Jakarta, ICMES. Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami, mengatakan bahwa AS menghamburkan banyak dana di Asia Barat tapi gagal meraup keuntungan, dan bahwa tren ini telah menyebabkan sejumlah pendukung Washington berbalik arah ke Teheran, Moskow dan Beijing.

Angkatan Laut (AL) Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mulai menggelar latihan militer di Teluk Persia pada hari Rabu (2/8) untuk meningkatkan kekuatan tempur dan pertahanan, serta memamerkan kapal-kapal angkatan laut yang dipersenjatai dengan rudal berjarak jangkau 600 km.
Pengadilan Maroko telah memvonis hukuman lima tahun penjara terhadap seorang pegiat medsos atas postingan di Facebook yang mengkritik normalisasi hubungan negara ini dengan Rezim Zionis Israel.
Berita Selengkapnya:
Panglima IRGC: Para Pendukung AS Beralih ke Iran, Rusia, China
Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami, mengatakan bahwa AS menghamburkan banyak dana di Asia Barat tapi gagal meraup keuntungan, dan bahwa tren ini telah menyebabkan sejumlah pendukung Washington berbalik arah ke Teheran, Moskow dan Beijing.
Dalam pidatonya pada pertemuan petinggi pasukan relawan Basij di Teheran, Selasa (2/8), Salami memperingatkan rencana baru musuh untuk menimbulkan kekacauan di Iran pada peringatan insiden kerusuhan yang pecah yang pecah pada September 2022 pasca kematian wanita muda Iran berdarah Kurdi Mahsa Amini.
“Musuh bermaksud menabur hasutan lagi pada hari peringatan ini,†katanya.
Namun, dia menekankan bahwa kesiagaan dan kewaspadaan bangsa Iran akan menggagalkan upaya demikian, dan mengatakan tindakan pencegahan adalah strategi terbaik untuk menggagalkan skema musuh.
Salami menyebut kerusuhan tahun lalu itu sebagai “pertempuran global yang paling krusial, paling berbahaya, paling serius, paling tidak setara dan paling masif” terhadap Iran.
Namun, lanjutnya, musuh mengalami kekalahan telak dalam kerusuhan itu berkat kebijaksanaan, resistensi, keyakinan, dan tekad bangsa Iran.
Sementara itu, pasukan keamanan Iran telah mencokok sekelompok orang yang ditengarai sebagai teroris di kota Islamshahr dan diketahui bersiap menebar operasi teror. Jaringan ini telah diidentifikasi oleh intelijen dan aparat keamanan.
Para teroris itu diciduk dalam operasi penyisiran yang dilakukan di tempat persembunyian mereka, dan sebanyak enam pistol, sekitar 80 selongsong peluru dan dua bom telah disita.
Dalam beberapa bulan terakhir, Iran telah meringkus beberapa anggota jaringan mata-mata yang berafiliasi dengan dinas rahasia asing. Mereka diketahui terlibat dalam pembuatan bahan peledak dan bom rakitan, berafiliasi dengan pihak asing, berencana menebar aksi kontra-keamanan, dan membentuk kelompok operasional untuk mengarahkan kerusuhan di Iran.
Pada akhir Juli, Kementerian Intelijen Iran mengumumkan bahwa badan keamanan negara ini telah melumpuhkan sebuah tim teroris yang disponsori oleh dinas rahasia Israel Mossad dan berencana meledakkan makam jenderal legendaris Qassem Soleimani di provinsi Kerman.
Kementerian intelijen mengatakan bahwa pasukan keamanan telah menangkap anggota “jaringan teroris yang luas”, yang berencana melakukan banyak serangan teroris di berbagai penjuru Iran. (fna)
Gelar Latihan Maritim di Teluk Persia, IRGC Sebar Kapal Nirawak dan Perisai Rudal Berteknologi AI
Angkatan Laut (AL) Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mulai menggelar latihan militer di Teluk Persia pada hari Rabu (2/8) untuk meningkatkan kekuatan tempur dan pertahanan, serta memamerkan kapal-kapal angkatan laut yang dipersenjatai dengan rudal berjarak jangkau 600 km.
Latihan bersandi “Martir Eshaq Dara†itu diluncurkan di Pulau Abu Musa pada hari Rabu di hadapan Panglima IRGC Mayor Jenderal Hossein Salami, Komandan AL IRGC Laksamana Muda Alireza Tangsiri, serta komandan senior dan pejabat militer lainnya.
Manuver dilakukan di sekitar pulau-pulau Abu Musa, Tunb Besar dan pulau Tunb Kecil di Iran.
Dilaporkan oleh media Iran bahwa latihan ini bertujuan “menampilkan kekuatan AL IRGC serta kesiapan tempur dan pertahanan dalam melindungi keamanan Teluk Persia dan pulau-pulau Iran”.
Dalam latihan itu berbagai unit Angkatan Laut IRGC, termasuk unit tempur, Angkatan Laut, rudal, drone, reaksi cepat, peperangan elektronik, dan udara, yang didukung oleh Angkatan Udara IRGC, melakukan berbagai taktik militer.
Pasukan Dirgantara IRGC juga telah menerbangkan pesawat militer dan helikopter untuk mengangkut pasukan terjun payung ke zona latihan.
Komandan Pangkalan Operasional Imam Muhammad Baqir, Brigjen AL IRGC Ali Ozmaei, mengatakan, kapal Satuan Khusus Syahid Hajaji untuk pertama kalinya dipersenjatai rudal dengan jangkauan 600 kilometer.
Dia menambahkan bahwa kapal peluncur rudal dan roket, helikopter dan pesawat juga dikerahkan dalam manuver ini di mana 50 pasukan terjun payung berhasil melakukan operasi heliborne.
“Salah satu fitur penting dari latihan itu adalah penggunaan drone dan kapal nirawak yang ditingkatkan melalui kecerdasan buatan,†lanjut komandan tertinggi itu.
“Ciri lain dari latihan itu adalah pemindahan pasukan dari daratan ke Pulau Abu Musa dan Tunb Besar dalam waktu kurang dari 15 menit menggunakan helikopter dan pesawat terbang,†ujarnya.
Dia memperingatkan bahwa negara-negara trans-regional tidak memiliki tempat di Teluk Persia dan mereka harus meninggalkan kawasan ini.
IRGC juga telah mengerahkan sistem rudal “Fath” dan “Qadir” di pulau-pulau Iran.
Di sela-sela latihan, Mayjen Salami mengatakan pasukan militer Iran selalu bekerja untuk menjaga keamanan dan stabilitas negara, dan bahwa pesan Revolusi Islam adalah bahwa tidak ada orang luar yang berhak menentukan nasib umat Islam.
Dia menekankan bahwa rakyat Iran dapat yakin bahwa negaranya aman selagi jari-jari pasukan IRGC berada di pelatuk.
Laksamana Muda Tangsiri juga menyatakan bahwa menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Teluk Persia merupakan kepentingan bersama negara-negara kawasan.
Dia meminta negara-negara kawasan untuk waspada terhadap plot-plot memecah belah yang dibuat oleh negara-negara lintas kawasan. (fna)
Kecam Hubungan dengan Israel, Pegiat Medsos Maroko Divonis Penjara Lima Tahun
Pengadilan Maroko telah memvonis hukuman lima tahun penjara terhadap seorang pegiat medsos atas postingan di Facebook yang mengkritik normalisasi hubungan negara ini dengan Rezim Zionis Israel.
Hassan Al-Sunni, pengacara pegiat itu, mengatakan kepada AFP bahwa kliennya, Saeed Boukayoud, 48 tahun, “dihukum lima tahun penjara karena memposting kecaman terhadap normalisasi (dengan Israel), yang dapat dipahami sebagai celaan kepada Raja Mohammed VI.”
Menurut Al-Sunni, kasus tersebut berawal pada Desember 2020, ketika Boukyoud, yang tinggal di Qatar, menerbitkan postingan yang menolak perjanjian yang mengharuskan Maroko memulihkan hubungannya dengan Israel serta mengharuskan AS mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.
Pengacara menjelaskan bahwa terdakwa “menghapus postingan tersebut dan menutup akun Facebooknya ketika dia mengetahui bahwa ada kasus terhadapnya†di Maroko. Tapi dia ditangkap sekembalinya ke Casablanca minggu lalu.
Boukayoud dijerat dengan undang-undang yang menghukum “siapa pun yang menyinggung agama Islam atau kerajaan atau menghasut integritas teritorial” dengan penjara dua hingga lima tahun, jika pelanggaran itu dilakukan secara terbuka.
Dia dijatuhi hukuman Senin di Pengadilan Tingkat Pertama di Casablanca.
Al-Sunni menilai putusan tersebut sebagai “keras dan tidak dapat dipahami.†Dia mengatakan bahwa kliennya “meyakinkan pengadilan bahwa dia bermaksud mengecam normalisasi dan tidak menyinggung†raja.
Dia juga mennyebutkan bahwa dia telah mengajukan banding.
Aktivis sayap kiri dan Islamis berdemonstrasi menentang normalisasi dengan Israel secara teratur di Maroko, di mana perjuangan Palestina mendapat simpati.
Hubungan antara Maroko dan Israel telah diperkuat dengan pengakuan Israel dua minggu lalu atas kedaulatan Maroko atas Sahara Barat, yang dipersengketakan dengan Front Polisario. Hal ini lantas disusul undangan Raja Mohammed VI kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk berkunjung ke Maroko. (raialyoum)