Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 22 November 2023

Jakarta, ICMES. Rezim Zionis Israel menjadikan para pengungsi Palestina di gedung-gedung sekolah sebagai tameng untuk melindungi kendaraan-kendaraan militer dari kehancuran akibat gempuran sengit dan bertubi para pejuang Palestina di Jalur Gaza.

Israeli military vehicles take position, amid the ongoing ground operation of the Israeli army against Palestinian Islamist group Hamas, in the Gaza Strip as seen in a handout picture released by the Israel Defense Forces on November 12, 2023. ISRAEL DEFENSE FORCES/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY

Hamas mengatakan pihaknya telah memberikan tanggapan kepada Qatar dan Mesir mengenai kemungkinan penerapan gencatan senjata antara para pejuang Palestina dan pasukan Zionis Israel di Jalur Gaza.

Para pemimpin negara-negara berkembang menyerukan diakhirinya perang Israel di Gaza demi meringankan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Berita Selengkapnya:

Israel Jadikan Pengungsi Gaza sebagai Tameng untuk Lindungi Kendaraan Militernya

Rezim Zionis Israel menjadikan para pengungsi Palestina di gedung-gedung sekolah sebagai tameng untuk melindungi kendaraan-kendaraan militer dari kehancuran akibat gempuran sengit dan bertubi para pejuang Palestina di Jalur Gaza.

Citra satelit  menunjukkan bahwa  Israel menjadikan sekolah-sekolah yang menjadi tempat perlindungan para pengungsi sebagai zona konsentrasi tengah pertempuran .

Pakar militer dan strategis, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengatakan bahwa semua sekolah Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah berubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi, dan karena itu pasukan pendudukan sengaja menempatkan kendaraan militernya di sekitar mereka demi mencegah para pejuang Palestina menyerang kendaraan dan tank.

Dia mencontohkan bahwa para para pejuang itu tidak menyerang Rumah Sakit Anak Rantisi sampai rumah sakit ini dikosong dari para pengungsi dan dijadikan titik posisi pasukan Israel. Para pejuang Al-Qassam memantau kendaraan-kendaraan Israel ini dan menentukan jenisnya, sebelum melancarkan beberapa serangan berbeda setelah melengkapi informasi intelijen.

Al-Duwairi menjelaskan bahwa Israel mengerahkan lima divisi militernya untuk pertempuran Gaza, yang berarti 45% dari kapasitas tempur tentara pendudukan, sementara 25% lainnya untuk front utara dengan Lebanon, dan 30% sisanya tetap ada, termasuk 10% yang dialokasikan ke Tepi Barat dan yang lain merupakan cadangan strategis.

Diperkirakan terdapat tiga divisi Israel di Gaza, dengan masing-masing divisi memiliki 350 kendaraan tempur, yang berarti keberadaan 1.000- 1.100 kendaraan berbeda, termasuk tank dan pengangkut pasukan, yang diperkuat oleh brigade Givati, Golani, dan pasukan terjun payung.

Al-Qassam mengumumkan penghancuran total atau sebagian dari 290 kendaraan Israel, dan ini berarti bahwa Israel kehilangan 80% peralatan dari salah satu dari tiga divisi militer Israel. (aljazeera)

Hamas Respon Qatar dan Mesir Soal Gencatan Senjata di Gaza

Hamas mengatakan pihaknya telah memberikan tanggapan kepada Qatar dan Mesir mengenai kemungkinan penerapan gencatan senjata antara para pejuang Palestina dan pasukan Zionis Israel di Jalur Gaza.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (21/11), Kantor Hubungan Arab dan Islam Hamas menyatakan pihaknya telah memberikan tanggapan kepada pejabat Qatar dan Mesir sehari sebelumnya.

“Pembicaraan (mengenai kemungkinan gencatan senjata) telah berlangsung di bawah pengawasan Qatar dan Mesir selama satu bulan,” ungkap kantor tersebut.

“Namun musuh, Israel, terus menunda-nunda. Setiap kali kita hampir mencapai gencatan senjata sementara, musuh (Israel) kembali ke titik awal,” lanjutnya.

Bersamaan dengan ini, pejabat senior Hamas Izzat al-Rishq mengatakan  bahwa rincian kesepakatan tersebut akan dirilis oleh Qatar dan Mesir “dalam beberapa jam mendatang.”

Dia menekankan bahwa perjanjian apa pun harus didasarkan pada kondisi resistensi Palestina.

Rishq lebih lanjut menegaskan bahwa Israel, terutama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah menghalangi perundingan gencatan senjata.

Lebih dari 14.000 orang telah Palestina gugur akibat serangan brutal Israel menyusul operasi para pejuang Gaza yang menewaskan sekitar 1.200 pemukim Israel dan pasukan militer.

Hamas membantah keras klaim rezim Israel bahwa gerakan tersebut menjalankan “pusat komando” di bawah Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, yang terkena dampak terberat dari serangan Israel terhadap sistem layanan kesehatan.

“Klaim musuh mengenai keberadaan terowongan di bawah rumah sakit adalah sebuah lelucon yang tidak dipercaya oleh siapa pun,” tegas Hamas. (presstv)

BRICS Kutuk Israel, Presiden Iran Minta Rezim Zionis Dinyatakan Sebagai Entitas Teroris

Para pemimpin negara-negara berkembang menyerukan diakhirinya perang Israel di Gaza demi meringankan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

Dalam pertemuan puncak virtual yang dipimpin oleh Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa,  Selasa (21/11), BRICS mengutuk serangan terhadap warga sipil di Palestina dan Israel, dan banyak pemimpin negara-negara anggotanya menyebut pemindahan paksa warga Palestina, di dalam atau di luar Gaza, sebagai “kejahatan perang.”

“Kami mengutuk segala bentuk pemindahan paksa dan deportasi warga Palestina dari tanah mereka sendiri secara individu atau massal,” bunyi pernyataan ringkas ketua pertemuan BRICS.

Kelompok tersebut, yang tidak mengeluarkan deklarasi bersama, juga “menegaskan kembali bahwa pemindahan paksa dan deportasi warga Palestina, baik di Gaza atau ke negara-negara tetangga, merupakan pelanggaran berat terhadap konvensi Jenewa dan kejahatan perang serta pelanggaran berdasarkan Hukum Humaniter Internasional.”

BRICS terdiri atas Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, yang merupakan negara-negara berkembang yang ingin memberikan suara lebih besar dalam tatanan global yang telah lama didominasi oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutu Baratnya. Negara-negara ini sering dipandang sebagai pemimpin dari apa dalam kebijakan internasional yang disebut sebagai “Global Selatan”.

Namun bukan hanya lima negara ini yang berbicara mengenai perang pada hari Selasa. Awal tahun ini, BRICS telah sepakat untuk memperluas dan menambahkan Iran, Mesir, Ethiopia, Argentina, Arab Saudi, dan UEA sebagai anggota sejak tahun 2024.

Para pemimpin keenam negara ini juga berpartisipasi dalam pertemuan yang diserukan oleh Afrika Selatan. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres juga bergabung dalam pertemuan puncak tersebut.

Pernyataan ketua  yang notabene  inti dari suasana pertemuan  menyoroti seruan yang semakin meningkat dari negara-negara Selatan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi dalam pertemuan itu mendesak negara-negara BRICS agar menetapkan rezim Israel sebagai entitas teroris karena kejahatan besarnya di Jalur Gaza dalam beberapa minggu terakhir.

“Rezim palsu ini harus diakui sebagai rezim teroris dan tentaranya dianggap sebagai organisasi teroris,” kata Raisi.

Permohonan tersebut merupakan bagian dari tujuh proposal yang diajukan oleh presiden Iran pada pertemuan puncak virtual BRICS virtual yang diadakan di kantor pusat organisasi ini di Afrika Selatan.

Dia juga mengatakan bahwa anggota BRICS harus membantu melakukan penyelidikan terhadap penggunaan senjata terlarang oleh Israel dalam perang Gaza, termasuk penggunaan bom fosfor putih terhadap penduduk sipil yang tinggal di wilayah tersebut.

Presiden Iran meminta anggota blok tersebut mengakui hak bangsa Palestina untuk membela diri melawan agresi Israel serta perjuangannya untuk membebaskan tanah yang diduduki rezim Israel selama beberapa dekade terakhir.

Dia juga mengatakan Iran akan mendukung langkah beberapa negara BRICS untuk mengajukan pengaduan terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas kejahatan yang dilakukannya di Gaza. (aljazeera/presstv)