Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 15 Maret 2023

Jakarta, ICMES. Wasekjen Hizbullah, Syeikh Naim Qassem, menyatakan bahwa perjanjian Iran-Saudi memberikan secercah harapan untuk kerjasama negara-negara di kawasan, dan merupakan pukulan bagi “proyek permusuhan terhadap Iran”.

Al-Jazeera menyebutkan bahwa Saudi sedang berbicara dengan Iran, Ansarullah (Houthi) sedang berbicara dengan Saudi, sementara apa yang “pemerintah Yaman”,  kubu lawan Ansarullah, tampak terkucil.

Presiden Bashar al-Assad tiba di Moskow, dalam kunjungan resmi ke Rusia untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Berita Selengkapnya:

Hizbullah:  Kesepakatan Teheran-Riyadh Pukulan Telak bagi Proyek Permusuhan terhadap Iran

Wasekjen Hizbullah, Syeikh Naim Qassem, menyatakan bahwa perjanjian Iran-Saudi memberikan secercah harapan untuk kerjasama negara-negara di kawasan, dan merupakan pukulan bagi “proyek permusuhan terhadap Iran”.

“Mengenai isu Iran-Saudi, kami telah menyatakan kesenangan dan kebahagiaan kami atas perjanjian ini, karena ini merupakan secercah harapan untuk kerjasama dan keamanan negara-negara di kawasan, pengembangan ekonomi mereka, dan promosi kemerdekaan dan pilihan bebas mereka,” ungkap Syeikh Naim Qassem, Selasa (14/3).

“Perjanjian ini merupakan pukulan telak bagi proyek permusuhan terhadap Iran, yang sedang dikerjakan oleh entitas Israel bekerjasama dengan Amerika, karena mereka ingin negara-negara di kawasan, terutama negara-negara Teluk, bersepakat bahwa Iranlah musuh mereka, bukan entitas Israel.”

Syeikh Qassem menegaskan, “Entitas Israel bukan hanya musuh bagi Palestina, melainkan juga bagi Lebanon, Arab, Muslim dan kemanusiaan, karena entitas itu terbangun di atas kejahatan, pembunuhan, penghancuran, teror terhadap anak-anak kecil, dan perampasan hak orang lain.”

Iran, Arab Saudi dan China pada hari Jumat lalu mengumumkan pernyataan bersama bahwa Teheran dan Riyadh telah mencapai kesepakatan yang mencakup persetujuan untuk pemulihan hubungan diplomatik di antara mereka dan pembukaan kembali kedutaan dan perwakilan mereka dalam jangka waktu maksimal dua bulan.

Iran menyatakan siap mengembangkan hubungan dengan semua negara regional, termasuk Bahrain.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyatakan bahwa prinsip kerukunan hidup bertetangga yang dianut Iran tidak mengecualikan negara manapun di kawasan sekitarnya, termasuk Bahrain, yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada tahun 2016.

“Meningkatkan hubungan dengan negara-negara regional, termasuk Bahrain, adalah salah satu kebijakan pemerintah  (Iran),” kata Kanaani kepada jaringan berita televisi berbahasa Arab, Al-Alam, milik Iran, Selasa (14/3).

Ketua Parlemen Bahrain Ahmed Al-Musallam Ahad lalu mengatakan bahwa Manama terbuka untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Iran.

Sebagai awal perbaikan hubungan, kata Al Musallam, telah dilakukan pembicaraan pembukaan kembali jalur udara antara kedua negara. (raialyoum/presstv)

Iran dan Saudi Berdamai, Bagaimana Nasib Sekutu Saudi Anti-Ansarullah di Yaman

 â€œApakah pemerintah Yaman dikesampingkan setelah kesepakatan Saudi-Iran?” demikian judul editorial Al-Jazera yang berbasis di Doha, Qatar, Selasa (14/3).

Disebutkan bahwa Saudi sedang berbicara dengan Iran, Ansarullah (Houthi) sedang berbicara dengan Saudi, sementara apa yang “pemerintah Yaman”,  kubu lawan Ansarullah, sepertinya tidak berbicara dengan siapa pun.

Hal itu setidaknya terlihat dari negosiasi selama berbulan-bulan antara pejabat Saudi dan Ansarullah yang dikabarkan membuahkan hasil. Gagasan ini mendapat dorongan baru minggu lalu ketika Arab Saudi dan Iran sepakat untuk memulihkan hubungan.

Teheran mengatakan mendukung Houthi secara politik tetapi menyangkal menyuplai senjata kepada mereka, seperti yang dituduhkan oleh Riyadh dan lain-lain selama perang Yaman yang telah berlangsung lama.

Al-Jazeera menyebutkan bahwa beberapa orang berbicara tentang penarikan penuh Saudi dari Yaman, sementara yang lain membicarakan kemungkinan gencatan senjata baru untuk meresmikan sifat konflik saat ini yang relatif beku.

Al-Jazera lantas menyatakan bahwa apa pun masalahnya, pemerintah dan aktor lokal lainnya di pihak koalisi yang dipimpin Saudi, termasuk separatis Dewan Transisi Selatan (STC), mengalami suatu masalah di mana dalam putaran negosiasi terakhir, mereka merasa seperti berada di luar melihat ke dalam.

Rashad al-Alimi, orang yang disebut Al-Jazeera sebagai presiden Yaman, telah berusaha menghilangkan kekhawatiran bahwa pihaknya dikesampingkan  dan berpotensi ditinggalkan  oleh Arab Saudi.  Dia mengaku mendukung pembicaraan saat ini dan menyebutnya membuka jalan untuk negosiasi di masa depan antara pihaknya dan Ansarullah.

Tetapi mereka yang melihat pembicaraan saat ini sebagai bukti impotensi kubu anti-Ansarullah  menunjukkan keadaan suram bagi akses al-Alimi sendiri ke kursi kepresidenan. (aljazeera)

Berkunjung ke Rusia, Presiden Suriah Disambut dengan Seremoni Resmi

Presiden Bashar al-Assad tiba di Moskow, Selasa (14/3), dalam kunjungan resmi ke Rusia untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Upacara penerimaan resmi diadakan untuk Presiden al-Assad di Bandara Internasional Vnukovo. Al-Assad diterima oleh Mr. Michael Bogdanov, perwakilan khusus Presiden Putin dan wakil Menteri Luar Negeri, Duta Besar Rusia di Damaskus Alexander Efimov dan Duta Besar Suriah di Moskow, Bashar al-Jaafari.

Dua lagu kebangsaan Suriah dan Rusia dimainkan, dan kemudian Presiden al-Assad meninjau penjaga kehormatan.

Ini adalah pertama kalinya sebuah seremoni resmi diadakan untuk kunjungan presiden Suriah sejak awal perang, karena kunjungan Al-Assad biasanya diumumkan setelah dia kembali ke Damaskus.

Presiden Suriah didampingi dalam kunjungannya oleh delegasi menteri.

Presiden Rusia Vladimir Putin akan menerima Presiden Suriah Bashar al-Assad pada hari ini, Rabu, untuk pembicaraan di Kremlin, ungkap kepresidenan Rusia dalam sebuah pernyataan pada hari, Selasa.

Kremlin menyebutkan, “Masalah terkini yang terkait dengan pengembangan kerjasama Rusia-Suriah di bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan kemanusiaan akan dibahas, selain prospek penyelesaian situasi yang terkoordinasi di Suriah dan di seluruh negeri.” (sana)