Jakarta, ICMES. Pasukan gabungan tentara Suriah dan Rusia menggelar latihan perang darat, udara dan laut di sebuah kawasan dekat Aleppo.

Pemimpin Blok Sadr Sayid Muqtada al-Sadr di Irak mengimbau para pendukungnya untuk melanjutkan aksi duduk mereka di dalam parlemen nasional di Baghdad sampai tuntutannya terpenuhi, termasuk pembubaran parlemen dan penyelenggaraan pemilu lebih awal.
Tim perunding Iran yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Ali Baqeri Kani bertolak menuju Wina, ibukota Austria untuk melanjutkan perundingan nuklir dan penghapusan sanksi terhadap Iran.
Berita Selengkapnya:
Bersiap Hadapi Agresi Militer Turki, Tentara Suriah dan Rusia Gelar Latihan Perang Besar-Besaran
Pasukan gabungan tentara Suriah dan Rusia menggelar latihan perang darat, udara dan laut di sebuah kawasan dekat Aleppo.
Latihan perang itu mensimulasikan pertempuran di Suriah utara manakala Turki bersiap melancarkan serangan militer di Suriah utara.
Dikutip Al-Alam, Rabu (3/8), Kementerian Pertahanan Suriah menyatakan bahwa latihan tersebut mengerahkan berbagai jenis pesawat tempur, yang mensimulasikan gempuran intensif ke pangkalan-pangkalan peluncuran rudal musuh, ke cadangan musuh di kedalaman serta garis kedua dan markas-markas komandonya.
Helikopter pendukung berpartisipasi dalam latihan dengan menghancurkan pendaratan musuh serta mengamankan pendaratan dan gerak maju pasukan sendiri.
Latihan ini mensimulasikan penerjunan ke tepi seberang dan di beberapa pulau di tengah danau, serta operasi pendaratan peralatan dari helikopter dan terjun payung di bawah perlindungan serangan intensif ke posisi lawan.
Pasukan juga mengevakuasi korban luka dan tahanan dari air dengan helikopter, dan melakukan operasi pencarian dan penyelamatan.
Kemhan Suriah menyatakan manuver militer gabungan antara tentara Rusia dan Suriah itu berada di bawah arahan Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan sebagian di antaranya dihadiri oleh Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata, Jenderal Abdel Karim Mahmoud Ibrahim, komandan pasukan Rusia yang beroperasi di Suriah, Jenderal Alexander Chaiko, dan sejumlah perwira senior Suriah dan Rusia lainnya.
Di akhir latihan, Abdul Karim memuji keterampilan dan efisiensi yang ditunjukkan oleh para perwira dan prajurit dalam melaksanakan tugas dalam waktu yang ditentukan.
Dia menekankan pentingnya latihan perang demi meningkatkan kemampuan dan kapabilitastentara Suriah, dan mempertahankan kesiapan tempurnya, yang memungkinkannya untuk tugas di mana dan kapanpun.
Secara lebih kongkret, latihan perang itu dilakukan untuk memastikan kesiapan tentara Suriah menghadapi agresi militer yang mungkin akan dilakukan Turki di Suriah utara.
Selain itu, latihan itu juga demi menegaskan kontinyuitas dukungan Rusia kepada tentara Suriah dalam menghadapi terorisme serta membela kedaulatan dan keutuhan wilayah negara Suriah. (alalam)
Mengaku Siap Mati Syahid, Moqtada Sadr Tuntut Pembubaran Parlemen Irak
Pemimpin Blok Sadr Sayid Muqtada al-Sadr di Irak mengimbau para pendukungnya untuk melanjutkan aksi duduk mereka di dalam parlemen nasional di Baghdad sampai tuntutannya terpenuhi, termasuk pembubaran parlemen dan penyelenggaraan pemilu lebih awal.
Imbauan dalam pidato yang disiarkan televisi dari Najaf, Rabu (3/8), itu tak pelak akan memperpanjang kebuntuan politik yang membuat Irak tanpa pemerintahan terpilih selama hampir 10 bulan.
Akhir pekan lalu ribuan pengikut al-Sadr menyerbu Zona Hijau Baghdad, yang menampung gedung-gedung pemerintah dan misi asing. Mereka mengambil alih gedung parlemen yang kosong untuk melakukan aksi duduk yang terus berlanjut.
Massa pendukung Al-Sadr mendirikan perkemahan dan warung makan di sekitar parlemen.
Aksi tersebut merupakan tanggapan terhadap upaya saingan Muslim Syiahnya, yang banyak di antaranya dekat dengan Iran, terutama kubu Kerangka Koordinas, untuk membentuk pemerintahan dengan calon perdana menteri yang tidak disetujui oleh al-Sadr.
Sadr meraih jumlah kursi terbanyak di parlemen dalam pemilihan Oktober namun gagal membentuk pemerintahan yang akan menyisihkan saingannya.
Dia menarik orang-orangnya dari parlemen dan kemudian melakukan tekanan melalui protes dan aksi duduk di parlemen Irak.
Al-Sadr menegaskan kembali dalam pidatonya bahwa dia siap “mati syahid†demi tujuan yang dia inginkan.
“Bubarkan parlemen dan adakan pemilihan awal,†tegasnya.
Dia mengaku tak berminat lagi bernegosiasi dengan saingannya.
“Jangan percaya rumor bahwa saya tidak ingin dialog. Kami sudah mencoba dan menjalani dialog dengan mereka. Itu tidak membawa apa-apa bagi kami dan bangsa – hanya kehancuran dan korupsi,†ujarnya.
Dia mengakhiri pidatonya dengan mengatakan, â€Para pengunjuk rasa harus tinggal dan melanjutkan aksi duduk mereka sampai tuntutan tercapai.â€
Di pihak lain, Pemimpin Aliansi Al-Fateh, Hadi Al-Amiri, menegaskan bahwa tidak ada solusi untuk krisis saat ini kecuali dengan meredakan ketegangan dan duduk di meja dialog.
Dia mengatakan, “Kami mengkonfirmasi apa yang kami tekankan sebelumnya bahwa tidak ada solusi untuk krisis saat ini kecuali dengan meredakan ketegangan, menahan diri, dan duduk di meja dialog konstruktif yang serius.†(alalam/aljazeera)
Perunding Iran Bertolak ke Wina untuk Memulai lagi Negosiasi Nuklir
Tim perunding Iran yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Ali Baqeri Kani bertolak menuju Wina, ibukota Austria, pada Rabu malam (3/8), untuk melanjutkan perundingan nuklir dan penghapusan sanksi terhadap Iran.
“Dalam kerangka kebijakan untuk menghapus sanksi yang menindas terhadap negara kita, tim perunding Republik Islam Iran yang dipimpin oleh Dr. Ali Bagheri, negosiator utama, akan berangkat ke Wina dalam beberapa jam,” ungkap Jubir Kemlu Iran Nasser Kana’ani dalam keterangannya, Rabu sore.
“Dalam putaran pembicaraan ini, yang akan diadakan seperti sebelumnya dengan koordinasi Uni Eropa, akan ada diskusi dan pertukaran pandangan tentang ide-ide yang disampaikan oleh para pihak, termasuk ide-ide yang disampaikan oleh Republik Islam Iran kepada pihak lain awal pekan ini,” tambah pejabat itu.
Dia menekankan kembali tekad Iran untuk mencapai kesepakatan parmenan yang menjamin hak dan kepentingan bangsa negara ini.
Sebelumnya, Deputi Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Enrique Mora mengaku akan ke Wina untuk membahas usulan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Borrell mengenai perjanjian nuklir 2015, yang lazim disebut Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA).
Pada akhir Juli, Borrell mengaku telah mengusulkan rancangan teks baru untuk menghidupkan kembali perjanjian Iran dengan sejumlah negara terkemuka dunia tersebut.
Tanpa menyebutkan rincian usulannya, dia bersumbar bahwa tidak ada ruang tersisa untuk kompromi besar lebih lanjut.
Iran dan AS sama-sama mengkonfirmasi bahwa Uni Eropa telah mengajukan proposal baru.
Teheran mengaku menyambut baik jalur diplomasi dan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang kuat dan baik, dan mendesak AS agar bersikap pragmatis demi menemukan solusi.
Ahad lalu Baqeri Kani menyatakan Teheran siap memberi dorongan terakhir agar negosiasi nuklir membuahkan hasil dalam waktu sesingkat mungkin jika pihak Barat bersedia melakukan langkah serupa.
Baqeri Kani di Twitter menyebutkan Iran telah berbagi “gagasan yang diusulkan, baik pada substansi dan bentuk, untuk membuka jalan bagi kesimpulan cepat dari negosiasi Winaâ€.
Dia menjelaskan bahwa Teheran dan kelompok P4+1 (Inggris, Perancis, Rusia dan China plus Jerman) melakukan pembicaraan di Wina dengan tujuan “memperbaiki situasi pelik dan destruktif yang disebabkan oleh penarikan sepihak dan tidak sah AS dari JCPOA pada tahun 2018â€. (fna)