Jakarta, ICMES. Iran mengumumkan bahwa Angkatan Laut (AL) Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) sekira seminggu lalu telah menggagalkan upaya Amerika Serikat (AS) menyita kapal tanker yang membawa minyak Iran.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik Ali Bagheri Kani menyatakan bahwa perundingan nuklir negaranya dengan sejumlah negara besar dunia di Wina, Swiss, untuk penghapusan sanksi AS akan dimulai pada akhir bulan ini.
Tentara Yaman dan pasukan Lijan Shaabiya (Ansarullah) atau pasukan kubu Sanaa telah membuat kemajuan baru dalam operasi militer pembebasan Provinsi Ma’rib, dan telah mencapai daerah Al-Falaj yang berjarak 10 km dari kota Ma’rib.
Berita Selengkapnya:
Tegang, Pasukan Komando Iran Rebut Kapal Tanker dari Tangan Pasukan AS di Laut Oman
Iran mengumumkan bahwa Angkatan Laut (AL) Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) sekira seminggu lalu telah menggagalkan upaya Amerika Serikat (AS) menyita kapal tanker yang membawa minyak Iran, sementara seorang pejabat Pentagon mengkonfirmasi kepada majalah News Week kebenaran pernyataan IRGC bahwa pasukan elit Iran ini telah menahan kapal tanker asing di Laut Oman.
Sebuah pernyataan yang dirilis IRGC dan disiarkan oleh saluran TV resmi Iran, Rabu (3/11), menyebutkan, “AS telah menyita sebuah kapal tanker yang mengangkut minyak Iran yang dipersiapkan untuk diekspor, mengalihkan muatannya ke kapal tanker lain, dan menggiring kapal itu ke arah yang tak diketahui.â€
IRGC menambahkan, “AL IRGC melakukan pendaratan udara ke kapal tanker itu dan menyitanya. Pasukan AS kembali berusaha menghambat jalur kapal itu dengan menggunakan helikopter dan kapal perang, tapi gagal lagi.â€
IRGC kemudian merilis pernyataan lagi yang menjelaskan secara lebih rinci di situsnya, Sepah New. Namun, pernyataan kali ini menyebutkan bahwa kapal tanker yang hendak disita lagi oleh AL AS tapi gagal itu adalah kapal “yang membawa minyak yang dicuriâ€.
IRGC menjelaskan bahwa kapal tanker itu telah memasuki perairan regional Iran dan bersandar di Pelabuhan Bandar Abbas di Iran selatan pada hari Selasa 25 Oktober 2021 pukul 08.00 waktu setempat.
Sumber-sumber resmi tidak menyebutkan negara asal dua kapal tanker itu maupun keterangan lebih lanjut tentang keduanya.
Usai pengumuman tersebut, saluran TV resmi Iran menayangkan video dokumentasi operasi pengejaran dua kapal perang AS oleh kapal cepat IRGC dalam peristiwa tersebut.
Dalam video itu terlihat kapal-kapal kecil IRGC mengejar sedikitnya dua kapal kecil lain yang mengibarkan bendera AS, dan tampak pula kapal-kapal AS yang lebih besar di sekitar lokasi peristiwa.
Sementara itu, kabar yang ada masih simpang siur mengenai identitas kapal yang digiring oleh IRGC dari lokasi peristiwa ke perairan Iran. Jurnalis Iran Hossein Deliriyan, yang tergolong dekat dengan pihak-pihak militer Iran, di Twitter, menyebutkan bahwa kapal tanker Iran itu milik Arab Saudi.
Namun, Ismail Kosari, anggota parlemen Iran, mengatakan bahwa pembicaraan bukan berkenaan dengan kapal asing, melainkan kapal tanker Iran yang mengalami insiden ini.
Menteri Perminyakan Iran berterima kasih kepada IRGC karena “telah membebaskan kapal tanker minyak Iran dari cengkraman para perompak ASâ€.
Tanggapan AS
Menanggapi pernyataan IRGC mengenai peristiwa itu, seorang pejabat Kemhan AS Pentagon mengakui bahwa pasukan Iran telah menahan kapal tanker di Laut Oman.
Di kutip AP, pejabat anonim itu mengatakan, “Kapal-kapal cepat dan helikopter Iran terlibat dalam operasi menguasai kapal tanker SOTHYS.Pasukan Iran menguasai kapal tanker itu di perairan internasional dan menggiringnya ke perairan Iran. Peristiwa ini terjadi pekan lalu.â€
Secara terpisah, seorang pejabat AS mengatakan kepada News Week, “Pasukan kami menyaksikan IRGC menahan sebuah kapal tanker di Teluk Oman dan tidak melakukan intervensi. Kami tidak mengumumkan penahanan kapal tanker oleh Iran supaya tidak mempengaruhi kesempatan perundingan nuklir.†(alalam/raialyoum)
Iran Tetapkan Tanggal Kelanjutan Perundingan Nuklir di Wina
Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik Ali Bagheri Kani menyatakan bahwa perundingan nuklir negaranya dengan sejumlah negara besar dunia di Wina, Swiss, untuk penghapusan sanksi AS akan dimulai pada akhir bulan ini.
Di Twitter, Rabu malam (3/11), Bagheri Kani menyebutkan bahwa dalam percakapan telepon dengan Enrique Mora, Kepala Staf Josep Borrell, Perwakilan Tinggi untuk Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama Uni Eropa, awal negosiasi yang “bertujuan mencabut sanksi ilegal dan tidak manusiawi†disepakati untuk dimulai di Wina pada 29 November.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (SNSC) Ali Shamkhani dmengatakan bahwa presiden AS Joe Biden tidak memiliki wewenang untuk memberikan jaminan bahwa Washington tidak akan meninggalkan lagi perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Pada beberapa postingannya di Twitter ketika menanggapi pernyataan terbaru pejabat AS, Shamkhani mencuit; “Presiden AS tidak memiliki wewenang, tidak bersedia memberikan jaminan apapun ( bahwa AS tidak akan meninggalkan JCPOA lagi).”
Dia menambahkan “Perbedaan antara hari ini dan hari-hari perang: berkat revolusi, kekuatan dan kemampuan perlawanan penuh Iran adalah asli, konstan dan berdasarkan kapasitas internal.”
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian Selasa lalu di Twitter menyebutkan bahwa Gedung Putih menyerukan negosiasi dengan Iran dan mengaku siap untuk kembali ke JCPOA, tapi di saat yang sama malah memberlakukan sanksi baru terhadap sejumlah personal dan lembaga Iran.
Sementara itu, Dirjen IAEA, Rafael Grossi kembali melontarkan peringatan terkait sikap Teheran bersikukuh menolak menyerahkan rekaman kamera pengintai kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di lokasi nuklir Iran. Dia menyatakan bahwa sikap Iran akan berdampak secara internasional.
Dia juga menyebutkan bahwa inspektur internasional menghadapi keadaan sulit selama mereka bekerja di Iran.
Grossi mengibaratkan upaya IAEA memantau program nuklir Iran dengan terbang melalui awan tebal, dan memperingatkan bahwa situasi demikian tak dapat berlanjut lebih lama.
“Kami terbang di awan tebal … dan kami dapat melanjutkan situasi ini untuk sementara waktu, tapi tidak untuk waktu yang lama,†tegasnya. (mna/raialyoum)
Pasukan Ansarullah Yaman Dekati Kota Ma’rib Sejarak 10 Kilometer
Tentara Yaman dan pasukan Lijan Shaabiya (Ansarullah) atau pasukan kubu Sanaa telah membuat kemajuan baru dalam operasi militer pembebasan Provinsi Ma’rib, dan telah mencapai daerah Al-Falaj yang berjarak 10 km dari kota Ma’rib.
Pasukan itu dan pasukan loyalis presiden pelarian Abd Rabbuh Mansour Hadi saat ini terkonsentrasi di daerah al-Amoud.
Menurut sumber berita, Rabu (3/11), pasukan Sanaa kini telah mencapai Al-Falaj, yang terletak di gerbang selatan kota Ma’rib.
Ma’rib yang terletak tepat di tengah-tengah sejumlah provinsi Yaman lainnya menjadi fokus operasi pembebasan pasukan Sanaa sejak tahun lalu.
“Pasukan kami telah berhasil sepenuhnya membebaskan provinsi Al-Bayda dengan dukungan penduduk setempat. Operasi militer di Ma’rib berhasil dengan dukungan berkelanjutan dari kelompok adat,” kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman Brigjen Yahya Saree Selasa lalu dalam konferensi pers yang merinci fase kedua operasi bersandi Musim Semi Kemenangan.
Arab Saudi dan beberapa sekutunya telah melancarkan invasi militer di Yaman sejak 2015 untuk memulihkan pemerintahan Mansour Hadi yang bersekutu dengan dengan Riyadh.
Perang dan blokade simultan yang telah dilakukan koalisi pimpinan Saudi terhadap negara termiskin di dunia Arab itu telah menewaskan puluhan ribu orang Yaman.
Invasi itu juga telah membuat Yaman mendekati ambang kelaparan dan menjerumuskannya pada krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Tentara Yaman dan pasukan Ansarullah bersumpah untuk tidak akan pernah meletakkan senjata dan menghentikan operasi perlawanan mereka sampai semua bagian negara mereka terbebaskan dari pendudukan pasukan asing. (mna)