Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 9 September

Jakarta, ICMES. Jenderal Israel Tal Kalman menyatakan bahwa hampil semua peristiwa di kawasan Timur Tengah tidak lepas dari sepak terjang Iran, yang membuat Israel akan berhadapan dengan perang total yang juga akan melibatkan Suriah, Libanon, Irak, Yaman dan Jalur Gaza.

Penjabat Perdana Menteri Afghanistan Mullah Hasan Akhund berjanji akan menjamin keamanan dan keselamatan para pejabat sebelumnya jika mereka pulang ke Afghanistan, dan karena itu dia mengimbau mereka pulang.

Juru bicara Dewan Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Abolfazl Shekarchi menyatakan bahwa peristiwa terbesar bagi Afghanistan adalah hengkangnya tentara Amerika Serikat.

Berita Selengkapnya:

Jenderal Israel Ungkap Bagaimana Iran Menggalang Kekuatan untuk Musnahkan Israel

Jenderal Israel Tal Kalman menyatakan bahwa hampil semua peristiwa di kawasan Timur Tengah tidak lepas dari sepak terjang Iran, yang membuat Israel akan berhadapan dengan perang total yang juga akan melibatkan Suriah, Libanon, Irak, Yaman dan Jalur Gaza.

Dikutip Rai Al-Youm, Rabu (8/9), Mayjen Tal Kalman yang menjadi komandan front anti-Iran yang dikenal dengan “Third Circle” (Lingkaran Ketiga) dalam wawancara dengan surat kabar Maariv mengatakan,”Iran menempuh tindakan-tindakan di lapangan, dan siap membayar mahal untuk mewujudkan impiannya. Rezimnya bertahan sabar, memiliki visi strategis jangka panjang, tidak menunggu besok, melainkan berharap sampai 30-40 ke depan.”

Ditanya ihwal nuklir Iran, dia menjelaskan, “Urusan nuklir adalah paling berbahaya dan krusial, menjadi ancaman eksistensial bagi Israel, sebab berarti keterlibatan dalam persaingan senjata nuklir yang tentunya akan mengubah Timteng, kawasan persimpangan utama jalur-jalur transportasi dan perdagangan antarpenjuru dunia, meski tersedia sejumlah implikasi strategis yang sangat besar dari perjanjian normalisasi hubungan dengan Teluk dan negara-negara lain, dan ada probabilitas yang kongkret untuk menghasilkan poros moderat dalam melawan poros Iran, yang menyebabkan keterusikan Khamenei karena dapat meruntuhkan ambisi regionalnya.”

Dia juga menyebutkan, “Konfrontasi anti-Iran berlangsung di sejumlah gelanggang lain di saat yang sama, dan ini adalah peristiwa berat. Karena itu, masalah ini harus menjadi prioritas Israel, mengingat bahwa Pasukan Quds (dari Korps Garda Revolusi Islam Iran/IRGC) di Suriah telah berhasil menggerakkan rudal-rudal presisi Iran melalui jalur darat. Rudal-rudal ini di wilayah Suriah mengarah ke Israel, ada data-data rinci mengenai jumlahnya, tapi saya tak dapat menyebutkannya, ini bukan rudal eceran, dan mereka terus mengangkutnya lebih banyak lagi.”

Mengenai kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon, Mayjen Tal Kalman menyatakan, “Proyek rudal presisi Hizbullah sangat meresahkan Israel, sebab ini bukan sekedar rudal balistik, melainkan juga rudal jelajah dan pesawat nirawak, yang diproduksi oleh industri militer Iran dengan jumlah yang mencapai ribuan unit dan didistribusikan di kawasan. Hizbullah sendiri juga membangun daya produksi secara independen selama bertahun-tahun. Karena itu, dapat dikatakan bahwa sekarang ini ancaman rudal presisi dari Libanon adalah yang paling krusial setelah Iran, tapi dalam jangka waktu satu atau dua tahun ke depan, bisa jadi jumlahnya akan membludak di semua gelanggang.”

Kalman melontarkan dalih Israel untuk mengintimidasi Hizbullah dan negara Lebanon yang menjadi basisnya.

“Dapat dikatakan bahwa proyek rudal ini merupakan ancaman strategis yang berbahaya. Kemajuannya secara kontinyu memperparah dilema Israel, yang bisa jadi akan mencapai titik keputusan di mana ia tak dapat lagi berdampingan dengan ancaman ini,” tuturnya.

Dia lantas bersumbar,“Ini berarti perang dengan Lebanon, Israel siap untuk ini, dan membangun rencana, tapi   tak akan seperti perang tahun 2006. Israel memang akan terkena rudal, tapi Hizbullah akan menerima pukulan mematikan sebagai resiko dari keputusannya, dan pemerintah Libanon akan membayar mahal dan berdampak padanya dalam beberapa dekade mendatang.”

Di bagian akhir wawancara, Mayjen Tal Kalman mengatakan, “Terlepas dari pembicaraan mengenai sejauh mana kedekatan kita dengan keputusan demikian, kita juga mengeveluasi situasi di berbagai arena lain, sebab asumsi yang dominan di Israel ialah bahwa jika sampai terlibat perang dengan Lebanon maka pertempuran tidak akan berkobar dari sana, melainkan juga bisa jadi datang dari Suriah atau bahkan juga Iran dan Gaza.”

Rai Al-Youm dalam laporan khususnya tentang ini menyebutkan  bahwa Israel telah berulang kali mengkonfirmasi ketidak mampuannya untuk terlibat perang total di sejumlah front sekaligus. Menurutnya, banyak petinggi militer dan keamanan Israel menyebutkan bahwa wilayah Israel (Palestina pendudukan 1948) tak siap untuk menerima hujan rudal yang akan jatuh dalam perang yang mungkin berkobar di masa mendatang, apalagi ada kepastian bahwa rudal-rudal Hizbullah menjangkau semua wilayah negara Zionis tersebut.  (raialyoum)

Penjabat PM Afghanistan Janji Jamin Keamanan Para Pejabat Pemerintah Sebelumnya

Penjabat Perdana Menteri Afghanistan Mullah Hasan Akhund berjanji akan menjamin keamanan dan keselamatan para pejabat sebelumnya jika mereka pulang ke Afghanistan, dan karena itu dia mengimbau mereka pulang.

Dalam wawancara dengan saluran Al-Jazeera, Rabu (8/9), Akhund menyatakan bahwa para pemimpin Taliban mengemban tanggungjawab besar di depan rakyat Afghanistan.

“Kami telah menanggung kerugian besar demi momen yang bersejarah ini, masa pertumpahan darah di Afghanistan telah usai,” ungkapnya.

Di pihak lain, dubes pemerintah Afghanistan sebelumnya untuk Tajikistan Mohammad Zahir Aghbar menyatakan bahwa pemimpin Front Perlawanan Nasional (FNR) yang bertahan melawan Taliban di Panjshir Ahmad Massoud dan wakil presiden Afghanistan sebelumnya, Amrullah Saleh, tidak kabur dari Afghanistan, dan pasukannya masih berperang melawan Taliban yang berkuasa di negara ini.

Dalam jumpa pers di Dushanbe, Rabu, Aghbar mengaku masih rutin menjalin komunikasi dengan Saleh, namun mengakui bahwa para petinggi NRF tak dapat menghubunginya karena faktor keamanan.

“Ahmad Massoud dan Amrullah Saleh tidak kabur ke Tajikistan. Tidak benar kabar bahwa Ahmad Massoud meninggalkan Panjshir, dia ada di Afghanistan,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Saya masih menjalin komunikasi kontinyu dengan Amrullah Saleh, yang sekarang ada di Panjshir dan mengendalikan pemerintahan Republik Islam Afghanistan.”

Taliban menguasai Afghanistan sejak Agustus lalu, dan belakangan ini mengaku telah menguasai Panjshir, provinsi terakhir yang bertahan melawan Taliban, namun NRF tidak mengakui kemenangan Taliban.

Rabu kemarin Taliban mendeklarasikan pemerintahan baru yang masih dapat diubah, dan menyatakan bahwa pemerintahan ini mengemban misi pelayanan kepada rakyat dan upaya mengatasi berbagai persoalan mereka.

Sejumlah elemen politik terkemuka di Afghanistan mengritik pembentukan pemerintahan baru oleh Taliban.

Salahuddin Rabbani, Pemimpin Partai Al-Jam’iyyah al-Islamiyyah, salah satu partai besar di Aghanistan, menyebut pemerintahan yang dibentuk Taliban ”tidak seimbang” serta “lebih monopolistik dan radikal dalam politik dan pemerintahan daripada para pemimpin sebelumnya”.

Ata Mohammad Nur, pemimpin kelompok sempalan Al-Jam’iyyah al-Islamiyyah dalam sebuah postingan di Facebook menyatakan, “Deklarasi pemerintahan (oleh Taliban) itu menyalahi semua kaidah dan undang-undang, dan ini merupakan pertanda dominasi, monopoli dan kembali ke masa lalu.”  (raialyoum/alalam)

Jenderal Iran: Peristiwa Terbesar bagi Afghanistan adalah Hengkangnya Pasukan AS

Juru bicara Dewan Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Abolfazl Shekarchi menyatakan bahwa peristiwa terbesar bagi Afghanistan adalah hengkangnya tentara Amerika Serikat (AS).

“Peristiwa terbesar bagi Afghanistan adalah hengkangnya orang-orang AS,” ujar Shekarchi dalam wawancara dengan Al-Alam, Rabu (8/9).

Dia menilai bahwa AS bukan keluar dari Afghanistan, melainkan “kalah dan kabur dari sana”

Shekarchi menyebutkan bahwa keberadaan AS  alih-alih menciptakan keamanan justru menyebabkan banyak kehancuran dan instabilitas di kawasan.

“Afghanistan dan Irak adalah buktinya,” ungkapnya.

Dia menambahkan, “Pemerintahan apapun yang dibentuk di Afghanistan haruslah mencakup semua pihak dan menyediakan keamanan.”

Shekarchi juga mengimbau kepada pemerintahan baru Afghanistan agar tak membuka peluang bagi kembalinya AS, dan tidak pula menimbulkan efek negatif pada keamanan negara-negara jiran Afghanistan dan kawasan secara umum.

Menurutnya, perkembangan situasi di Afghanistan sejauh ini tidak membuat Iran menerapkan strategi baru.

Mengenai Yaman dia mengatakan bahwa AS dan Arab Saudi menuduh Iran sembari meremehkan bangsa Yaman yang telah mampu membuat senjata sendiri dalam melawan agresor.

“Iran membela bangsa-bangsa tertindas, tapi tak berarti mengirim senjata,” sambungnya.

Mengenai Israel, Shekarchi memastikan rezim Zionis itu tahu persis bagaimana kekuatan Iran sehingga tak akan berani dan mampu berhadapan dengan Iran.  Dia juga menyebutkan bahwa strategi yang ditetapkan oleh pendiri Republik Islam Iran Imam Khomaini ialah pemusnahan negara ilegal Israel. Mengenai Suriah dan Irak,  juru bicara Dewan Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran mengatakan bahwa Iran memberikan nasihat militer kepada keduanya adalah karena ada permintaan resmi. Dia juga memastikan bahwa apa yang dilakukan Iran selama ini di kawasan Timur Tengah bukanlah “bertualang”, melainkan semata-mata berjuang untuk memulihkan keamanan. (alalam)