Rangkuman Berita Utama Timteng Rabu 10 Mei 2023

Jakarta, ICMES. Sayap bersenjata Gerakan Jihad Islam, Brigade Al-Quds, memastikan bahwa tekad dan semangat mereka untuk terus berjuang melawan Rezim Zionis Israel semakin berkobar pasca gugurnya tiga komandan Brigade Al-Quds akibat serangan udara Israel

Arab Saudi memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan misi diplomatiknya di Suriah, lebih dari satu dekade setelah menutup kedutaan besarnya di Damaskus, menyusul pecahnya konflik berdarah di Suriah.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken dan sejawatnya dari Inggris, James Cleverly, menyebut pemerintah Suriah tidak pantas kembali ke Liga Arab tanpa syarat.

Berita Selengkapnya:

Tiga Tokohnya Gugur, Jihad Islam Palestina Pastikan Tekadnya Makin Berkobar

Sayap bersenjata Gerakan Jihad Islam, Brigade Al-Quds, memastikan bahwa tekad dan semangat mereka untuk terus berjuang melawan Rezim Zionis Israel semakin berkobar pasca gugurnya tiga komandan Brigade Al-Quds akibat serangan udara Israel pada Selasa (9/5).

Hal itu dinyatakan oleh Juru Bicara Brigade Al-Quds, Abu Hamza, beberapa jam setelah serangan udara tersebut menerjang berbagai wilayah di Jalur Gaza.

Serangan itu menggugurkan sedikitnya 13 orang Palestina, termasuk empat anak kecil dan empat wanita, serta melukai 20 lainnya, sementara Brigade Al-Quds mengatakan bahwa tiga pemimpinnya serta istri dan anak mereka termasuk di antara para korban.

“Musuh melakukan kejahatan baru terhadap rakyat, pemimpin kami, dan mujahidin kami dalam pembantaian yang mengerikan dan sporadis di berbagai wilayah Gaza, dan itu adalah kejahatan terhadap warga sipil dan kemanusiaan,” kecam Abu Hamza.

Setelah menyebutkan nama dan identitas para tokohnya yang gugur itu, Abu Hamza menegaskan, “Kejahatan ini hanya akan meningkatkan tekad Brigade Al-Quds untuk melanjutkan jalan yang ujungnya hanya akan menjadi kekalahan musuh dan para pemimpinnya, dan kami menegaskan komitmen kami untuk tugas kami terhadap para syuhada dan untuk menghadapi agresi Israel dengan segala keberanian dan ketabahan.”

Dalam pernyataan sebelumnya, Jihad Islam menegaskan, “Tanggapan Palestina terhadap pembantaian ini tidak akan ditunda,”

Sementara itu, Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, menyebut  Israel “telah membuat kesalahan” dan  akan membayar mahal kejahatan pembunuhan para pemimpin Jihad Islam.

Tentara Israel menyatakan bahwa operasi tersebut memang menyasar  Jihad Islam dan para pemimpinnya, yang “mengarahkan pelaksanaan operasi dan peluncuran rudal terhadap Israel.”

Perkembangan ini terjadi sekitar seminggu setelah terjadi eskalasi militer di Gaza menyusul kematian tahanan Khader Adnan di  penjara Israel.

Eskalasi berakhir pada Rabu dini hari pekan lalu dengan gencatan senjata antara Israel dan faksi Palestina, yang dilanggar Tel Aviv pada dini hari Selasa kemarin dengan menyerang tiga tokoh Jihad Islam tersebut.

Serangan udara pada Selasa kemarin menjadi episode terbaru meningkatnya kekerasan dalam lebih dari satu tahun, di mana serangan militer Israel kerap terjadi, dan meningkat pula  kekerasan pemukim Zionis di wilayah pendudukan Tepi Barat, sehubungan dengan serangkaian serangan warga Palestina terhadap orang Israel.

Beberapa jam setelah Israel menyerang Gaza, tentara Israel menyerbu kota Nablus, Tepi Barat, yang merupakan salah satu titik nyala dalam konfrontasi antara tentara Israel dan pejuang Palestina selama berbulan-bulan. (raialyoum)

Arab Saudi Pulihkan Misi Diplomatiknya di Suriah Setelah Berhenti 11 Tahun

Arab Saudi memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan misi diplomatiknya di Suriah, lebih dari satu dekade setelah menutup kedutaan besarnya di Damaskus, menyusul pecahnya konflik berdarah di Suriah.

Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi Saudi, SPA, Selasa (9/5), menyatakan bahwa langkah ini “memperhitungkan” keputusan Dewan Menteri Luar Negeri negara-negara Arab pekan lalu untuk memulihkan partisipasi delegasi Suriah dalam pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri Liga Arab.

Kementerian Luar Negeri Saudi menjelaskan, “Berdasarkan ikatan persaudaraan yang menyatukan rakyat Kerajaan Arab Saudi dan Republik Arab Suriah, dan untuk berkontribusi pada pengembangan aksi bersama Arab, dan untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan, Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan misi diplomatiknya di Republik Arab Suriah.”

Pada Ahad lalu Liga Arab memutuskan untuk memulihkan partisipasi delegasi pemerintah Suriah dalam pertemuannya, lebih dari 11 tahun setelah penangguhan kegiatan Damaskus, menyusul pecahnya gejolak pemberontakan dan terorisme di Suriah.

Keputusan itu mengakhiri isolasi diplomatik yang diberlakukan oleh beberapa negara Arab sejak awal konflik tahun 2011 terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang pemerintahnya kini sedang mencari dana rekonstruksi.

Konflik di Suriah telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dan menelantarkan lebih dari setengah populasi di dalam dan luar negeri. Suriah kala itu juga berubah menjadi ajang konflik antarkekuatan regional dan internasional.

Kepedulian kepada korban gempa bumi yang melanda Suriah dan Turki pada Februari lalu membantu mempercepat prose pemulihan hubungan Suriah dengan lingkungan Arabnya, dan Presiden Al-Assad pun telah berkomunikasi dengan para pemimpin sejumlah negara Arab serta mendapat bantuan kemanusiaan dari mereka. (raialyoum)

Kecewa Berat, AS dan Inggris Sebut Suriah Tak Pantas Kembali ke Liga Arab

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken dan sejawatnya dari Inggris, James Cleverly, menyebut pemerintah Suriah tidak pantas kembali ke Liga Arab tanpa syarat.

Pernyataan itu dinyatakan keduanya dalam konferensi pers d bersama di Washington, AS, di mana keduanya mengkritik kembalinya Suriah ke Liga Arab.

Blinken menekankan bahwa Suriah tidak pantas kembali tanpa syarat ke Liga Arab, dan bahwa keduanya telah menjelaskan hal ini kepada negara-negara Arab secara terus terang.

Dia menyebutkan bahwa AS tidak akan menormalisasi hubungan dengan pemerintah Suriah, tapi di sisi lain, memiliki tujuan yang sama dengan negara-negara Arab terkait kembalinya pengungsi, menemukan solusi politik untuk krisis, dan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Suriah tanpa hambatan.

Dia juga menyatakan bahwa pandangan keduanya sejalan dengan negara-negara Arab mengenai pemutusan pengaruh Iran di Suriah, dan upaya pembasmian ISIS secara permanen.

Di pihak lain, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengungkapkan kekesalan negaranya atas kembalinya Suriah ke Liga Arab secara tanpa syarat, dan menyebutkan bahwa Inggris telah memberi tahu mitranya di Timur Tengah tentang hal ini.

Dia menekankan bahwa kembalinya Suriah ke Liga Arab harus bersyarat, setidaknya terkait dengan beberapa perubahan mendasar dalam perilaku Suriah dan persyaratan untuk memastikan keamanan para pengungsi yang ingin kembali ke rumah mereka. (raialyoum)