Jakarta, ICMES. Jubir Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Brigjen Ramezan Sharif pada hari Rabu (3/4) menegaskan bahwa gugurnya sejumlah komandan (IRGC) justru menambah tekad Iran dalam menghadapi entitas pendudukan (Israel).
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadakan sidang mendesak pada hari Selasa (2/4) atas permintaan Rusia, untuk membahas serangan udara Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, ibu kota Suriah.
Gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon melancarkan serangan balasan baru terhadap situs-situs militer Israel di utara wilayah pendudukan Palestina demi membela rakyat tertindasPalestina di Jalur Gaza, sementara para pejuang Irak menyerang Bandara Haifa Israel.
Berita selengkapnya:
IRGC: Balasan Iran terhadap Israel akan Lebih Mematikan
Jubir Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Brigjen Ramezan Sharif pada hari Rabu (3/4) menegaskan bahwa gugurnya sejumlah komandan (IRGC) justru menambah tekad Iran dalam menghadapi entitas pendudukan (Israel).
Dia menyebutkan bahwa Israel berusaha membalas dendam atas kerugiannya akibat operasi Badai Al-Aqsa, dengan cara membunuh para komandan. Dia juga menekankan bahwa Israel akan mendapat serangan yang lebih mematikan, dan para pejuang resistensi akan tetap berdiri teguh.
Dia menambahkan bahwa Israel melanjutkan aksi brutalnya sejak enam bulan lalu tanpa mewujudkan tujuannya sama sekali. Dia memastikan bahwa Hamas dan Jihad Islam Palestina membela dengan gagah berani cita-cita Palestina dan telah mencetak berbagai prestasi penting.
Sehari sebelumnya, Pemimpin Besar Iran Sayid Ali Khamenei mengancam Israel dengan hukuman yang akan datang sebagai balasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus.
Sayid Ali Khamenei mengatakan bahwa entitas Zionis akan menyesali serangannya terhadap Konsulat Iran. Dia juga menegaskan bahwa rezim keji itu akan dihukum oleh para ksatria gagah berani Iran.
Senada dengan ini, Anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Esmail Kosari dalam sebuah wawancara dengan kantor berita IRNA, Rabu, mengatakan bahwa Teheran “mempertahan haknya untuk menyerang Israel di tempat yang tepat.”
“Dengan menyerang Konsulat Iran di Suriah, Israel jelas-jelas melakukan pelanggaran terhadap Konvensi PBB tahun 1961, yaitu invasi terhadap suatu wilayah, karena menyerang konsulat dan kedutaan besar sama saja dengan invasi terhadap wilayah suatu negara.”
Mengenai hak Iran untuk merespons, dia menyebutkan hak negaranya untuk merespons, namun pada tempat dan waktu yang tepat, karena bagaimana pun Israel harus memikul tanggung jawab atas ulahnya.
Kosari menyebutkan bahwa ada banyak elemen di Poros Resistensi yang akan bereaksi,
“Jika perlu, kami akan merespon sendiri,” sambungnya.
Dia juga menekankan bahwa para anggota utama PBB harus bertemu sesegera mungkin untuk mengambil keputusan mengenai masalah ini dan menindak tegas para pelakunya. Dia menekankan bahwa serangan ini tidak dapat terjadi tanpa koordinasi dengan AS.
“Kita akan segera menyaksikan serangan yang lebih mematikan terhadap Israel dan Poros Resistensi akan melakukan tugasnya,” ujarnya, sembari mengingatkan bahwa semua pejabat Iran telah mengumumkan kepastian akan adanya pembalasan atas darah para syuahada yang gugur di konsulat Iran di Suriah. (almayadeen/raialyoum/tasnim)
Sidang DK PBB Diwarnai Kecaman Serangan Israel terhadap Konsulat Iran
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengadakan sidang mendesak pada hari Selasa (2/4) atas permintaan Rusia, untuk membahas serangan udara Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, ibu kota Suriah.
Sidang itu diwarnai kecaman internasional atas serangan tersebut serta penilaian bahwa serangan itu merupakan provokasi dan eskalasi yang berbahaya.
Wakil Tetap Suriah untuk PBB, Qusay al-Dahhak, menjelaskan peristiwa itu sebagai akibat dari agresivitas Israel. Dia menekankan bahwa kejahatan Israel dan AS dilakukan melalui koordinasi dengan organisas-organisasii teroris, dan bahwa Washington meremehkan keputusan DK PBB dan nyawa 33.000 korban sipil di Gaza.
Al-Dahhak mengatakan bahwa Washington mendorong pengabaian hukum internasional dan memotivasi agresor, dan bahwa Suriah akan terus berupaya untuk mendapatkan kembali wilayah Golan yang diduduki Israel.
Dia menekankan bahwa serangan Israel tidak akan menghalangi ketegasan negaranya dalam mendukung bangsa Palestina.
Perwakilan Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, meminta Dewan Keamanan mengutuk Israel atas agresinya di Timur Tengah, termasuk Suriah. Dia menekankan bahwa dengan dukungan AS, Israel mengabaikan keputusan DK PBB untuk gencatan senjata di Gaza dan menyebut resolusi itu tidak mengikat.
Dia mengkritik tiga negara Barat AS, Inggris, dan Perancis yang menolak mengutuk agresi Israel terhadap misi diplomatik.
Nebenzya dengan nada satir mengatakan bahwa tiga negara itu biasanya mengaku mengetahui segalanya dalam sekejap, namun dalam kasus ini malah mengaku tidak mengetahui apa yang terjadi di Suriah, dan malah menganggap Iran bertanggung jawab.
Kepada tiga negara itu dia mengingatkan; “Dalam hal ini, Anda sekalian menanggung segala konsekuensi atas apa yang mungkin terjadi.”
Perwakilan China di PBB menyatakan bahwa situasi di Timur Tengah kini menjadi lebih berbahaya dibandingkan sebelumnya, dan menyerukan negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Israel untuk menerapkan pengaruh ini.
Perwakilan Aljazair untuk PBB, Ammar Ben Jama, menyebut agresi terhadap Konsulat Iran sebagai provokasi yang akan meningkatkan ketegangan di kawasan, dan menekankan bahwa tindakan tersebut harus dikutuk.
Delegasi Swiss, Korea Selatan, dan Sierra Leone menyatakanprihatin atas eskalasi tersebut, dan mengutuk serangan terhadap misi diplomatik.
Mereka juga menyatakan prihatin atas tidak diindahkannya Resolusi Dewan Keamanan No. 2728 yang menyerukan gencatan senjata di Gaza dan penghentian tragedi yang sedang terjadi. Mereka memperingatkan bahaya meluasnya konflik di kawasan.
Sedangkan Jepang menyatakan bahwa informasi mengenai penyerangan tersebut dikatakan masih belum lengkap.
Perwakilan Slovenia, Postan Malover, mengutuk serangan Israel dan menyatakan perlunya mengurangi ketegangan di kawasan dengan menerapkan resolusi DK PBB mengenai gencatan senjata di Gaza.
Delegasi Guyana mengutuk keras kejahatan Israel dan menyerukan kehati-hatian serta upaya meredakan situasi. (alalam)
Hizbullah dan Pejuang Resistensi Irak Gempur Israel
Gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon melancarkan serangan balasan baru terhadap situs-situs militer Israel di utara wilayah pendudukan Palestina demi membela rakyat tertindasPalestina di Jalur Gaza, sementara para pejuang Irak menyerang Bandara Haifa Israel.
Hizbullah pada hari Rabu (3/4) menyatakan bahwa serangan rudalnya menyasar pangkalan dan perkumpulan pasukan pendudukan Israel.
“Untuk mendukung keteguhan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan untuk mendukung perlawanan mereka yang gagah berani dan terhormat, para pejuang perlawanan Islam di Lebanon melancarkan serangan rudal pada hari Rabu pukul 08:50 terhadap situs al-Raheb dan perkumpulan tentara musuh di sekitarnya,” ungkap Hizbullah.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa para pejuang Hizbullah telah menggempur “pos komando rahasia baru di belakang Barak Branit” dengan rudal.
Sementara itu, para pejuang Resistensi Islam Irak (IRI) telah menyerang Bandara Haifa Israel sebagai pembalasan atas perang rezim Tel Aviv terhadap orang Palestina di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan singkat, IRI mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat nirawak pada Rabu pagi terhadap fasilitas tersebut.
IRI menyebut serangan itu “termasuk dalam rangka operasi tahap kedua terhadap rezim pendudukan Israel.”
“Hal ini dilakukan untuk mendukung warga Palestina di Gaza, dan sebagai pembalasan atas pembantaian yang dilakukan entitas Zionis terhadap warga sipil Palestina yang tak berdaya,” ungkapnya.
IRI kembali menegaskan pihaknya akan terus “menghancurkan benteng musuh.” (presstv)