Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 3 April 2019

Abdelaziz Bouteflika aljazairJakarta, ICMES: Abdelaziz Bouteflika akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Aljazair setelah sebulan ditekan gelombang unjuk rasa rakyat.

Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayyid Abdul Malik al-Houthi, menjelaskan mengapa Iran menjadi negara tangguh.

Hamas menyatakan bahwa rudal yang melesat dari Jalur Gaza dan menghantam Tel Aviv pada pekan lalu merupakan “kesalahan teknis”.

Iran membantah klaim Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo bahwa Washington berkeinginan memberikan bantuan kepada korban banjir di Iran.

Berita selengkapnya:

Ditekan Gelombang Unjuk Rasa, Presiden Aljazair Akhirnya Mundur

Setelah berkuasa selama hampir dua dekade, Abdelaziz Bouteflika akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Aljazair, Selasa (2/4/2019), dan menyerah kepada tekanan gelombang unjuk rasa rakyat setelah pihak tentara menyerah.

Media Aljazair melaporkan Selasa malam bahwa Bouteflika memberi tahu Dewan Konstitusi tentang pengunduran dirinya “mulai hari ini.”

Berita yang disiarkan oleh berbagai media, termasuk televisi nasional dan kantor berita resmi Aljazair, APS, menyebutkan bahwa Bouteflika “secara resmi memberi tahu Ketua Dewan Konstitusi mengenai keputusannya mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden.

Sesuai konstitusi Aljazair, ketua Majelis Nasional, Abdelkader Ben Saleh, 77 tahun, akan berfungsi sebagai penjabat presiden untuk paling lama 90 hari di mana pemilu presiden akan diadakan di sela jangka waktu ini.

Suara klakson mobil segera meriuhkan suasana jalan-jalan ibu kota menyambut pengunduran diri Bouteflika. Muncul pula beberapa konsentrasi massa, terutama di Alun-Alun al-Barid di ibu kota, dan banyak demonstran mengibarkan bendera nasional.

Senin lalu Kepresidenan Aljazair mengeluarkan pernyataan bahwa Bouteflika akan mengundurkan diri sebelum akhir masa jabatannya pada 28 April dan bahwa ia akan “membuat keputusan penting sesuai ketentuan konstitusi demi memastikan kelangsungan negara ini selama masa transisi yang akan dimulai dari tanggal yang akan diumumkan untuk pengunduran diri “.

Beberapa jam sebelum pengumuman pengunduran diri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Aljazair Letjen Ahmed Kayed Saleh yang merangkap Wakil Menteri Pertahanan dan semula tergolong loyal kepada Bouteflika menyerukan “implementasi segera solusi konstitusional”  yang memungkinkan pemakzulan Presiden Bouteflika.

Sejak lebih dari satu bulan rakyat Aljazair turun ke jalan-jalan di seluruh penjuru negeri ini menuntut pengunduran diri Bouteflika.

Bouteflika yang nyaris menghilang dari media sejak 2013 setelah menderita stroke telah berusaha untuk tetap berkuasa sebelum mengajukan usulan demi usulan guna meredakan gelombang unjuk rasa, namun upaya ini sia-sia.

Setelah mengumumkan pengunduran dirinya untuk masa jabatan kelima, dia mengumumkan penundaan pemilu presiden yang dijadwalkan 18 April 2019 dan berjanji untuk menyetujui reformasi yang akan membuka jalan bagi pemilihan presiden yang belum ditentukan tanggalnya.

Tapi massa pengunjuk rasa menolak mentah-mentah usulan ini dan menganggapnya sebagai perpanjangan dari aturan de facto-nya. Unjuk rasa kian intensif hingga akhirnya dia menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Dewan Konstitusi. (raialyoum)

Hamas Sebut Penembakan Rudal Palestina Ke Tel Aviv “Kesalahan Teknis”

Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Ismail Haniyeh, menyatakan bahwa rudal yang melesat dari Jalur Gaza dan menghantam Tel Aviv pada pekan lalu merupakan “kesalahan teknis”, tapi dia juga menyebutnya sebagai “contoh kecil” reaksi jika  “rezim pendudukan berpikir bodoh.”

“Rudal yang jatuh menimpa HaSharoun itu adalah kesalahan teknis, tapi juga merupakan contoh kecil jika rezim pendudukan berpikir untuk melakukan tindakan bodoh terhadap rakyat Palestina…. Apa tersembunyi masih lebih besar,” ungkap Haniyeh dalam pertemuan dengan para analis politik dan penulis di kota Gaza, Selasa (2/4/2019).

Pemimpin kelompok Palestina yang berkuasa di Jalur Gaza ini melanjutkan, “Kami sedang berupaya untuk mengakhiri penderitaan rakyat kami dan menghindarkan mereka dari perang.”

Ini merupakan pertama kalinya Hamas secara resmi berkomentar mengenai penembakan rudal dari Jalur Gaza yang sempat memicu konfrontasi militer pada pekan lalu itu.

Pakar politik Hossam al-Dajni yang menghadiri pertemuan itu mengatakan kepada AFP, “Ketika dia (Haniyeh) memberi tahu kami pada pertemuan itu bahwa rudal yang ditembakkan ke Tel Aviv  merupakan akibat dari kesalahan teknis maka dia ingin mengirim pesan yang jelas kepada Israel bahwa kubu resistensi siap menanggapi setiap agresi Israel, dan bahwa rudal ini terkait dengan kekuatan destruktif Hamas.” (raialyoum)

Pemimpin Ansarullah Yaman Jelaskan Mengapa Iran Kuat

Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayyid Abdul Malik al-Houthi, menjelaskan mengapa Iran menjadi negara tangguh, dan menyatakan bahwa serangan Amerika Serikat (AS) dan Israel berlangsung di kawasan Timteng dengan beragam label demi menerjang dan meruntuhkan bangsa Arab dan umat Islam.

“Umat ini sekarang mengalami tragedi era ofensif Amerika-Israel yang mencolok dan menampak dalam bentuk agresi. Umat ini hendak diubah menjadi pasar konsumen dan pengemis yang bergantung pada organisasi dan sumbangan agar dapat ditundukkan dan dieksploitasi,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada peringatan haul Sayyid Hussein Badr al-Din al-Houthi, Selasa (2/4/2019).

Al-Houthi menambahkan bahwa pasca serangan 11 September, AS dan Israel bergerak dalam serangan komprehensif kolonial yang menyeret kawasan Timteng ke tahap berbahaya.

“Pasca pernyataan sikap Trump mengenai Golan rezim-rezim anteknya paling banter hanya dapat merilis pernyataan lunak bahwa Golan adalah Suriah dan Palestina adalah Arab,” ujarnya.

Pemimpin gerakan Ansarullah menekankan bahwa kaum takfiri, Kerajaan Saudi, UEA dan semisalnya bergerak dengan tema yang sama seperti yang diinginkan AS dan menghadang semua orang yang melawan proyek hegemoni, dan pada akhirnya AS tidak akan menyisakan legitimisasi apa pun kepada rezim-rezim satelit itu dan malah akan merekonstruksi mereka di masa mendatang.

“ Apa yang disebut Trump sebagai sapi perah adalah pandangan yang sama AS terhadap para pengikutnya dan mereka yang dieksploitasi olehnya di berbagai bidang,” ungkapnya.

Namun, Al-Houhti kemudian menyebutkan adanya gerakan rakyat yang bertolak dari prinsip al-Quran sehingga dapat membuktikan kapabilitasnya, yaitu Poros Resistensi yang dipelopori Iran sehingga muncul kelompok-kelompok semisal pejuang Hizbullah dan faksi-faksi militan Palestina.

“Iran berpengalaman dalam membangkitkan semua ini. Inilah yang membuatnya berada dalam posisi kuat, dan negara inilah yang melindungi Irak dan Suriah di depan serangan takfiri,” tuturnya.

Dia mengingatkan, “Setiap rezim, jika terpisah dari rakyatnya, akan berada dalam posisi lemah sehingga mengandalkan dan berlindung pada kebijakan pemuasan AS dan Israel.”

Abdul Malik al-Houthi menutup pidatonya dengan menyebutkan bahwa pihak-pihak yang kini memusuhi AS dan melawan Israel berhadapan dengan rezim-rezim anteknya yang menyerang dengan berbagai cara di Yaman, Lebanon, dan Palestina.

“Kami peduli kepada penguatan pirnsip-prinsip dan nilai-nilai absah Qur’ani untuk mengasah kecerdasan dan memperkokoh keteguhan, hubungan, dan percayaan kepada Allah,” pungkasnya. (alalam)

Zarif Sebut Kesediaan AS Bantu Korban Banjir Iran “Berita Palsu”

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membantah klaim Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo bahwa Washington berkeinginan memberikan bantuan kepada korban banjir di Iran, dan menyebut klaim itu “berita palsu.”

Bantahan dan kecaman itu dinyatakan Zarif di halaman Twitternya, Selasa (2/4/2019). “Lembaga Bulan Sabit Merah Iran tidak dapat menerima dana apa pun karena sanksi ilegal AS” tulis Zarif. Dia juga menyebut sanksi AS sebagai kasus “terorisme ekonomi”.

Sebelumnya di hari yang sama, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi menyatakan bahwa sanksi AS telah memblokir dukungan bantuan asing. (presstv/alalam)