Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 23 Februari 2022

Jakarta, ICMES. Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan kesepakatan yang mungkin akan dicapai dalam perundingan Wina untuk pemulihan perjanjian nuklir tahun 2015 sudah sangat dekat jika negara-negara Barat menunjukkan situasi inisiatif dan melunak.

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz memperlihatkan foto yang diklaimnya sebagai bukti bahwa Iran mentransfer pengetahuan ke Venezuela untuk produksi pesawat nirawak (UAV) atau drone canggih.

Kementerian kesehatan Palestina menyatakan bahwa pasukan Zionis Israel telah membunuh seorang remaja Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Berita Selengkapnya:

Iran Nyatakan Pemulihan JCPOA Sudah Sangat Dekat, dan Ada “Pedang” di atas Kepala Pelanggar

Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan kesepakatan yang mungkin akan dicapai dalam perundingan Wina untuk pemulihan perjanjian nuklir tahun 2015 sudah sangat dekat jika negara-negara Barat menunjukkan situasi inisiatif dan melunak.

Dikutip Rai Al-Youm, Selasa (22/1), Amir-Abdollahian dalam sebuah wawancara dengan CNN menyatakan bahwa pihak-pihak perunding tak pernah sedekat sekarang untuk pencapaian kesepakatan pemulihan perjanjian tahun 2015, yang lazim disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

“Pemerintahan (Presiden Iran Ebrahim) Raisi menekankan kepedulian kepada pencapaian kesepakatan yang baik dan cepat. Untuk mencapai kesepakatan yang baik, kami telah melakukan banyak upaya dalam beberapa pekan terakhir,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Saya dapat mengatakan bahwa kami tidak pernah begitu dekat dengan kesepakatan yang baik. Untuk mendekati kesepakatan yang baik, tim Iran telah menunjukkan inisiatif dan fleksibilitas yang baik. Tapi sekarang giliran pihak Barat.”

Menurut  Amir-Abdollahian, jika ada inisiatif dan fleksibilitas di pihak Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa maka ini dapat mengarah pada penuntasan negosiasi dengan kesepakatan nuklir “dalam beberapa jam atau hari.”

Negosiasi Iran dengan sejumlah negara besar dunia, termasuk AS secara tidak langsung, sedang berlangsung di Wina untuk pemulihan JCPOA dan pencabutan sanksi AS terhadap Iran.

Pada tahun 2015, Iran, Rusia, AS, Cina, Inggris, Jerman dan Prancis menjalin JCPOA, yang memberikan pencabutan sanksi sebagai imbalan atas pengurangan proyek nuklir Iran.

Namun demikian, pada Mei 2018, Presiden AS saat itu, Donald Trump, memutuskan untuk menarik diri secara sepihak dari JCPOA dan memberlakukan lagi sanksi terhadap  Iran.

Menanggapi pengkhianatan ini, Iran mengumumkan pengurangan secara bertahap komitmennya kepada JCPOA dengan mengabaikan pembatasan penelitian nuklir, sentrifugal dan tingkat pengayaan uranium.

Utusan senior Rusia, Mikhail Ulyanov, mengatakan bahwa pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS mengenai pemulihan JCPOA sudah hampir selesai.

“Tampaknya negosiasi untuk memulihkan JCPOA akan melewati garis finis,” ungkapnya di Twitter.

Sebelumnya, koordinator pembicaraan Wina, Enrique Mora, di Twitter menyatakan bahwa meski persoalan utama perlu diselesaikan namun akhir pembicaraan sudah dekat.

Pedang Democles

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani menegaskan negaranya harus selalu menggunakan kemampuan nuklir damainya sebagai “pedang Damocles” di atas kepala pelanggar perjanjian.

“Kemampuan damai program nuklir #Iran harus selalu tetap seperti pedang Damocles di atas kepala para pelanggar sebagai jaminan nyata untuk pemenuhan kewajiban mereka,” cuitnya di Twitter, Selasa.

Dia menambahkan bahwa setelah penarikan AS dari kesepakatan Iran pada 2018, “lebih baik menggunakan jaminan yang melekat seperti itu” dengan cara yang lebih efektif. (raialyoum/presstv)

Menhan Israel Tunjukkan “Foto Drone Iran di Venezuela”

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz memperlihatkan foto yang diklaimnya sebagai bukti bahwa Iran mentransfer pengetahuan ke Venezuela untuk produksi pesawat nirawak (UAV) atau drone canggih.

 â€œGambar ini menunjukkan model UAV canggih Mohajer Iran, yang disajikan oleh presiden Venezuela. Selain pengembangan UAV Iran di Venezuela, penilaian kami menunjukkan bahwa rudal berpemandu presisi Iran dikirimkan untuk UAV ini dan model serupa lainnya, ”kata Gantz  pada pertemuan Konferensi Presiden Organisasi Besar Yahudi Amerika di Quds (Yerusalem), Selasa (22/2).

“Dengan mengingat gambar ini, saya dapat memberi tahu Anda bahwa dalam pertemuan saya dengan mitra dari seluruh dunia, termasuk mitra Afrika dan Amerika Latin, saya mendengar keprihatinan ekstrem tentang dukungan Iran untuk terorisme,” lanjutnya.

Mengenai kesepakatan nuklir Iran, Gantz menekankan bahwa jika kesepakatan ditandatangani dengan Iran maka ini “tidak menandai jalan akhir.”

“Ini membuka pintu bagi tindakan penting yang harus diambil,” katanya, termasuk “menghentikan pengembangan rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.”

Dia juga mengatakan, “Penegakan dan pengawasan oleh IAEA sangat penting tetapi tidak cukup. Kita perlu memiliki kemampuan ofensif dan serangkaian sanksi yang siap di saku belakang kita jika Iran melanggar perjanjian.”

Dia lantas mengklaim, “Iran benar-benar merupakan tantangan global dan regional dan bukan hanya ancaman bagi Negara Israel.”

Di pihak lain, juru bicara senior Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Abolfazl Shekarchi di hari yang sama memperingatkan Israel agar tidak melakukan “kesalahan strategis sekecil apa pun”.

“Kami tidak menganggap rezim Zionis memiliki kemampuan sedemikian rupa yang dapat menyebabkan ketidakamanan bagi Republik Islam,” ungkapnya kepada kantor berita Mehr Iran, Selasa.

“Kesalahan strategis mereka (Zionis) sekecil apa pun akan direspon dengan balasan terkeras dari kami,” imbuhnya.

Mengomentari sepak terjang Israel untuk menjalin aliansi regional melalui hubungan yang dijalinnya dengan dengan negara-negara regional, dia mengatakan, “Rezim Zionis berusaha keluar dari isolasi. Karena itu, mencengkeram semuanya. Rezim yang dibenci oleh semua negara, bagaimanapun juga, tidak akan menjadi tersayang dan berubah menjadi rezim yang aman, melainkan akan tetap tidak aman untuk selamanya.”

Shekarchi memperingatkan negara-negara yang memberi ruang bagi Israel bahwa mereka harus siap bermasalah dengan rakyatnya sendiri, “karena bangsa-bangsa ini tidak akan membiarkan kehadiran rezim jahat seperti itu di negara mereka”. (thetimeofisrael/mehr)

Peluru Pasukan Zionis Israel Tewaskan Bocah Palestina di Tepi Barat

Kementerian kesehatan Palestina menyatakan bahwa pasukan Zionis Israel telah membunuh seorang remaja Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat pada hari Selasa (22/2).

“Mohammed Shehadeh, 14 tahun, terbunuh oleh tembakan pasukan Israel di Al-Khader,” di daerah Betlehem, ungkap kementerian itu dalam sebuah pernyataan, sembari menuntut penyelidikan internasional.

Dikutip kantor berita Palestina, Wafa, seorang  aktivis lokal Ahmad Salah mengatakan bahwa pasukan Zionis melepaskan tembakan langsung yang melukai Shehadeh sebelum menahannya, dan ambulan saat bermaksud menolong bocah itu tapi dicegah oleh pasukan Zionis.

Tentara Israel mengklaim korban merupakan satu di antara tiga tersangka yang “melempar bom molotov ke pengemudi yang lewat, membahayakan hidup mereka”.

Sementara itu, faksi Jihad Islam Palestina (PIJ) dalam menyambut peringatan Pekan Quds Sedunia yang akan jatuh pada hari Jumat (25/2) menegaskan bahwa kota Quds yang diduduki Israel harus bebas dan karena itu faksi ini tak akan berhenti berjuang untuk membebaskannya.

Dikutip situs Al-Ahed, PIJ menyebut peringatan itu sebagai kesempatan untuk meningkatkan upaya pembebasan Quds, merumuskan rencana untuk melindunginya, memperkuat perlawanan penduduknya, dan menyerukan kepada semua orang untuk menerima tanggung jawab agar bekerja untuk pembebasan seluruh Palestina.

PIJ juga menekankan bahwa Quds adalah poros perang antara benar dan salah, dan bahwa negara-negara Arab dan Islam akan memainkan peran mereka dalam perjungan ini. (aljazeera/fna)