Jakarta, ICMES. . Arab Saudi dan Hizbullah Lebanon dikabarkan pernah mengadakan pertemuan rahasia, yang telah melatar belakangi gencatan senjata antara Ansarullah (Houthi) dan pasukan koalisi pimpinan Saudi di Yaman.

Utusan Uni Eropa Enrique Mora menyatakan bahwa pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat di Doha, ibu kota Qatar, untuk memecahkan kebuntuan upaya pemulihan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia telah berakhir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan pemutusan hubungan dengan Suriah setelah Damaskus mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman Sayid Abdul-Malik Badreddin al-Houthi memuji pesatnya kemajuan negara ini dalam pengembangan rudal balistik jarak jauh buatan dalam negeri, dan memastikan bahwa besarnya kemampuan pertahanan Yaman melampaui banyak negara Arab.
Berita Selengkapnya:
Pertemuan Saudi dengan Hizbullah Dikabarkan Latar Belakangi Gencatan Senjata di Yaman
Arab Saudi dan Hizbullah Lebanon dikabarkan pernah mengadakan pertemuan rahasia, yang telah melatar belakangi gencatan senjata antara Ansarullah (Houthi) dan pasukan koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
Kabar tersebut berasal dari pernyataan beberapa sumber kepada situr berita Middle East Eye (MEE), dan mengejutkan karena Kerajaan Saudi dan Hizbullah selama ini bermusuhan tajam, sementara Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah juga telah berulang kali membantah pihaknya mewakili Ansarullah.
Menurut kabar itu, dalam pertemuan pada akhir Maret lalu, Wasekjen Hizbullah Syeikh Naim Qassem telah menyampaikan kepada Saudi daftar tuntutan sebagai syarat gencatan senjata segera di Yaman.
Syarat itu mencakup pemecatan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi, pencabutan blokade kota pelabuhan utama Hodeidah dan bandara Sanaa, dan pertukaran tahanan, yang tidak semuanya orang Yaman, melainkan juga beberapa orang Syiah yang dipenjara di Bahrain dan negara-negara Teluk lainnya.
Tiga minggu kemudian, sebagian besar syarat itu terpenuhi, meskipun tidak semua tahanan dalam daftar Qassem dibebaskan.
Pengunduran diri Hadi pada 18 April dan penyerahan kekuasaannya kepada dewan kepresidenan terjadi tiba-tiba setelah delapan tahun Saudi mendudukung presiden Yaman.
Wall Street Journal kemudian melaporkan bahwa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) telah memaksa Hadi keluar dari kantor dan menjadikannya sebagai tahanan rumah. Namun sampai sekarang tak jelas alasan mengapa penguasa de facto Saudi itu bertindak demikian, selain keinginan untuk menyudahi intervensi militer tujuh tahun yang mahal dan tak efektif terhadap Yaman.
Menurut Perseritan Bangsa-Bangsa (PBB), konflik Yaman akan menewaskan 377.000 orang pada akhir tahun 2022. Diperkirakan empat juta orang telah mengungsi, dan 80 persen dari 29 juta penduduk negara itu bergantung pada bantuan.
Pada Juni lalu perjanjian gencatan senjata antara Ansarullah dan pasukan koalisi pimpinan Saudi diperpanjang, namun kedua pihak saling tuding melanggar perjanjian.
Menurut sumber Teluk, Saudi mengancam akan memboikot putaran berikutnya pembicaraan antara delegasi Saudi dan Iran, yang telah diadakan selama berbulan-bulan di Baghdad untuk mengatasi masalah regional.
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi, yang telah bertindak sebagai mediator dalam pembicaraan Saudi-Iran, lantas melakukan perjalanan ke kedua negara, dan mengangkat masalah tersebut dalam pertemuannya dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Ahad lalu.
Berbagai sumber di Teluk dan sekitarnya mengkonfirmasi pertemuan di Lebanon, sedangkan Hizbullah sendiri enggan menjawab ketika ditanya oleh MEE, namun sebuah sumber yang dekat para petinggi Hizbullah mengkonfirmasi bahwa “Saudi memang mendekati Hizbullahâ€. Kedutaan Besar Saudi di London juga tidak menanggapi permintaan komentar. (mee)
Perundingan Perdana Tak Langsung Iran-AS di Doha Berakhir Tanpa Hasil
Utusan Uni Eropa (UE) Enrique Mora menyatakan bahwa pembicaraan tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat (AS) di Doha, ibu kota Qatar, untuk memecahkan kebuntuan upaya pemulihan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia telah berakhir.
Mora mengabarkan hal itu di Twitter, Rabu (29/6), sembari menyayangkan belum tercapainya kemajuan yang diharapkan tim oleh koordinator UE.
“Sayangnya, kemajuan yang diharapkan tim UE sebagai koordinator belum tercapai,†ungkapnya.
Namun dia menambahkan, “Kami akan terus bekerja lebih keras untuk menghidupkan kembali kesepakatan kunci untuk mencegah proliferasi dan mendukung stabilitas regional.â€
Pembicaraan itu dimulai pada Selasa lalu di Doha di mana Mora sebagai koordinatornya bertukar pembicaraan dengan kepala negosiator nuklir Iran, Ali Bagheri Kani, dan dengan utusan khusus Washington untuk urusan Iran, Rob Malley.
Sebelumnya pada hari itu, dikutip kantor berita semi-resmi Iran Tasnim sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan, “Apa yang mencegah negosiasi ini mencapai hasil adalah kebersikerasan AS pada draft yang ia diusulkan di Wina, yang tak mencakup jaminan untuk kepentingan ekonomi Iran.”
Namun demikian, kedua belah pihak menyatakan akan tetap berkomunikasi mengenai “kelanjutan rute dan tahap pembicaraan selanjutnya”.
Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kan’ani di Twitter menyebutkan; “Demi kelanjutan proses negosiasi untuk penghapusan sanksi, pembicaraan intensif diadakan di Doha pada Selasa dan Rabu dengan mediasi Enrique Moraâ€.
Dia menambahkan, “Pandangan dan proposal operasional Iran diajukan pada isu-isu yang tersisa, dan pihak lain mengajukan keberatannya. Seperti di masa lalu, Bagheri dan Mora akan berhubungan mengenai kelanjutan rute dan tahap pembicaraan selanjutnya.â€
Pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menarikan keluar negaranya dari perjanjian nuklir 2015.
Sejauh ini, sudah lebih dari 11 bulan pembicaraan antara Teheran dan kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tersendat pada bulan Maret, antara lain karena Iran mendesak AS agar menghapus nama Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dari daftar organisasi teroris asing AS. (railayoum/presstv)
Ukraina Putuskan Hubungan dengan Suriah setelah Damaskus Akui Kemerdekaan Lugansk dan Donetsk.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan pemutusan hubungan dengan Suriah setelah Damaskus mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina.
“Tidak akan ada lagi hubungan antara Ukraina dan Suriah,†kata Zelensky dalam sebuah video di Telegram.
Sebelumnya pada hari Rabu (29/6), dikutip kantor berita resmi Suriah SANA, seorang pejabat kementerian luar negeri Suriah mengatakan: “Suriah telah memutuskan untuk mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Lugansk dan Republik Rakyat Donetsk.â€
Pejabat itu menambahkan, “Kami akan berkomunikasi dengan kedua negara untuk menyepakati kerangka kerja untuk memperkuat hubungan, termasuk menjalin hubungan diplomatik sesuai dengan aturan yang ditetapkan.â€
Beberapa waktu lalu Presiden Suriah Bashar Al-Assad ketika dikunjungi oleh delegasi Rusia menyatakan bahwa Moskow dan Damaskus memerangi musuh yang sama.
Sebelum melancarkan invasi ke Ukraina, Rusia mengakui kemerdekaan negara bagian Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri dari Ukraina dan menyatakan lepas dari kendali Kyiv sejak 2014. (raialyoum/alarabiya)
Pemimpin Ansarullah: Kapabilitas Pertahanan Yaman Lebih Besar daripada Banyak Negara Arab
Pemimpin gerakan Ansarullah Yaman Sayid Abdul-Malik Badreddin al-Houthi memuji pesatnya kemajuan negara ini dalam pengembangan rudal balistik jarak jauh buatan dalam negeri, dan memastikan bahwa besarnya kemampuan pertahanan Yaman melampaui banyak negara Arab.
Dalam pertemuan dengan sekelompok pemimpin suku dan penduduk lokal yang menemuinya dari provinsi Hajjah, Rabu (29/6), al-Houthi menyebutkan bahwa tentara Yaman dan pasukan Ansarullah saat ini memiliki kemampuan militer yang jauh mengungguli banyak negara Arab.
“Kita sekarang memproduksi rudal balistik jarak jauh yang dapat mencapai kedalaman negara-negara anggota koalisi yang dipimpin Saudi. Produksi berbagai jenis rudal berjalan dengan baik dan terus meningkat,†katanya.
“Rudal Yaman menjadi lebih presisi, lebih kuat, lebih destruktif dan lebih mematikan. Meski sistem pertahanan udara Amerika mahal dan canggih, musuh tak dapat mencegat dan menjatuhkan rudal kami,†imbuhnya.
Dia menekankan bahwa produksi peralatan militer dipertimbangkan secara serius setelah Yaman menjadi sasaran agresi militer Saudi dan sekutunya, dan prestasi besar tercapai Yaman melalui kesabaran, pengorbanan, dan penelitian.
“Dari pistol hingga senapan Kalashnikov, meriam dan rudal, semua jenis senjata diproduksi secara lokal. Ini adalah pencapaian yang hebat dan mengesankan, †ujarnya.
Dia juga mengatakan bahwa Yaman kini berada di tahun kedelapan perlawanannya terhadap agresi pasukan koalisi dan telah melewati “tahap-tahap sulit dan menghadapi tantangan yang menakutkanâ€. (presstv)