Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 8 Desember 2022

Jakarta, ICMES. Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengecam Amerika Serikat (AS) dan menyebutnya ingin menjadikan Iran seperti Suriah dan Afghanistan namun tidak berdaya untuk memenuhi keinginan ini.

Pemimpin Gerakan Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik al-Houthi menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah pihak yang diuntungkan oleh perang di Yaman sehingga tak menginginkan redanya perang di Yaman, dan bahwa bangsa Yaman tidak akan pernah mengagresi negara Islam manapun karena bangsa Yaman tidak seperti dinasti yang berkuasa di Saudi, UEA dan Bahrain.

Tentara Israel membunuh seorang pemuda Palestina dengan dalih pemuda itu melepaskan tembakan dari kendaraannya di sebuah titik militer di dekat pemukiman Ofra.

Berita Selengkapnya:

Presiden Raisi: AS Ingin Jadikan Iran Seperti Suriah dan Afghanistan, Tapi Tak Sanggup

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi mengecam Amerika Serikat (AS) dan menyebutnya ingin menjadikan Iran seperti Suriah dan Afghanistan namun tidak berdaya untuk memenuhi keinginan ini.

 â€œAS mencari-cari kehancuran. Mereka ingin Iran menjadi reruntuhan daripada menjadi kuat dan tangguh. Mereka berusaha agar Iran dihancurkan seperti Suriah dan Afghanistan. Namun, mereka telah membuat kesalahan perhitungan karena kaum pria dan wanita Iran yang terpelajar dan berpengetahuan luas tidak akan mengizinkan mereka untuk menerapkan skema demikian,” kata Presiden Raisi dalam pidato peringatan Hari Mahasiswa di Universitas Teheran, Rabu (7/12).

Dia menambahkan, “Mereka (AS) ingin menghalangi kemajuan negara kita; tapi kita tidak membiarkan mereka melakukannya. Mereka menyatakan kita tidak akan dapat berbisnis dengan tetangga kita kecuali kita menyetujui Satuan Tugas Aksi Keuangan (FATF). Saat ini kita telah memperluas interaksi kita dengan negara-negara regional dan bahkan telah mengaktifkan infrastruktur komersial regional, seperti Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).”

Sayid Raisi menyebutkan bahwa hampir 35.000 orang menderita cacat akibat 20 tahun perang AS di Afghanistan, namun AS malah tak segan-segan menawarkan harapan dan sukacita kepada negara-negara dunia.

Presiden Iran juga menyebut pemerintah AS sebagai pemerintahan yang paling otoriter dan diktator, dan memuji Hari Mahasiswa Iran sebagai manifestasi dari perang melawan “superdiktator dunia, AS”.

Sayid Raisi menepis anggapan bahwa kerusuhan di Iran adalah akibat situasi ekonomi negara. Dia juga menyebutkan bahwa masyarakat tak mendukung para perusuh setelah mereka mengetahui niat sebenarnya di balik kerusuhan tersebut.

Dia mengatakan pemerintah Iran akan terus mendengarkan keluhan para pengunjuk rasa, termasuk mahasiswa. Dia juga mengaku terus menjalin dialog dan komunikasi dengan mahasiswa dan elit negara sejak menjabat pada Agustus 2021.

(presstv)

Pemimpin Ansarullah: Yaman bukan Agresor Seperti Dinasti Saudi, UEA dan Bahrain

Pemimpin Gerakan Ansarullah Yaman Sayid Abdul Malik al-Houthi menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah pihak yang diuntungkan oleh perang di Yaman sehingga tak menginginkan redanya perang di Yaman, dan bahwa bangsa Yaman tidak akan pernah mengagresi negara Islam manapun karena bangsa Yaman tidak seperti dinasti yang berkuasa di Saudi, UEA dan Bahrain.

Dalam peringatan para martir Yaman, Rabu (7/12), Al-Houthi memastikan bangsa Yaman pantang menerima pasukan pendudukan mendalikan situasi politik Yaman, menjarah kekayaanya dan merendahkan martabat bangsa ini.

“Musuh bahkan tak menghargai antek barayannya. Sebagian orang menjadikan keluarganya sebagai jaminan di tangan UEA demi membuktikan kesetiaan mereka, dan ketika AS, Inggris, Saudi dan UEA ingin memenjarakan salah seorang anteknya, mereka memenjarakannya begitu saja,  menghina dan merendahkannya, sekalipun antek itu adalah orang yang mereka sebut presiden atau menteri,” ujar Al-Houhi.

Dia menyebutkan bahwa koalisi agresor memiliki dua faktor utama yang menyebabkan rakyat Yaman berperang.  

“Pertama adalah adanya orientasi pembebasan  kaum merdeka negara ini.  AS, Israel, Inggris dan antek  regional mereka ingin Yaman kacau dan tunduk kepada mereka,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Musuh ingin mendirikan pangkalan mereka di manapun di Yaman, mengendalikan fasilitasnya, dan membuat situasi politik tunduk kepada mereka hingga pada batas di mana merekalah yang memilih siapa yang akan menjadi presiden atau perdana menteri.”

Sayid Al-Houthi juga mengatakan, “Musuh ingin mengambil kepentingan bangsa kita dari minyak dan gasnya; bangsa kita hanya mendapatkan remah-remah dan kondisi hidupnya tetap dalam kesusahan, dan ratusan miliar masuk ke perusahaan AS dan Eropa.”

Mengenai perkembangan perundingan dengan pihak yang disebutnya agresor, Al-Houthi mengatakan bahwa perundingan itu masih jalan ditempat akibat ulah AS yang memang  menjadi “biang kerok persoalan”.

“AS-lah yang mengambil keuntungan dari perang, dan tidak menghendaki perdamaian kecuali yang dapat diambil keuntungan darinya, dan perdamaian demikian bagi kami adalah menyerah,” tegasnya.

Dia mengatakan, “Kebijakan permusuhan koalisi agresi merugikan semua orang Yaman, bahkan di wilayah yang diduduki. Masalah mereka dengan bangsa kita  adalah bahwa mereka ingin menjadikan bangsa ini terjajah, kacau serta kehilangan kemerdekaan dan kebebasannya. Mereka ingin menghapus identitas keimanan yang dengannya Allah memuliakan bangsa ini, dan Rasulullah saw juga telah mengumumkan demikian ketika beliau bersabda, ‘Iman adalah Yaman, dan hikmah kebijaksanaan adalah Yaman.’”

Mengenai faktor kedua, dia menjelaskan, “Problema kedua pihak agresor dengan bangsa Yaman ialah mereka ingin Yaman menormalisasi hubungan dengan Israel serta memusuhi bangsa Palestina, kaum merdeka, dan Republik Islam Iran tanpa sebab.”

Dia menambahkan, “Iran tidak akan memerangi kita, dan tidak akan mengagresi kita, dan justru menyatakan pendirian yang berbeda dengan semua negara dalam bersimpati kepada bangsa kita. Mereka (kubu agresor) juga ingin kita bermusuhan dengan Hizbullah yang justru memiliki pendirian yang sangat mulia terhadap kita. Mereka ingin kita memusuhi kaum merdeka Irak yang sama sekali tak mengusik kita.”

Sayid Al-Houthi lantas menegaskan, “Bangsa Yaman tak kan pernah mengagresi negara Islam manapun demi  AS dan Israel, seberapa jauhpun apa yang mereka lakukan dan apa yang dikatakan oleh para antek mereka. Kami bukan seperti Saudi, UEA, dan klan Al-Khalifa di Bahrain. Kami bukan orang yang mendapat pengarahan dari AS.” (raialyoum)

Israel Bunuh Tahanan Palestina yang Sudah Dibebaskan

Tentara Israel membunuh seorang pemuda Palestina dengan dalih pemuda itu melepaskan tembakan dari kendaraannya di sebuah titik militer di dekat pemukiman Ofra, Rabu (7/12).

Brigade Syuhada Al-Aqsa, yang berafiliasi dengan gerakan Fatah yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengumumkan bahwa pemuda yang gugur itu adalah anggotanya.

Kementerian Kesehatan Palestina dalam siaran persnya  menyebutkan, “Pejuang Mahmoud Hamed, 32 tahun, gugur syahid setelah pasukan pendudukan (Israel) melepaskan tembakan ke arahnya di dekat kota Silwad.”

Sumber lokal mengatakan bahwa Hamid berasal dari kota Silwad, dan merupakan seorang tahanan yang telah dibebaskan setelah menghabiskan sekitar 10 tahun di penjara Israel. Dia menikah dan memiliki seorang anak berusia 3 tahun.

Di pihak lain, tentara Israel menyatakan, “Sebuah laporan diterima tentang penembakan mobil di titik militer dekat kota (pemukiman) Ofra dekat Ramallah di Tepi Barat tengah. Tentara yang hadir di pos pemeriksaan menanggapi dengan menembaki mobil itu.”

Otoritas Penyiaran Israel melaporkan, “Mobil itu kabur menuju desa Palestina Ein Yabroud, dan tentara mengejarnya serta  menembak penyerang, yang terluka parah.”

Saksi mata menyebutkan bahwa setelah penembakan itu tentara Israel menutup beberapa jalan dan mendirikan pos pemeriksaan militer yang mengisolasi desa dan kota di timur Ramallah dari wilayah lainnya.

Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 210 orang Palestina gugur syahid pada tahun ini, termasuk korban konflik singkat di Gaza pada Agustus, dan sebagian besar adalah korban yang jatuh setelah  Rezim Zionis Israel meningkatkan kekerasan di Tepi Barat menyusul serangkaian serangan di Israel. (raialyoum)