Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 28 Desember 2022

Jakarta, ICMES. Pemerintah Iran mengecam kekerasan pemerintah Prancis terhadap massa pengunjuk rasa, dan mengecam standar ganda Prancis soal HAM.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani memastikan normalisasi hubungan beberapa negara Arab dengan Rezim Zionis Israel tidak akan membantu menunjang stabilitas dan keamanan di kawasan Timteng.

Orang tak dikenal dilaporkan telah melemparkan bom molotov ke gedung TV Lebanon Al-Jadeed, menyusul penayangan video satir oleh saluran itu yang memicu reaksi kemarahan beberapa hari lalu.

Berita Selengkapnya:

Soal Kerusuhan di Paris, Pejabat HAM Iran Kecam Standar Ganda Eropa

Pemerintah Iran mengecam kekerasan pemerintah Prancis terhadap massa pengunjuk rasa, dan mengecam standar ganda Prancis soal HAM.

“Tindakan keras Prancis terhadap pengunjuk rasa damai membuktikan sejauh mana pengabaiannya terhadap hak asasi manusia,” ungkap Sekjen Dewan Tinggi HAM Iran Kazem Gharibabadi dalam sebuah postingannya di Twitter, Selasa (27/12).

Sembari menyebut pemerintah Prancis menggunakan kekerasan untuk membungkam suara perbedaan pendapat, Gharibabadi menyoal, “Standar ganda soal HAM telah berubah atau apa?”

Pada Jumat lalu aksi protes besar-besaran melanda Paris menyusul peristiwa penembakan seorang pria “rasis” yang menyebabkan tiga nyawa melayang di pusat budaya Kurdi dan kafe di dekatnya di di ibu kota Prancis tersebut.

Peristiwa itu memancing kelompok Kurdi dan pendukung mereka turun ke jalan-jalan di Paris di mana sebagian massa mengibarkan bendera Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang oleh Turki dan sekutu Baratnya dicap sebagai organisasi teroris.

Polisi Prancis menangkap seorang tersangka berusia 69 tahun yang menurut pihak berwenang baru dibebaskan dari tahanan  sambil menunggu persidangan atas serangan dengan menggunakan pedang di sebuah kamp migran di Paris tahun lalu.

Iran mendesak pemerintah Prancis untuk menghormati hak-hak pengunjuk rasa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani, Selasa, menyatakan, “Menuding Republik Islam Iran berwajah kelam tidak menyembunyikan sifat sebenarnya dari para pengaku peduli HAM.”

Dia menambahkan bahwa semua yang dituduhkan secara palsu oleh beberapa rezim terhadap Iran justru mereka lakukan sendiri  dengan cara yang paling keji terhadap bangsa dan rakyat mereka sendiri sejak dahulu sampai sekarang.

Sabtu lalu, Kanaani menyebut pemerintah Prancis memiliki rekam jejak buruk dalam menangani pengunjuk rasa dengan kekerasan dan latar belakang mengadopsi kebijakan diskriminatif terhadap minoritas dan migran.

Antara November 2018 dan Januari 2019, setidaknya 12 orang tewas di tangan pasukan keamanan Prancis dalam peristiwa gelombang aksi protes massa Rompi Kuning terhadap kondisi kehidupan dan ekonomi di seluruh negara Eropa.

Sementara itu, Turki memanggil duta besar Prancis terkait apa yang disebutnya “propaganda hitam” oleh para aktivis Kurdi dalam aksi protes tersebut.

Duta Besar Prancis Herve Magro dipanggil pada hari Senin agar Ankara dapat menyampaikan keprihatinannya setelah beberapa orang berbaris di Paris dengan mengibarkan bendera PKK dan menyatakan bahwa Turki terkait dengan penembakan itu. (tasnim/presstv/aljazeera)

Iran Pastikan Normalisasi Arab-Israel Tak akan Berkontribusi bagi Stabilitas Regional

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani memastikan normalisasi hubungan beberapa negara Arab dengan Rezim Zionis Israel tidak akan membantu menunjang stabilitas dan keamanan di kawasan Timteng.

Hal itu ditegaskan Kanaani pada konferensi pers, Senin (26/12), sebagai tanggapan atas pernyataan  Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.

“Kami percaya bahwa pengembangan hubungan dan normalisasi negara-negara Arab dan Muslim dengan rezim Israel tidak akan berkontribusi bagi penguatan stabilitas, keamanan dan perdamaian di kawasan, dan juga tidak akan membantu penegakan hak bangsa Palestina,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Bangsa Palestina belum menyambut normalisasi hubungan. Negara-negara di kawasan juga telah menunjukkan bahwa mereka tidak menyambut baik normalisasi hubungan beberapa pemerintah Islam dan Arab dengan rezim Israel, dan mereka tidak menerimanya.”

Kanaani kemudian menekankan bahwa sikap Iran terhadap entitas Zionis Israel sudah jelas, dan bahwa rakyat Palestina berharap negara-negara di kawasan membela hak-hak mereka.

Sebelumnya, Netanyahu mengklaim bahwa normalisasi dengan Arab Saudi akan mengarah pada penyelesaian konflik Israel-Palestina.

“Saya pikir perdamaian dengan Arab Saudi pada akhirnya akan memfasilitasi perdamaian Palestina-Israel,” katanya.

Netanyahu juga mengatakan, “Saya ingin pergi ke sana dengan seluruh kekuatan saya, tetapi kadang-kadang melakukan perjalanan panjang membutuhkan langkah-langkah kecil.”

Mengenai kesediaan Riyadh mengizinkan pesawat Israel melintas di zona udara Saudi, dia mengatakan, “Ada tanda-tanda perubahan dan saya akan mencoba memajukannya bersama dengan tujuan saya yang lain.”

Seperti diketahui Netanyahu menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani dalam upacara resmi yang diselenggarakan di Gedung Putih di masa kepresidenan AS Donald Trump pada September 2020.

Kesepakatan normalisasi, yang kemudian diikuti oleh Sudan dan Maroko, itu memicu kecaman luas dari Palestina serta negara-negara dan pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, terutama di dunia Muslim.

Orang-orang Palestina mengutuk kesepakatan itu dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka melawan Israel yang telah berjalan puluhan tahun. (presstv)

Memperolok Warga Muslim Syiah, Stasiun TV Al-Jadeed di Lebanon Dilempar Bom Molotov

Orang tak dikenal dilaporkan telah melemparkan bom molotov ke gedung TV Lebanon Al-Jadeed, menyusul penayangan video satir oleh saluran itu yang memicu reaksi kemarahan beberapa hari lalu.

Direktur administrasi dan hubungan masyarakat Al-Jadeed TV, Ibrahim Al-Halabi, Selasa (27/12) mengatakan, “Kembang api dilemparkan ke gedung TV Al-Jadeed di Beirut kemarin malam, dan pada dini hari ini sebuah bom molotov dilemparkan ke gedung.”

Dia menambahkan, “Badan keamanan mengungkap peristiwa itu serta menindaklanjuti masalah ini  dan melakukan penyelidikan yang diperlukan. Peristiwa ini tidak menimbulkan kerusakan.”

Aktris Joanna Karaki memicu reaksi marah beberapa hari lalu ketika dia berbicara tentang Syiah di Lebanon selatan dalam program satir yang ditayangkan di saluran Al-Jadeed, dan saluran ini lantas menjadi sasaran kecaman.

Saat itu dia berbicara mengenai hubungan orang-orang di selatan yang mayoritas bermazhab Syiah dengan pasukan UNIFIL, sehubungan dengan keterbunuhan seorang tentara asal Irlandia.  

Dengan nada bercanda dan logat lokal Arab Lebanon, kurang lebih dia mengatakan, “Datanglah ke selatan bersama kami. Kami menikahkan mereka dengan putri kami, dan kami mengambil mereka dari putri mereka. “

Dia juga menyebutkan, “Ada yang mengatakan bahwa tiga perempat orang di selatan memiliki mata hijau dan mata biru, dan rambut mereka pirang. Anda tahu bahwa orang Italia merindukan kami, dan orang Inggris merindukan kami.”

Para aktivis medsos, terutama di kalangan Syiah, lantas mengecam dan menganggapnya memperolok kaum wanita di Lebanon selatan. Mereka juga memberikan komentar  pedas terhadap saluran Al-Jadeed. (raiayoum/alarab)