Pawai Arba’in Jutaan Peziarah ke Karbala Gentarkan Musuh
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan bahwa prosesi atau pawai Arba’in yang diikuti jutaan orang dari berbagai penjuru dunia setiap tahun untuk menandai peringatan hari ke-40 setelah kesyahidan Imam Husain ra, melambangkan perjuangan melawan penindasan dan perjuangan untuk kebebasan sehingga menjadi pemandangan yang menakutkan bagi musuh.
“Sebagai salah satu perkumpulan umat terbesar di dunia, pawai Arba’in mewakili sebuah gerakan kolosal, mulia dan mendalam, yang setiap tahunnya mempertemukan jutaan umat Islam dari seluruh dunia dengan berbagai kebangsaan, ras dan bahasa untuk memperingati kesyahidan Imam Hussein,†tulis Amir-Abdollahian dalam pesan yang diterbitkan di surat kabar Irak al-Zora dan al-Sabaah, Selasa (29/8).
Dia menyebutkan bahwa keimanan pada agama, kepada Tuhan, etika, keadilan, pembelaan terhadap kaum tertindas, kedekatan dengan negara-negara Muslim, perlawanan terhadap arogansi, dan pembentukan umat Islam yang bersatu adalah beberapa hal mendasar dalam prosesi Arba’in.
Amir-Abdollahian juga menyebut Arba’in sebagai jalan cahaya yang membangkitkan kemarahan musuh-musuh Islam.
“Sangat jelas bahwa musuh-musuh Islam, terutama Rezim Zionis, takut akan solidaritas dan kebesaran tersebut, dan mencoba dengan berbagai cara untuk mengobarkan perselisihan di kalangan umat Islam dengan menabuh genderang perselisihan dan mempromosikan ide-ide ekstremis di negeri-negeri Islam. Permusuhan ini memerlukan kewaspadaan tinggi dari masyarakat di kawasan untuk menghadapi ideologi jahat tersebut,†ungkapnya.
Menteri Luar Negeri Iran menyinggung sikap media yang berafiliasi dengan kekuatan dominan sehingga memilih untuk mengabaikan peristiwa besar global ini, atau hanya menyiarkan adegan singkat upacara berkabung, dan bahkan menampilkan narasi palsu tentang sekte tertentu yang mencoba mendapatkan hegemoni geopolitik atas sekte lain.
“Semua ini menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap pengaruh Arba’in Imam Husein (AS) dalam memberikan identitas pada tubuh masyarakat Islam,†tegasnya.
Arba’in menyatukan jutaan orang dari seluruh dunia, yang melakukan perjalanan sejauh 80 kilometer antara kota suci Najaf dan Karbala, tempat mereka berziarah ke makam Imam Husain.
Tahun lalu, juru bicara pemerintah Iran mengatakan lebih dari tiga juta peziarah Iran berbondong-bondong ke negara tetangganya, Irak, untuk berpartisipasi dalam peringatan Arba’in. Angka tersebut merupakan rekor baru.
Imam Hussein ra, cucunda Nabi Muhammad saw, dan 72 sahabatnya gugur syahid dalam apa yang dikenal luas sebagai Tragedi Asyura yang terjadi pada tahun 61 H/ 680 M, yaitu ketika dia dan sejumlah kecil pengikut setianya, termasuk beberapa anggota keluarganya, bangkit melawan pasukan penguasa lalim Yazid bin Muawiyah dari Bani Umayyah. (presstv)
Payung Rudal Iran ini Dapat Meladeni Puluhan Target Musuh
Seorang petinggi militer Iran mengatakan bahwa sistem pertahanan udara taktis Sayyad buatan negara ini dapat menangangi lusinan target udara sekaligus pada jarak hampir 200 kilometer.
Wakil Menteri Pertahanan untuk Riset dan Urusan Industri Afshin Naderi Sharif menyebut peralatan militer buatan negaranya sebagai sistem berbasis darat jarak menengah yang dapat dikerahkan, dengan keistimewaan khusus dibandingkan sistem serupa.
Sistem pertahanan udara itu dilengkapi dengan kemampuan perlindungan diri jarak pendek dibandingkan dengan sistem Khordad-3 dan Khordad-15.
Dia menambahkan bahwa sistem perlindungan diri dipasang di salah satu menara rudal sistem pertahanan udara, membuat senjata tersebut kebal terhadap potensi ancaman di ketinggian rendah.
Naderi Sharif mencatat bahwa sistem pertahanan udara baru itu memiliki mobilitas yang lebih besar karena radar dan peluncur rudalnya telah digabungkan ke dalam satu kendaraan.
Pejabat militer itu menjelaskan bahwa Sayyad dapat mendeteksi dan melacak 24 target pada jarak 180 kilometer dan secara bersamaan menyerang enam hingga 12 target dalam jarak 120 kilometer.
Iran dalam beberapa tahun terakhir telah membuat terobosan besar di sektor pertahanannya dan mencapai swasembada dalam memproduksi peralatan dan sistem militer yang penting.
Para pejabat militer Iran memuji kemajuan besar negaranya dalam memperluas jaringan pertahanan udara, dan menyatakan bahwa pasukan Iran berada pada tingkat kesiapan tertinggi untuk membela negaranya dari segala bentuk agresi.
Mereka memastikan bahwa kekuatan pencegahan yang dimiliki Iran telah membuat musuh lebih berhati-hati dalam bergerak, dan bahwa semua kepentingan dan peralatan mereka berada dalam jangkauan senjata Teheran.
Menurut mereka, Iran mampu menyerang kepentingan vital dan sensitif musuh di mana pun jika musuh mempunyai niat buruk. Mereka memastikan bahwa daerah yang jauh dari perbatasan Iran pun dipantau oleh unit pertahanan udara Iran untuk menghadapi kemungkinan ancaman. (fna)
AS Berusaha Cegah Eskalasi antara Israel dan Hizbullah
Situs berita Axios yang berbasis di Amerika Serikat (AS) melaporkan bahwa negara ini sedang mengintensifkan upayanya untuk meredakan ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hizbullah.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden berupaya mencegah “wabah permusuhan,†menurut keterangan yang dikutip Axios dari sumber-sumber Israel dan AS yang mengetahui masalah ini.
Sumber-sumber AS itu mengatakan bahwa Amos Hochstein, kepala penasihat Biden di bidang energi dan infrastruktur, akan tiba di ibu kota Lebanon, Beirut, pada hari Rabu (30/8), untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat senior Lebanon.
Situs itu juga mengutip pernyataan sumber AS bahwa Hochstein akan berupaya “meredakan ketegangan di perbatasan.â€
Para pejabat Israel mengatakan bahwa Brett McGurk, kepala penasihat Biden untuk urusan Timur Tengah, dan Barbara Leaf, kepala diplomat Departemen Luar Negeri untuk urusan Timur Tengah, bertemu dengan Menteri Keamanan Israel Yoav Gallant di New York pada hari Selasa (29/8), dan “membahas ketegangan di perbatasan Lebanon dan Israel (Palestina pendudukan)â€. (raialyoum)