Jakarta, ICMES. Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon merilis rekaman video yang dihimpun dari pesawat niwarak (drone) pengintainya di lokasi-lokasi strategis di bagian utara wilayah Palestina pendudukan tahun 1948, termasuk pelabuhan laut dan udara di kota Haifa.

Media Israel dan para tokoh Israel terus mengomentari video yang dipublikasi oleh Hizbullah dengan judul “Inilah yang dibawa pulang Hodhod,” yang telah menghimbun banyak gambar detail terkait dengan berbagai target strategis dan penting di wilayah utara Palestina pendudukan.
Gambar peta pada seragam seorang tentara Zionis memicu kontroversi luas di platform media sosial di negara-negara Arab, karena mencakup wilayah luas negara-negara sekitar Palestina pendudukan.
Berita selengkapnya:
Gempar, Drone Hodhod Hizbullah Tembus Israel dan Merekam Target-Target Vital di Haifa
Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon merilis rekaman video yang dihimpun dari pesawat niwarak (drone) pengintainya di lokasi-lokasi strategis di bagian utara wilayah Palestina pendudukan tahun 1948, termasuk pelabuhan laut dan udara di kota Haifa.
Hizbullah pada hari Selasa (18/6) memublikasi rekaman berdurasi 9 menit 31 detik dan menyarankan pemirsa di beberapa saluran untuk “menonton dan menganalisis adegan-adegan penting”, termasuk pesan bahwa drone bernama Hodhod itu berhasil dipulangkan ke Lebanon.
Keputusan untuk menyiarkan rekaman tersebut, termasuk gambar pemukiman dan situs militer di dalam dan sekitar Haifa, dan fasilitas pelabuhan, tampaknya ditujukan untuk penonton Israel.
Rekaman tersebut menandakan semakin besarnya kesulitan yang dihadapi militer Israel dalam menghadapi kemampuan drone Hizbullah.
Hingga berita ini disusun, belum ada reaksi dari otoritas politik atau militer Israel terhadap rekaman drone Hizbullah di Haifa, namun peristiwa ini pasti akan dipandang sebagai kegagalan yang memalukan bagi sistem rudal udara Israel.
Perkembangan ini terjadi ketika Hizbullah pada hari yang sama mengumumkan pihaknya telah melakukan serangan udara skala besar terhadap situs militer di wilayah yang diduduki Israel.
Kelompok resistensi Lebanon itu dalam sebuah pernyataannya mengaku telah melancarkan serangan udara dengan satu skuadron pesawat nirawak terhadap posisi artileri milik Batalyon 411 militer Israel di pemukiman Neve Ziv.
Hizbullah menambahkan bahwa pihaknya menyerang kerumunan pasukan Israel dan tepat mengena sasaran yang ditentukan hingga menjatuhkan korban jiwa di daerah tersebut.
Hizbullah lebih lanjut mengatakan serangan drone itu sebagai pembalasan atas serangan drone Israel yang menggugurkan komandan lapangan Hizbullah Muhammad Mustafa Ayoub dalam di pinggiran desa Selaa di distrik Tyre.
Sebelumnya pada hari Selasa, Hizbullah menyerang tank Merkava di situs Hadab Yarin milik tentara Israel dengan drone tempur.
Hizbullah hampir setiap hari melakukan serangan roket terhadap posisi Israel sebagai pembalasan atas agresi rezim terhadap Lebanon dan sebagai solidaritas terhadap Palestina.
Perang genosida di Gaza sejauh ini telah menggugurkan lebih dari 37.370 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Setidaknya 455 orang juga terbunuh di perbatasan Lebanon, termasuk lebih dari 80 warga sipil, menurut penghitungan AFP. (presstv)
Media Israel: Video Drone Hodhod Tandai Kegagalan Besar Israel
Media Israel dan para tokoh Israel terus mengomentari video yang dipublikasi oleh Hizbullah pada hari Selasa (18/6) dengan judul “Inilah yang dibawa pulang Hodhod,” yang telah menghimbun banyak gambar detail terkait dengan berbagai target strategis dan penting di wilayah utara Palestina pendudukan.
Saluran 14 Israel mengejek pernyataan tentara dengan mengatakan bahwa “alarm palsu tampak telah menggambarkan Teluk Haifa dan wilayah strategis sensitif lainnya di utara,” mengacu pada pernyataan juru bicara tentara Israel tentang pengaktifan sirine.
Media itu menyatakan, “Angkatan Udara prihatin dengan menjawab pertanyaan tentang bagaimana Hizbullah mampu terbang di atas instrumen paling mahal milik tentara Israel ketika mereka berlabuh di pelabuhan Haifa.”
Saluran 14 Israel menambahkan, “Meskipun Hizbullah telah membuat kita tidur selama dua hari, mereka sangat tertarik untuk memotret semua tempat strategis kita di seluruh wilayah Haifa.”
Saluran itu kemudian menyatakan, “Video Hizbullah menyampaikan pesan yang jelas kepada Israel bahwa Hizbullah tersebut hadir di wilayah Israel baik di udara, darat dan laut, dan sedang merencanakan apa yang akan terjadi selanjutnya, dan bahwa mereka mampu melancarkan serangan yang hebat.”
Menurut media itu, apa yang dilakukan Hizbullah tersebut menandai “kegagalan keamanan Israel tingkat pertama,” dan menunjukkan bahwa “situasi di utara jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan.”
Jackie Hoji, jurnalis Israel urusan Arab, mengatakan bahwa video Hizbullah “ingin menyampaikan pesan bahwa jika Israel tidak mengurangi serangan masifnya di Lebanon maka Hizbullah akan terpaksa menggunakan kekuatan yang lebih besar, dan bahwa Haifa ada di tangannya.”
Komentator urusan militer di Channel 13 Israel, Or Heller, mengatakan, “Hizbullah ingin menunjukkan kepada Israel bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk terbang di atas wilayah udaranya seperti halnya mereka terbang di atas wilayah udara Lebanon.”
Kepala otoritas lokal di Haifa, Yona Yahav, menyebutkan bahwa dengan video itu Hizbullah sedang mengobarkan perang urat saraf terhadap pemukim di Haifa dan wilayah utara.
Mantan ketua Dewan Keamanan Nasional, Giora Eiland, mengatakan kepada Channel 12 Israel, “Israel menggunakan terminologi yang salah terhadap Hizbullah dengan menyebutnya sebagai organisasi, sebab Hizbullah tidaklah demikian, melainkan tentara canggih yang tiada bandingannya sejak lama.”
Eiland menambahkan bahwa Hizbullah “memiliki 70 hingga 80 ribu pejuang yang terorganisir, terlatih dan dilengkapi dengan baik, dan ditempatkan di lingkungan yang sangat mendukung, yang sebagian besar berakar di dalam tanah, dan memungkinkan penempatan dan kemandirian dengan kekuatan kecil.”
Eiland menyimpulkan bahwa jika terjadi perang skala besar dengan Lebanon maka “Israel akan membuat kesalahan jika mencoba menangani Hizbullah hanya dengan cara militer.” (almayadeen)
Gambar Peta Israel di Seragam Tentara Zionis Hebohkan Warganet Arab
Gambar peta pada seragam seorang tentara Zionis memicu kontroversi luas di platform media sosial di negara-negara Arab, karena mencakup wilayah luas negara-negara sekitar Palestina pendudukan.
Peta yang ditampilkan di lengan seragam tentara Zionis tidak hanya mencakup wilayah Palestina pendudukan, melaikan juga meliputi wilayah luas dari negar-sekitarnya, termasuk Yordania dan Lebanon serta sebagian wilayah Suriah, Irak, dan Mesir.
Gambar peta pada seragam tentrara Zionis beredar dan tak pelak memicu kontroversi di media sosial. Para pegiat medsos berkomentar bahwa peta tersebut mencerminkan agenda ekspansionis yang mengingatkan pada ambisi kekaisaran dan setara dengan konsep politik Lebensraum (ruang hidup) Nazi Jerman.
Sementara itu, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) pada hari Selasa (18/6) menyebut aksi Israel di Jalur Gaza sebagai sesuatu yang “keji,” dan menekankan keharusan penghentian kejahatan terhadap “saudara-saudara kita di Gaza,” sebagaimana dikutup kantor berita resmi Saudi, SPA.
MBS menyatakan demikian dalam kata sambutannya pada resepsi tahunan di Istana Kerajaan di Mina bagi para petinggi dan tokoh Islam yang menunaikan ibadah haji.
Dia kembali menyampaikan seruan Kerajaan Arab Saudi kepada komunitas internasional untuk “mengakui Negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Al-Quds (Yerusalem) Timur sebagai ibu kotanya, agar rakyat Palestina dapat memperoleh hak-hak mereka yang sah, dan mencapai hak-hak yang komprehensif, adil dan permanen.” (alalam)