Jakarta, ICMES: Erdogan menuduh pasukan koalisi pimpinan AS ini justru menyokong ISIS, dan tuduhan ini disebut menggelikan oleh pemerintah AS.
Wakil Menlu Irak Aqil al-Khazali memperkirakan jumlah kawanan teroris ISIS di Irak sekitar 6000 orang, dan Perdana Menteri Irak Haider Abadi meminta Kerajaan Arab Saudi tidak mencampuri urusan internal Irak.
Berita selengkapnya;
Erdogan Tuding Pasukan Koalisi Anti ISIS Dukung ISIS
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tampak sudah tak tahan lagi menyaksikan Amerika Serikat (AS) bermitra dengan kelompok-kelompok Kurdi yang paling dimusuhi Turki di Suriah. Tak kurang, Erdogan melontarkan tuduhan mengejutkan terhadap pasukan koalisi internasional anti ISIS dengan blak-blakan menyebut koalisi pimpinan AS ini justru menyokong kelompok-kelompok teroris, tak terkecuali ISIS sendiri.
“Pasukan koalisi internasional anti ISIS semula mengaku akan memerangi dan membasmi habis kelompok teroris ISIS, tapi sekarang justru menyokong kelompok-kelompok teroris, termasuk DAESH (ISIS), YPG (Unit Perlindungan Rakyat Kurdi) dan PYD (Partai Uni Demokratik Kurdi),” kecamnya dalam konferensi pers bersama Presiden Republik Guinea, Alpha Conde, di Ankara, ibu kota Turki, Selasa (27/12/2016), seperti dilansir Reuters.
“Ini sangat jelas, kami memiliki bukti yang terkonfirmasi, dengan gambar, foto, dan video,” lanjutnya.
Erdogan juga meluapkan kekesalannya terhadap AS dan Eropa yang kerap menggempur Turki dengan tuduhan pelanggaran HAM dan demokrasi pasca kudeta militer gagal di Istanbul beberapa waktu lalu.
“Orang-orang yang 50-60 tahun silam tak segan-segan menumpahkan darah rakyat Afrika demi berlian, emas, dan minyak sekarang mencoba mengajarkan kemanusiaan kepada kita tanpa melihat sejarah masa lalunya yang berlumur darah dan memalukan, mereka mencoba mengritik negara kita dari segi HAM dan demokrasi,” tegasnya.
Erdogan juga menyinggung prakarsa Rusia untuk penyelesaian krisis Suriah, dan mengajak Saudi dan Qatar agar bergabung dengan segi tiga Rusia, Iran dan Turki dalam pembicaraan mengenai perdamaian di Suriah.
Bersamaan dengan ini, Rusia juga menuding AS mensponsori terorisme di Suriah, mengacu pada Rancangan Undang-Undang (RUU) Otorisasi Pertahanan Nasional AS terbaru yang ditandatangani Presiden Barack Obama sebagai Undang-Undang.
Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova mengatakan, ““RUU baru secara terbuka menyatakan kemungkinan untuk menyediakan senjata yang lebih untuk (kelompok pemberontak maupun individu) di Suriah.”
“Senjata mereka akan segera menemukan jalan menuju jihadis,” imbuhnya. (reuters/ap/irna)
AS Sebut Tuduhan Erdogan Menggelikan
Pemerintah Amerika Serikat (AS) segera menanggapi tuduhan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa pasukan koalisi internasional anti ISIS pimpinan AS menyokong kelompok-kelompok teroris di Suriah, termasuk ISIS.
Deputi juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner menyebut tuduhan itu “menggelikan” dan tidak berdasar.
“Saya tidak berpikir siapa pun dapat melihat tindakan kita di darat, yang menghubungkan koalisi di Suriah utara, di Irak dan mengatakan apa-apa, tapi kami 100 persen berada di balik kekalahan dan kehancuran Daesh (ISIS),” klaim Toner di depan wartawan.
Dia menambahkan, “Bahkan, kami bekerja secara konstruktif dengan Turki untuk memimpin upaya tersebut. Dan Turki yang memegang peranan, dan kami memiliki dialog yang konstan dan diskusi dengan Turki tentang bagaimana kita dapat meningkatkan upaya kami agar menjadi lebih baik.” (reuters/kuna)
Tinggal 6000 Orang, ISIS Akan Dapat “Kejutan” Dari Pasukan Irak
Wakil Menlu Irak Aqil al-Khazali memperkirakan jumlah kawanan teroris ISIS di Irak sekitar 6000 orang. Dalam jumpa pers di Baghdad, ibu kota Irak, Selasa (27/12/2016), al-Khazali menjelaskan bahwa ada empat provinsi yang diduduki ISIS sejak kelompok bengis ini menyerbu Irak dan menduduki Mosul, ibu kota provinsi Nineveh, Irak utara, pada tahun 2014.
Sejauh ini, lanjutnya, pasukan militer dan pasukan relawan al-Hashd al-Shaabi berhasil membebaskan tiga provinsi, dan kini mereka berjuang membebaskan provinsi keempat atau yang terakhir, yaitu Nineveh yang menjadi markas besar ISIS.
Al-Khazali kemudian mempekirakan jumlah kawanan teroris takfiri ini tinggal 6000 orang.
“Beberapa analisa menunjukkan bahwa mengingat banyaknya anggota ISIS yang tewas, terluka,kabur, dan tertangkapnya ribuan orang di antara mereka dalam operasi pembebasan yang berlangsung dalam dua tahun terakhir maka kini jumlah mereka hanya tingga 6000 orang. Nasib mereka ini terbunuh atau ditangkap oleh pasukan militer gabungan Irak,” ujarnya.
Secara terpisah, Ahmad Madlul, wakil gubernur Nineveh, di hari yang sama menyatakan ISIS mendapatkan “kejutan” di tahun baru 2017.
“Pada tahun baru Masehi ISIS akan menghadapi perkembangan situasi militer besar dan tak terduga di sisi kiri kota Mosul. Bersama para komandan militer, kami telah mempelajari beberapa rencana militer untuk membebaskan Mosul,” tuturnya. (alsumarianews/irna)
Baghdad Minta Riyadh Tak Campuri Urusan Internal Irak
Perdana Menteri Irak Haider Abadi meminta Kerajaan Arab Saudi tidak mencampuri urusan internal Irak sebagaimana Irak berkomitmen untuk tidak mencampuri urusan internal Arab Saudi.
“Irak lebih peduli daripada negara lain kepada rakyatnya, Saudi harus menjauhi campurtangan dalam urusan internal Irak, dan kami berhasrat menjalin hubungan kerjasama dengan Saudi,” katanya, Selasa malam (27/12/2016).
Sebelumnya, Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir menuding pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi sebagai milisi sektarian Syiah yang menindas warga Sunni serta dibeking dan diperintah oleh Iran. Tudingan ini lantas dinyatakan “tak bernilai” oleh Kemlu Irak.
Abadi menegaskan, “Operasi militer anti ISIS di Irak terus berlanjut, kami terlibat perang atrisi melawan ISIS yang sudah kehilangan banyak kemampuannya. Kondisi pasukan kami meyakinkan, dan tak ada pasukan asing yang bertempur di darat, melainkan ada pasukan yang bekerja di bidang logistik dan pelatihan serta pasukan udara koalisi internasional.”
Dia memperkirakan butuh waktu tiga bulan untuk menumpas ISIS.
“Pasukan Irak bergerak maju di Mosul, dan sama sekali tak ada pasukan asing yang ikut bertempur di darat, dan apa yang diisukan itu adalah bohong dan dusta belaka,” katanya.
Abadi juga menyebutkan bahwa pasukan Irak berhasil membendung 900 bom mobil dalam perang pembebasan Mosul yang sudah berjalan dua bulan, dan setiap hari pasukan Irak selalu menimpakan korban tewas di pihak kelompok teroris ISIS.
Pasukan gabungan Irak menggelar operasi militer besar-besaran untuk pembebasan Mosul sejak 17 Oktober lalu.
Al-Hashd al-Shaabi juga terlibat dalam operasi ini, namun tidak ikut masuk ke dalam kota Mosul karena pasukan relawan ini terus menjadi sasaran tuduhan anti Sunni oleh pihak asing, padahal dalam al-Hashd al-Shaabi juga terdapat puluhan ribu anggota yang berasal dari berbagai elemen Sunni. (raialyoum)