Jakarta, ICMES: Ketua otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyebut prakarsa Amerika Serikat (AS) yang dinamai “Deal of the Century” sebagai prakarsa dan celaka, dan mengingatkan bahwa penyelesaian kemelut Palestina harus dimulai dari masalah politik sebelum persoalan ekonomi.
Kepala Komisi Pusat Intifada dan al-Quds di Dewan Koordinasi Media Islam yang berbasis di Iran, Brigjen Ramezan Sharif, menegaskan bahwa bangsa Palestina telah beralih dari periode perjuangan dengan batu ke periode perjuangan dengan rudal.
Israel memiliki undang-undang yang melarang penjualan senjata keada negara-negara Arab lawan, meski demikian negara Zionis penjajah Palestina itu ternyata menjual senjata dan peralatan militer ke sejumlah negara Arab.
Media online Al-Araby Al-Jadeed menyebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya memilih mundur di depan Iran yang ternyata sama sekali tak mempan digertak dengan kekuatan militer.
Berita selengkapnya:
Mahmoud Abbas: Deal of the Century Prakarsa Aib Dan Celaka
Ketua otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyebut prakarsa Amerika Serikat (AS) yang dinamai “Deal of the Century” sebagai prakarsa dan celaka, dan mengingatkan bahwa penyelesaian kemelut Palestina harus dimulai dari masalah politik sebelum persoalan ekonomi.
“Siapa pun yang ingin menyelesaikan masalah Palestina harus memulai dengan masalah politik, bukan dengan menjual ilusi miliaran yang tak ada kaitannya dengan harapan kami dan tidak pula akan kami terima, karena urusan kami bersifat politis,” kata Abbas, sebagaimana dikutip kantor berita Palestina Wafa, Senin (27/5/2019).
Dia menambahkan: “Perkara kami semakin maju selangkah demi selangkah dan kami akan mencapai, insya Allah, sebuah negara Palestina merdeka dengan al-Quds ( Yerusalem) sebagai ibukotanya, sedangkan Deal of the Century atau kesepakatan cela itu akan masuk neraka, dengan seizin Allah, dan proyek ekonomi yang akan mereka konferensikan pada bulan depan untuk menyuguhkan ilusi-ilusi kepada kami juga akan menuju neraka.”
Dia menambahkan, “Sudah kami katakan pernyataan kami dan akan terus kami katakan setiap saat, dan telah kami rilis pernyataan-pernyataan yang perlu bahwa kami tidak akan pernah menerima pertemuan (konferensi di Bahrain) itu dan hasil-hasilnya, karena mereka menjual kepada kami ilusi-ilusi yang sama sekali tidak akan mencapai apapun. Kami tidak memerlukan dukungan mereka, sebab berkat jerih payah anak-anak bangsa kami, Palestina, kami sanggup membangun sebuah negara modern dengan segala keistimewaannya.”
Gedung Putih akan mengutarakan bagian pertama Deal of the Century dalam konferensi di Bahrain yang akan diselenggarakan pada akhir Juni mendatang.
Trump menyebut prakarsa itu diharapkan fokus pada upaya mendorong negara-negara donor Arab untuk berinvestasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza sebelum menangani masalah-masalah politik yang menjadi substansi konflik. (raialyoum)
Jenderal Iran Sebut Perjuangan Palestina Beralih Batu Ke Rudal
Kepala Komisi Pusat Intifada dan al-Quds di Dewan Koordinasi Media Islam yang berbasis di Iran, Brigjen Ramezan Sharif, menegaskan bahwa bangsa Palestina telah beralih dari periode perjuangan dengan batu ke periode perjuangan dengan rudal.
Dalam jumpa pers, Selasa (28/5/2019), menjelang Hari al-Quds Internasional yang diperingati setiap hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan, Ramezan Sharif memastikan bahwa bangsa Palestina pada akhirnya akan menang meskipun kaum Zionis Israel selama ini memanfaatkan kekuatan-kekuatan regional dan global dalam menghadapi resistensi bangsa Palestina.
Dia menilai bahwa kebertahanan perjuangan bangsa Palestina hingga peralihannya dari era senjata batu ke senjata rudal juga tidak lepas dari pengaruh peringatan Hari al-Quds Internasional.
“Bangsa Palestina dari periode perjuangan dengan batu telah mencapai periode rudal, dan ini merupakan bagian dari keberhasilan Hari Al-Quds Internasional,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa pendiri Republik Islam Iran Imam Khomaini dan bangsa Iran bersama bangsa-bangsa Muslim dan merdeka lainnya telah menjadikan Hari Al-Quds sebagai kunci yang membuat isu Palestina tetap membara dan tak terlupakan serta mencegah pembukaan lembaran kelam oleh kaum Zionis dan para pelindungnya.
Menurutnya, prinsip resistensi dan intifada Palestina sekarang sudah mengakar di seluruh penjuru dunia sehingga menimbulkan kepanikan “segi tiga kejahatan” Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang telah menjadi pelindung utama kaum Zionis.
Brigjen Ramezan Sharif mengingatkan bahwa isu Palestina merupakan isu fundamental bagi dunia Islam meskipun kaum arogan dunia dan Zionis internasional gencar berusaha memalingkan kepedulian khalayak dunia dari kejahatan kaum Zionis.
Dia menegaskan bahwa Hari Al-Quds Internasional tahun ini juga merupakan peringatan keras umat Islam terhadap sejumlah negara Arab, terutama Arab Saudi dan UEA, terkait dengan penyelenggaraan konferensi “Perdamaian Demi Perkembangan” yang diselenggarakan di Bahrain agar mereka jangan sampai mengabaikan isu Palestina demi menuruti perdamaian AS dan Israel.
Mengenai prakarsa AS Deal of the Century untuk menuntaskan perkara Palestina, Ramezan Sharif menyebutkan bahwa prakarsa ini bertujuan menuntaskan perkara Palestina secara tidak adil, dan karena itu sudah sepatutnya bangsa Palestina menolaknya. (alalam)
Ini Negara-Negara Arab Pembeli Senjata Israel
Israel memiliki undang-undang yang melarang penjualan senjata keada negara-negara Arab lawan, meski demikian negara Zionis penjajah Palestina itu ternyata menjual senjata dan peralatan militer ke sejumlah negara Arab.
Hal tersebut dinyatakan oleh Yossi Melman, analis surat kabar Israel Ma’ariv, sebagaimana dilaporkan kantor berita Fars milik Iran, Selasa (28/5/2019).
Melman menyebutkan bahwa senjata itu dijual kepada “Yordania, Mesir, Arab Saudi, Kurdistan Irak, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan sejumlah negara lain.”
Dia menambahkan bahwa Israel telah membuat keputusan yang mengeluarkan Irak dari daftar “negara-negara lawan”, sedangkan Iran dan Suriah masih tercantum di dalamnya.
Melman menyebutkan bahwa undang-undang larangan penjualan senjata Israel ke negara-negara Arab lawan itu sudah ada sejak era mandat Inggris atas Palestina pada tahun 1939, dan semua pemerintahan Israel sejak tahun 1948 atau tahun pendudukan Palestina dan pendirian Rezim Zionis Israel konsisten kepada undang-undang itu, sedangkan negara-negara yang tercantum dalam daftar hitam Israel tersebut antara lain Suriah, Libanon, Yaman, dan Iran.
Belakangan ini salah seorang mantan staf instansi yang terkait dengan program nuklir Israel dan bertugas menjaga paket-paket radioaktif menyatakan bahwa Israel sudah memiliki bom nuklir dan siap menggunakannya pada peristiwa Perang Enam Hari Arab-Israel. (fars)
Al-Araby Al-Jadeed: Trump Akhirnya Mundur Di Depan Kebandelan Iran
Media online Al-Araby Al-Jadeed menyebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akhirnya memilih mundur di depan Iran yang ternyata sama sekali tak mempan digertak dengan kekuatan militer.
Seperti dikutip Fars, Selasa (28/5/2019), pada artikel yang ditulis oleh pengamat asal Mesir Sameh Rashed media berbahasa Arab yang berbasis di London, Inggris, itu menyatakan bahwa konfrontasi militer AS terhadap Iran ternyata hanyalah isapan jempol belaka, dan Trump tak dapat berbuat banyak terhadap Iran.
Menurut Rashed, Trump yang telah menarik keluar sebagian besar pasukan AS dari Suriah tak dapat bermain-main dengan nyawa tentara AS, apalagi ketika sudah mendekati tahun politik AS dan di saat menguat spekulasi akan adanya kudeta terhadapnya, dan semua itu membuatnya tak dapat berbuat banyak terhadap Iran.
Mengenai Deal of the Century yang dicanangkan AS untuk menyelesaikan krisis di Timteng, Rashed menilai prospek prakarsa ini mentah ketika Iran menolaknya, sebab Iran bersama para sekutunya di Irak, Lebanon, Suriah, Gaza, Yaman dan lain-lain dapat mengacaukan dan mengandaskannya.
Al-Araby Al-Jadeed menyebutkan bahwa Trump mungkin menyadari bahwa Iran sudah sangat berpengalaman menghadapi tekanan dan ancaman, dan terbukti bahwa meskipun digertak sedemikian hebat Iran justru menanggapinya dengan tenang, enteng, dan bahkan balik menantang.
Di bagian akhir media ini mencatat bahwa perilaku Trump terhadap Iran menunjukkan bahwa Trump hanyalah bermaksud meraih keuntungan maksimal tapi dengan modal yang minimal dan tanpa konflik militer. (fars)