Jakarta, ICMES. Menteri luar negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan konspirasi asing untuk merongrong negara ini dalam beberapa bulan terakhir gagal.

Setidaknya satu orang tewas dan 12 lainnya luka-luka dalam dua ledakan terpisah yang mengguncang kota Quds (Yerusalem) dan diduga oleh polisi Israel sebagai serangan Palestina.
Media Israel melaporkan Rusia telah berubah menjadi sekutu utama Iran dalam segala hal, dan karena itu Israel harus berpihak kepada Ukraina.
Berita Selengkapnya:
Menlu Iran: Konspirasi Asing Untuk Pecah Belah Iran Gagal
Menteri luar negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyatakan konspirasi asing untuk merongrong negara ini dalam beberapa bulan terakhir gagal.
Pada konferensi pers di Teheran, Kamis (23/11), Amir-Abdollahian memastikan kandasnya konspirasi yang, menurut “dokumen terperinci” yang dimiliki kementeriannya, bertujuan mengobarkan terorisme, perang saudara dan menghancurkan negara ini.
Dia menolak klaim peduli HAM beberapa negara Barat, dan mengingatkan bahwa “sejarah kelam” Barat tidak memungkinkannya untuk membuat klaim demikian.
“Kami tidak membutuhkan AS dan Eropa – yang memiliki sejarah panjang pelanggaran HAM dan telah mencatat sejarah kelam eksploitasi berbagai bangsa dan negara- untuk menjadi penuntut HAM di Republik Islam Iran,” tegasnya.
Pernyataan itu merupakan tanggapan atas gencarnya hasutan dan dukungan beberapa pejabat Barat terhadap kerusuhan yang terjadi di Iran belakangan ini.
Menlu Iran menyebut E3 (Jerman, Prancis, dan Inggris), AS, dan Zionis tidak memiliki pemahaman yang benar tentang perkembangan dan insiden sehingga membuat “pernyataan usil”.
Dia menjelaskan bahwa menghormati HAM sudah diajarkan oleh agama, menjadi prinsip yang dianut oleh Republik Islam Iran, tertanam hati dan jiwa setiap orang Iran, serta berulang kali ditekankan oleh Pemimpin Besar Iran Sayid Ali Khamenei.
“Saya dengan gamblang mengatakan kepada para pejabat Eropa yang mengklaim membela HAM bahwa polisi di Iran melakukan kesabaran strategis dan menahan diri selama kerusuhan belakangan ini,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, “Fakta bahwa lebih dari 50 pasukan keamanan telah gugur syahid di tangan perusuh bersenjata api dan tajam, dan terlukanya ribuan pembela keamanan kami menunjukkan kepatuhan pasukan keamanan terhadap HAM dan upaya pengendalian.” (mm/presstv)
Dua Ledakan di Quds Tewaskan 1 Orang Israel, Para Pejuang di Gaza Siap Berperang
Setidaknya satu orang tewas dan 12 lainnya luka-luka dalam dua ledakan terpisah yang mengguncang kota Quds (Yerusalem), Rabu (23/11), dan diduga oleh polisi Israel sebagai serangan Palestina.
Ledakan itu terjadi beberapa jam setelah seorang remaja Palestina berusia 16 tahun dibunuh oleh pasukan Israel di kota Nablus, Tepi Barat.
Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 7 pagi waktu setempat di dekat terminal bus Israel di sepanjang jalan raya di pintu masuk barat ke Quds yang biasanya dipadati penumpang. Polisi menduga bahan peledak dikemas di dalam sepeda yang ditinggalkan di halte.
Menurut petugas medis, ledakan pertama melukai tujuh orang dengan kondisi setidaknya dua di antara kritis.
Ledakan kedua yang terjadi kurang dari setengah jam kemudian di persimpangan Ramot, di Quds utara menyebabkan lima orang menderita luka ringan akibat pecahan peluru. Para pejabat Israel menyebut insiden kedua itu “terkendali”.
Kedua ledakan tersebut diyakini telah diaktifkan dari jarak jauh.
Mantan Perdana Menteri Yair Lapid mengumumkan diadakannya pertemuan khusus dengan pejabat keamanan Israel.
Otoritas Israel menutup jalan-jalan utama dan mendirikan pos pemeriksaan di bagian timur dan barat Quds saat mereka melakukan penyelidikan dan mencari tersangka pelaku peledakan tersebut.
Berdasarkan keputusan menteri pertahanan, tentara Israel juga mengumumkan penutupan dua pos pemeriksaan utama di wilayah Jenin – Jalameh dan Salem.
Komisaris polisi Israel mengatakan jenis serangan yang terjadi di Quds “belum pernah terlihat selama bertahun-tahun,” dan pihak keamanan sedang memburu para penyerang. Dia menambahkan bahwa polisi juga sedang mencari lebih banyak kemungkinan bahan peledak di kota itu.
Rekaman kamera pengintai dari ledakan pertama beredar di media sosial. Media Israel menyebutkan adanya kekhawatiran besar terhadap kemungkinan dilancarkannya operasi lain di Quds, dan menilai bahwa peristiwa terbaru ini sebagai operasi yang sangat rapih dan terkoordinasi.
Sementara itu, faksi-faksi pejuang Palestina di Gaza menganggap peledakan di Quds itu sebagai reaksi wajar orang Palestina terhadap kejahatan Israel.
Faksi-faksi itu “mengambil tindakan pengamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” menyusul dua ledakan di Quds.
“Mengingat eskalasi perkembangan di lapangan, kubu resistensi sedang mempersiapkan eskalasi besar yang bisa berubah menjadi perang skala besar,” ungkap seorang sumber itu kepada TV Al-Mayadeen.
“Kubu resistensi membuat kelompok-kelompok penyerangnya bersiaga menghadapi keadaan darurat,” imbuhnya.
Serangan tentara Israel dan pembunuhan warga Palestina di berbagai kota dan desa di wilayah pendudukan Tepi Barat meningkat belakangan ini seiring dengan eskalasi serangan bersenjata Palestina dan serangan pemukim Zionis terhadap warga Palestina.
Setidaknya 200 warga Palestina, termasuk lebih dari 50 anak-anak, telah dibunuh oleh Israel di wilayah Quds Timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza pada pada tahun ini, yang disebut-sebut sebagai tahun paling mematikan bagi warga Palestina sejak 2006. (mm/raialyoum/almayadeen)
Media Israel: Rusia Sudah Jadi Sekutu Iran, Israel Harus Berpihak Pada Ukraina
Media Israel, Rabu (23/11), melaporkan Rusia telah berubah menjadi sekutu utama Iran dalam segala hal, dan karena itu Israel harus berpihak kepada Ukraina.
Narasumber saluran 13 Israel, Haim Ramon, mengatakan, “Kita harus memahami bahwa Rusia telah berubah menjadi sekutu penting Iran dalam segala hal, bahkan nuklir. Jika setiap proses verifikasi cukup untuk mengatakan bahwa inilah masalahnya, maka kita pasti akan berada di pihak Ukraina.”
Dia menambahkan, “Ini tidak berarti bahwa kita akan memberi mereka senjata yang mereka inginkan, tapi tentu dengan retorika dan juga dengan semua bantuan yang dapat kita berikan tanpa melewati batas.”
Beberapa hari yang lalu, media Israel mengungkapkan, “Di bawah tekanan AS, Israel setuju membiayai pasokan bahan strategis ke Ukraina.”
Surat kabar Israel Haaretz mengutip pernyataan sumber-sumber diplomatik Eropa bahwa “beberapa minggu lalu pejabat AS mendesak otoritas Israel agar bergabung dengan upaya negara-negara NATO memberikan bantuan kepada rezim Kyiv.”
Media Israel menerbitkan gambar kendaraan lapis baja tipe Amir – buatan perusahaan swasta Israel Gaia – yang dipakai dalam dinas militer pasukan Ukraina. Media Makan milik Israel menyebutkan bahwa kendaraan militer itu digunakan oleh pasukan Kyiv dan terlihat di wilayah Kherson.
Laporan media sebelumnya menyatakan bahwa Israel bisa jadi mempertimbangkan kembali pendiriannya mengenai bantuan militer ke Ukraina karena Israel sedang “terancam oleh Iran”.
Sejauh ini, rezim Zionis Israel masih mengisyaratkan penolakannya untuk memberikan senjata dan peralatan yang diminta Kyiv belakangan.
The Jerusalem Post beberapa waktu lalu mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Benny Gantz bahwa Israel tidak memiliki kemampuan produksi untuk memasok Ukraina dengan sistem pertahanan udara.
Meskidemikian, media Israel mengkonfirmasi bahwa sebuah perusahaan industri keamanan Israel menjual sistem anti-drone kepada tentara Ukraina, yang mampu mencegat dan mengganggu drone tempur,” dan bahwa “sistem ini dijual melalui Polandia, untuk menghindari larangan.”
Media Israel kemudian melaporkan bahwa Israel mendapat peringatan dari Moskow bahwa “jika Israel mencoba mengirim sistem pertahanan ke Ukraina, bahkan melalui negara ketiga, maka masalah ini akan dianggap melangkahi garis merah, dan akan berdampak.”
Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, juga memperingatkan bahwa “rencana Israel untuk memasok senjata ke Kyiv adalah langkah yang sangat sembrono.”
Dia menambahkan, “Tampaknya Israel akan memberikan senjata kepada rezim Kyiv, dan ini sangat langkah sembrono yang akan menghancurkan semua hubungan di antara kita.” (mm/raialyoum)