Jakarta, ICMES. Pasukan Israel telah membunuh enam warga Palestina dalam serangan di desa Kafr Dan dekat Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, kata Kementerian Kesehatan Palestina, ketika Israel meningkatkan serangannya di wilayah tersebut di tengah situasi perang di Gaza.

Hamas dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) menyampaikan tanggapan mereka atas rencana gencatan senjata Gaza yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berbagai laporan dari Israel menilai superioritas rezim Zionis ini di udara mulai terkikis oleh keberhasilan drone Hizbullah mencapai sasaran di wilayah pendudukan Palestina serta keberhasilan Hizbullah menembak jatuh drone-drone Israel di angkasa Lebanon.
Berita selengkapnya:
Tentara Israel Bunuh Enam Orang Palestina di Tepi Barat
Pasukan Israel telah membunuh enam warga Palestina dalam serangan di desa Kafr Dan dekat Jenin di wilayah pendudukan Tepi Barat, kata Kementerian Kesehatan Palestina, ketika Israel meningkatkan serangannya di wilayah tersebut di tengah situasi perang di Gaza.
Kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa pasukan khusus Israel memasuki desa tersebut pada hari Selasa (11/6) dan mengepung sebuah rumah sebelum menembakinya,.
Enam pria yang dibunuh berusia 21 hingga 32 tahun, menurut Kementerian Kesehatan. Salah satunya, Ahmad Smoudi, adalah saudara laki-laki dari seorang anak berusia 12 tahun yang ditembak mati oleh pasukan Israel di Jenin pada tahun 2022.
Batalyon Jenin dari Brigade al-Quds , sayap bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ), sebelumnya mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka terlibat dalam pertempuran “sengit” dengan pasukan Israel di Kafr Dan.
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan operasi “kontra-terorisme” di desa tersebut, dan membunuh empat warga Palestina bersenjata.
Pasukan Israel juga telah membunuh empat warga Palestina di sebelah barat Ramallah pada hari Senin dan tiga lainnya di Jenin pada hari Jumat.
Militer Israel secara rutin melancarkan serangan mematikan di Tepi Barat selama beberapa tahun terakhir , suatu tren yang meningkat seiring dimulainya perang di Gaza.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, Israel telah membunuh 544 warga Palestina, termasuk 133 anak-anak, di Tepi Barat sejak Oktober 2023 ketika kekerasan di Gaza pecah. Israel juga telah menahan ribuan warga Palestina selama periode tersebut.
Warga Palestina di Tepi Barat juga menghadapi serangan kekerasan dari pemukim Israel, yang menyerang petani dan menyerbu kota-kota Palestina dalam beberapa bulan terakhir, dan ini seringkali terjadi di bawah perlindungan militer Israel.
Rawhi Fattouh, anggota Dewan Nasional Palestina, mengatakan serangan Israel di Tepi Barat adalah “kelanjutan dari pembantaian, pembersihan etnis dan genosida yang menargetkan rakyat Palestina di Gaza”.
“Pemerintah (Israel) yang rasis ini berupaya melakukan segala cara untuk meledakkan situasi di Tepi Barat dan kawasan sekitar serta mengubah konflik menjadi pertarungan agama dan ideologi yang akan membawa kawasan ke dalam tungku kekerasan, pembunuhan dan pembantaian,” Kata Fattouh dalam sebuah pernyataan.
Dia meminta komunitas internasional turun tangan dan “memadamkan kegilaan ini”. (wafa/aljazeera)
Hamas dan PIJ Tanggapi Usulan Gencatan Senjata yang Didukung PBB
Hamas dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) menyampaikan tanggapan mereka atas rencana gencatan senjata Gaza yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hamas menanggapi proposal yang didukung AS untuk gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tawanan dengan beberapa “komentar” mengenai rencana tersebut, kata mediator Qatar dan Mesir.
Hamas dan kelompok Jihad Islam (PIJ), faksi yang lebih kecil, mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Selasa (11/6) bahwa mereka siap “berurusan secara positif untuk mencapai kesepakatan” dan bahwa prioritas mereka adalah “penghentian sepenuhnya” serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada saluran televisi Lebanon Al-Mayadeen bahwa Hamas telah “menyampaikan beberapa komentar mengenai proposal tersebut kepada mediator, tanpa memberikan rincian apapun.
“Tanggapan Hamas menegaskan kembali pendirian kelompok ini bahwa setiap perjanjian harus mengakhiri agresi Zionis terhadap rakyat kami, mengeluarkan pasukan Israel, membangun kembali Gaza dan mencapai kesepakatan yang serius untuk pertukaran tawanan,” kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters.
Kementerian luar negeri Qatar dan Mesir dalam pernyataan bersama mengatakan bahwa mereka sedang mengkaji tanggapan tersebut, dan akan melanjutkan upaya mediasi mereka bersama dengan AS “sampai kesepakatan tercapai”.
Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan AS juga telah menerima dan sedang mengevaluasi tanggapan tersebut.
“Kami sedang berupaya mengatasi respons Hamas,” kata Kirby kepada wartawan.
Para pemimpin Hamas dan PIJ mengatakan tanggapan yang disampaikan termasuk amandemen. Amandemen tersebut mencakup penarikan total dari seluruh Jalur Gaza, termasuk penyeberangan Rafah dan Koridor Philadelphia, perbatasan penting dengan Mesir.
Israel menginginkan penghancuran Hamas secara politik maupun militer, sedangkan apa yang disarankan dalam proposal itu ialah bahwa Hamas mungkin bisa bertahan dalam beberapa cara.
Tanggapan ini muncul ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Timur Tengah untuk mencari kesepakatan mengenai rencana gencatan senjata dan rencana rekonstruksi dan pemerintahan pascaperang di Gaza.
Blinken bertemu dengan para pejabat Israel pada hari Selasa dalam upaya untuk mengakhiri serangan udara dan darat Israel yang telah berlangsung selama delapan bulan dan telah menghancurkan Gaza, sehari setelah proposal gencatan senjata yang didukung AS disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. (almayadeen/aljazeera)
Israel Merasa Supremasinya di Angkasa Terkikis oleh Kemajuan Hizbullah
Berbagai laporan dari Israel menilai superioritas rezim Zionis ini di udara mulai terkikis oleh keberhasilan drone Hizbullah mencapai sasaran di wilayah pendudukan Palestina serta keberhasilan Hizbullah menembak jatuh drone-drone Israel di angkasa Lebanon.
Hizbullah mencapai keberhasilan di tingkat ofensif dan defensif, yang menambah kekhawatiran di Israel akan bahaya kemampuan udara yang dimiliki oleh Hizbullah dalam perang besar yang berpotensi pecah antara kedua pihak.
Dilaporkan bahwa keberhasilan pemimpin Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, menghapus garis merah yang ditarik oleh Menteri Keamanan Israel, Yoav Galant, dalam pernyataan-pernyataannya yang diulang-ulang, terjadi bersamaan dengan menurunnya nada ancaman Israel yang menyerukan perluasan perang terhadap Lebanon.
Komentator urusan militer di Channel 13 Israel, Alon Ben David, mencatat bahwa secara politis Israe l memiliki banyak keraguan, karena ketakutan untuk memasuki “peristiwa” di utara, dan ketidak tahuan ihwal cara mengakhirinya.
Ben David menyebutkan bahwa Israel menyadari perang melawan Hizbullah pasti akan berakhir dengan kesepakatan, karena Israel tidak memiliki kemampuan untuk menghancurkan Hizbullah, dan jika berperang dengannya maka akan menanggung risiko besar.
Senada dengan ini, komentator urusan politik di saluran Kan Israel, Suleiman Maswad, memandang bahwa tingkat antusiasme di Israel untuk memperluas perang melawan Hizbullah cukup rendah, dan para politisi dengan jujur mengatakan “kita tidak boleh terseret pada perang di utara.”
Memperkuat pendapat demikian, ketua Dewan Lokal di Galilea Atas, Giora Zaltz, dalam wawancara dengan Kan mengatakan “Perang antara Beirut dan Tel Aviv tidak akan terjadi, karena tidak ada yang menginginkannya.”
Dia menambahkan bahwa “pada akhirnya, kedua pihak akan mencapai perjanjian, dan perjanjian ini akan tetap sama, dengan atau tanpa tindakan militer.”
Analis urusan ekonomi Kan, Saul Amsterdamsky, memperingatkan bahwa penembakan senjata presisi dan berat yang dilakukan Hizbullah ke fasilitas-fasilitas strategis Israel akan menyebabkan perekonomian Israel memasuki keadaan stagnasi, investasi asing akan lari dari Israel, pajak, harga, dan nilai tukar Dolar akan naik, dan kondisi kehidupan di Israel akan berubah. (almayadeen)