Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 23 November 2023

Jakarta, ICMES. Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei  menyebut Rezim Zionis Israel telah dibuat KO oleh operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan oleh Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, dan kemudian membalas dendam dengan mengumbar serangan brutal terhadap penduduk sipil yang tak berdaya.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengadakan pembicaraan dengan para tokoh Hamas dan Jihad Islam Palestina mengenai perkembangan terkini di Jalur Gaza, terutama gencatan senjata empat hari.

Angkatan Bersenjata Yaman kubu Sanaa atau kelompok pejuang Ansarullah memperingatkan bahwa sebagaimana Rezim Zionis Israel, para sekutu Israel juga telah ditetapkan sebagai “target yang sah” di Selat Bab al-Mandab, setelah akhir pekan lalu pasukan Yaman itu menyita sebuah kapal kargo yang terkait dengan seorang pengusaha Israel sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza.

Berita Selengkapnya:

Ayatullah Khamenei: Israel Hebat Memerangi Pasien RS dan Pengungsi, Tapi KO Melawan Hamas

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei pada hari Rabu  (22/11) menyebut Rezim Zionis Israel telah dibuat KO oleh operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan oleh Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, dan kemudian membalas dendam dengan mengumbar serangan brutal terhadap penduduk sipil yang tak berdaya.

“Jika saya ingin mengemukakan kepada Anda, para atlet, suatu kesimpulan mengenai peristiwa-peristiwa belakangan ini maka kesimpulan itu ada dalam kalimat singkat bahwa Rezim Zionis dalam peristiwa Badai Al-Aqsa telah dibuat KO,” ungkap Ayatullah Khamenei dalam kata sambutannya para pertemuan di Teheran dengan kontingen atlet dan para peraih medali Iran yang mengikuti Asian Games 2023 di Hangzhou, Tiongkok.

Dia menambahkan, “Hamas, sebagai sebuah kelompok pejuang, bukan sebagai sebuah pemerintah, bukan sebagai sebuah negara yang memiliki banyak fasilitas, melainkan sebuah kelompok kombatan, dengan segala fasilitas (apa adanya) itu berhasil membuat KO pemerintahan Zionis perampas.”

Ayatullah Khamenei memuji para atlet Iran yang telah memperlihat kepada dunia dukungan dan simpati mereka kepada  Palestina,  termasuk dengan mengenakan kefiyeh Palestina dan mengundurkan diri dari pertandingan melawan atlet Israel di turnamen internasional.

“Sekarang  telah menjadi jelas kebenaran tindakan mereka. Kebenaran mengenai hal ini kini lebih jelas dibandingkan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini menunjukkan wajah bangsa Iran yang berkarakter, logis, dan percaya diri di hadapan ratusan juta orang yang menonton olahraga, dan ini adalah bagian dari kekuatan nasional Iran,” tuturnya.

Dia menambahkan, “Saat ini seluruh dunia telah menyadari mengapa para atlet Iran tidak bersedia bertanding dengan para atlet  Zionis di arena, karena mereka adalah penjahat dan berlatih olah raga serta berkompetisi demi kepentingan entitas kriminal. Membantu mereka berarti membantu entitas teroris dan kriminal.”

Pemimpin Besar Iran menilai Rezim Zionis tidak mampu melepaskan diri dari beban tekanan dan rasa malu akibat kekalahan yang menimpa mereka.

Ayatullah Khamenei mengatakan, “ Ya, mereka menunjukkan kekuatan, tapi dimana? Di rumah sakit dan sekolah di Gaza, dan di kepala para tunawisma di kota ini, namun unjuk kekuatan ini tidak ada nilainya dan tindakan ini mereka mirip dengan tindakan atlet yang kalah di lapangan, lalu membalas dendam atas kegagalan itu dengan menyerang fans tim lawan, menghina dan memukuli mereka.”

Dia juga menegaskan, “Tidak ada skandal yang lebih besar daripada apa yang dilakukan entitas Zionis. Kerugian besar yang ditimbulkan oleh entitas Zionis tidak akan terkompensasi dengan operasi pengeboman tersebut. Pengeboman seperti itu akan memperpendek umur entitas perampas kekuasaan ini. Kekejaman ini tidak akan dibiarkan begitu saja.” (alalam)

Bahas Gencatan Senjata, Menlu Iran Adakan Pertemuan dengan Para Tokoh  Pejuang Palestina

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengadakan pembicaraan dengan para tokoh Hamas dan Jihad Islam Palestina mengenai perkembangan terkini di Jalur Gaza, terutama gencatan senjata empat hari.

Amir-Abdollahian mengadakan pertemuan dengan Sekjen Jihad Islam  Ziad al-Nakhala, wakil kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza Khalil al-Hayya, dan para pejabat lain dari kelompok tersebut di Beirut, ibu kota Lebanon, pada hari Rabu (22/11).

Mereka bertukar pandangan mengenai perkembangan terkini di wilayah Palestina, dan gencatan senjata, yang dijadwalkan dimulai pada hari Kamis (23/11) pukul 10 pagi waktu setempat.

Abdollahian dan para tokoh pejuang Palestina juga membahas mekanisme perpanjangan perjanjian gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Pada Rabu pagi Hamas mengumumkan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Israel mengenai gencatan senjata kemanusiaan selama empat hari menyusul upaya mediasi Qatar dan Mesir.

Hamas menyatakan, “Berdasarkan tanggung jawab kami terhadap bangsa Palestina yang telah lama menderita dan tabah, dan upaya kami yang tak kenal lelah untuk memperkuat ketabahan rakyat Palestina yang kami banggakan, untuk membantu dan menyembuhkan luka-luka mereka… dan setelah perundingan yang sulit dan rumit selama beberapa hari, kami mengumumkan – dengan bantuan dan berkah dari Allah SWT – bahwa kami telah mencapai perjanjian gencatan senjata kemanusiaan untuk jangka waktu empat hari, berkat upaya Qatar dan Mesir yang gigih dan dihargai.”

Pernyataan itu menyebutkan bahwa kesepakatan itu akan memungkinkan masuknya ratusan truk bantuan yang membawa pasokan kemanusiaan serta bantuan medis dan bahan bakar ke seluruh lingkungan di Jalur Gaza.

Lalu lintas udara akan dihentikan sepenuhnya di Gaza selatan selama periode tersebut, dan setiap hari dengan interval enam jam di utara.

Selain itu, 50 pemukim Israel  yang ditawan akan dibebaskan dengan imbalan pembebasan 150 wanita dan anak-anak Palestina dari penjara Israel.

Kabinet Israel dalam pemungutan suara pada Rabu pagi menyetujui perjanjian “jeda dalam pertempuran.”

Lebih jauh lagi, mereka memberikan potensi perpanjangan, dengan menawarkan bahwa satu hari tambahan akan ditambahkan untuk setiap tambahan  pembebasan 10 di antara para tawanan yang tersisa.

Seorang pejabat Israel juga mengklaim kesepakatan itu diharapkan akan menghasilkan pembebasan 50 warga Israel dalam kelompok yang terdiri dari 12-13 orang per hari.

Israel menggempur Gaza sejak 7 Oktober setelah Hamas melancarkan Operasi Badai al-Aqsa di wilayah pendudukan sebagai pembalasan atas kejahatan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

Sejak dimulainya agresi, rezim Tel Aviv telah membunuh 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 wanita, serta melukai lebih dari 33.000 lainnya.

Mereka juga memberlakukan  blokade total  terhadap Jalur Gaza, memutus pasokan bahan bakar, listrik, makanan dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana. (presstv)

Ansarullah Yaman Ancam akan Menyerang Kapal Negara-Negara Sekutu Israel

Angkatan Bersenjata Yaman kubu Sanaa atau kelompok pejuang Ansarullah memperingatkan bahwa sebagaimana Rezim Zionis Israel, para sekutu Israel juga telah ditetapkan sebagai “target yang sah” di Selat Bab al-Mandab, setelah akhir pekan lalu pasukan Yaman itu menyita sebuah kapal kargo yang terkait dengan seorang pengusaha Israel sebagai tanggapan terhadap perang Israel di Gaza.

Komandan Angkatan Laut Yaman, Mayjen  Muhammad Fadl Abdulnabi, pada hari Rabu (22/11), menegaskan dari atas kapal yang disita itu bahwa “mereka yang bersekutu dengan musuh, Zionis, dan mereka yang mengamankan jalur melalui Bab al-Mandab juga dianggap sebagai target yang sah.”

Pada Ahad lalu, pasukan Yaman  mengumumkan “penyitaan sebuah kapal Israel dan membawanya ke pantai Yaman”, dan menekankan bahwa operasi mereka “hanya mengancam kapal-kapal entitas Israel dan milik orang Israel. ”

Dalam rekaman video yang dipublikasi di platform  X, Abdulnabi menyatakan, “Kami memberi tahu entitas Zionis bahwa Bab al-Mandab adalah garis merah, kami tidak bisa berpangku tangan. Kapal sipil atau militer mana pun (berafiliasi dengannya) dianggap sebagai target yang sah.”

Pesisir Yaman menghadap ke Selat Bab al-Mandab, yang merupakan jalur sempit antara Yaman dan Djibouti di titik paling selatan Laut Merah. Jalur ini merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia, karena sekitar seperlima konsumsi minyak global melewatinya. (raialyoum)

”.