Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 21 Desember 2022

Jakarta, ICMES. Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Brigjen Esmail Qaani memastikan bahwa kaum Zionis Israel pada akhirnya akan terusir dari tanah pendudukan Palestina, dan menyebut Arab Saudi sebagai bagian sampah dan antek murahan AS sehingga terlalu remeh untuk dapat dipandang sebagai musuh Iran.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengirim “pesan tertulis” atau surat kepada Raja Abdullah II dari Yordania, yang berisikan pembahasan mengenai hubungan antara kedua negara dan mekanisme penguatannya.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menyatakan  Rusia bermaksud menyplai Iran dengan komponen militer canggih sebagai imbalan atas ratusan drone yang dipasok Iran.

Berita Selengkapnya:

Jenderal Qaani: Israel Pasti akan Terusir, Saudi Cuma Sampahnya AS

Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Brigjen Esmail Qaani memastikan bahwa kaum Zionis Israel pada akhirnya akan terusir dari tanah pendudukan Palestina, dan menyebut Arab Saudi sebagai bagian sampah dan antek murahan AS sehingga terlalu remeh untuk dapat dipandang sebagai musuh Iran.

Dalam pidato pada peringatan tahun pertama meninggalnya mantan duta besar Iran untuk Yaman Hassan Irloo, Selasa 20/12,  Qaani menyebutkan bahwa di wilayah pendudukan Tepi Barat saja setiap hari ada sekitar 50 operasi dilakukan terhadap Israel, dan bahwa Israel kini tertekan hebat dan frutasi.

Qaani menambahkan bahwa bangsa Palestina akan dapat mengusir Israel dari tanah pendudukan Palestina.

Komandan Pasukan Quds IRGC mengatakan bahwa ketika pendahulunya, Letjen  Qassem Soleimani, terbunuh oleh serangan drone AS di Irak, “kami memperingatkan warga Israel untuk menjual rumah mereka dan meninggalkan Palestina.”

 â€œHari ini, kita melihat bahwa di wilayah pendudukan, tokoh Yahudi tua telah membentuk organisasi untuk meninggalkan wilayah pendudukan,” katanya.

Perkembangan terbaru ini  terjadi sehari setelah seorang jenderal terkemuka rezim Israel mengatakan bahwa di Palestina pendudukan terjadi pembentukan jaringan komunikasi di antara warga Palestina, masalah yang mengkhawatirkan para pejabat dan elit Israel yang menganggap rezim Zionis ini menghadapi ancaman eksistensial.

Para pejabat Palestina juga menegaskan kembali bahwa kubu resistensi Palestina tidak akan berhenti memerangi Israel sampai wilayah pendudukan dibebaskan sepenuhnya.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, juga menyerukan dukungan kepada hak rakyat Palestina untuk mengakhiri pendudukan Israel dan mendirikan negara merdeka mereka dengan al-Quds sebagai ibukotanya, serta menekan hak kepulangan para pengungsi ke kampung halaman mereka.

Rezim Zionis Israel muncul pada tahun 1948 setelah menduduki sebagian besar wilayah Palestina selama perang yang didukung Barat. Dalam perang lain pada tahun 1967, rezim itu menduduki lebih banyak tanah Palestina, yaitu Tepi Barat, yang meliputi al-Quds Timur, dan Jalur Gaza di mana Hamas bermarkas.

Sejak saat itu, mereka telah membangun ratusan permukiman di wilayah pendudukan dan menerapkan pengekangan paling agresif terhadap kebebasan Palestina di sana. Tel Aviv menarik diri dari Gaza pada tahun 2005 namun terus mempertahankan blokade  darat, udara, dan laut terhadap Gaza sejak setahun setelah meninggalkan wilayah itu.

Di bagian lain pidatonya,  Brigjen Esmail Qaani menyinggung Arab Saudi dengan mengatakan, “Saudi dan para antek murahan AS di kawasan tak layak kita pandang sebagai musuh.”

Menurutnya, gelanggang resistensi adalah gelanggang konfrontasi utama dengan musuh, sementara orang-orang AS dan Eropa tak jantan di medan pertempuran karena mereka “memang penakut dan kalah di medan pertempuran utama”.

“Penjahat AS ini telah menampilkan anjing haus darah semisal entitas Zionis dan beberapa antek murahannya semisal Saudi di tengah umat Islam serta membiarkan tangan mereka terbuka dan mengeluarkan $ 7000 miliar di kawasan Asia Barat (Timteng) di berbagai bidang,” ujarnya.

Dia juga menegaskan, “Musuh utama Iran adalah para pejabat Zionis, sedangkan yang lain seperti Saudi hanyalah antek dan sampah yang tak berharga.” (presstv/alalam)

Presiden Iran Layangkan Surat kepada Raja Yordania

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengirim “pesan tertulis” atau surat kepada Raja Abdullah II dari Yordania, yang berisikan pembahasan mengenai hubungan antara kedua negara dan mekanisme penguatannya.

Menurut pernyataan Pengadilan Kerajaan Yordania, surat tersebut disampaikan kepada Raja Yordania oleh Menteri Luar Negeri Iran Hussein Amir-Abdullahian dalam pertemuan antara keduanya  di sela-sela Konferensi Bagdad untuk Kerjasama dan Kemitraan yang berlangsung di Amman, ibu kota Yordania, Selasa (20/12).

Pernyataan itu mula-mula menyebutkan bahwa Raja Abdullah II, “dalam pertemuan itu menekankan pentingnya Konferensi Bagdad untuk Kerjasama dan Kemitraan bagi kelangsungan dukungan kepada Irak” dan bagi mekanisme kerjasama regional yang sekiranya dapat mewujudkan interes kolektif.

Pernyataan itu kemudian menyebutkan bahwa Menlu Iran “telah menyerahkan kepada Raja Yordania pesan tertulis dari Presiden Iran Ebrahim Raisi yang membahas hubungan bilateral kedua negara serta cara-cara penguatannya.”

Hubungan Yordania-Iran retak selama hampir dua dekade, setelah Yordania mendukung invasi militer diktator Irak mendiang Saddam Hossein terhadap Iran pada tahun 1980-an.

Hubungan antara Teheran dan Amman dicirikan sebagai diplomasi yang “hati-hati”, dan Yordania mengritik apa yang disebutnya campur tangan terhadap Iran dalam urusan internal Arab.

Sementara itu, menurut pernyataan Istana Kerajaan Yordania, Menlu Iran menekankan, “pentingnya perwalian Kerajaan Hasyimiyah (Yordania) dalam perlindungan dan perawatan tempat-tempat suci di Al-Quds Al-Sharif.”

Pernyataan itu menyebut bahwa dalam pertemuan itu telah ditekankan “pentingnya solusi politik untuk krisis kawasan, dan membangun hubungan regional yang mengkonsolidasikan keamanan dan stabilitas, berdasarkan prinsip ketetanggaan yang baik dan non-intervensif dalam urusan internal negara-negara.”

Pertemuan tersebut juga membahas “hubungan bilateral dan sejumlah isu regional yang menjadi kepentingan bersama.”

Edisi kedua Konferensi Kerja Sama dan Kemitraan Baghdad berakhir di wilayah Laut Mati ditutup pada hari yang sama. Konferensi itu dihadiri oleh delegasi Irak, Yordania, Prancis, Turki, Mesir, Kuwait, Arab Saudi, Emirat, Qatar, Kesultanan Oman, Bahrain dan Iran.

Konferensi itu diadakan dengan tujuan membantu Irak untuk memberikan keamanan, stabilitas dan kemakmuran, serta membahas berbagai isu penting lainnya.

Edisi pertama konferensi itu diadakan di ibu kota Irak, Bagdad, pada Agustus 2021. (raialyoum)

Menhan Inggris Klaim Rusia Bermaksud Balas Drone Iran dengan Komponen Militer Canggih

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menyatakan  Rusia bermaksud menyplai Iran dengan komponen militer canggih sebagai imbalan atas ratusan drone yang dipasok Iran.

Barat, termasuk Inggris, mengklaim bahwa senjata yang dipasok Iran telah digunakan oleh militer Rusia dalam perang Ukraina, termasuk serangan drone di kota-kota Ukraina dan infrastruktur energi utama.

“Iran telah menjadi salah satu pendukung militer terbesar Rusia,” kata Wallace kepada parlemen dalam pernyataannya tentang konflik Rusia-Ukraina.

Dia menambahkan, “Sebagai imbalan untuk menyediakan lebih dari 300 drone kamikaze, Rusia sekarang bermaksud memasok Iran dengan komponen militer canggih, yang membahayakan keamanan Timur Tengah dan internasional.”  (raialyoum)