Jakarta, ICMES. Sedikitnya seribu orang tewas dan ribuan lainnya terluka akibat gempa berkekuatan 5,9 SR yang menggetarkan daerah-daerah terpencil Afghanistan timur dan daerah perbatasan Pakistan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tiba di Iran, Rabu (22/6), di tengah kebuntuan upaya dan negosiasi Iran dengan beberapa negara terkemuka dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015.
Putra Mahkota yang juga penguasa de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sedang berkunjung ke Turki untuk pertamanya sejak sekian tahun terkucil dalam pergaulan internasional akibat kasus pembunuhan brutal jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun 2018.
Berita Selengkapnya:
Paling Mematikan dalam 20 Tahun, Gempa Bumi di Afghanistan Tewaskan Sedikitnya 1000 Orang
Sedikitnya seribu orang tewas dan ribuan lainnya terluka akibat gempa berkekuatan 5,9 SR yang menggetarkan daerah-daerah terpencil Afghanistan timur dan daerah perbatasan Pakistan, Rabu (22/6).
Departemen Kebudayaan dan Informasi Taliban mencatat korban tewas akibat gempa itu bertambah menjadi 1.000, sementara korban luka lebih dari 1.500 manakala para penyelamat berusaha mencapai lokasi bencana di provinsi terpencil Paktika dan Khost.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan kekuatan gempa pada dini hari itu adalah 5,9 SR dan berpusat di sekitar 46 km dari kota Khost, dekat perbatasan Pakistan.
“Orang-orang menggali kuburan demi kuburan,†kata kepala Departemen Penerangan dan Kebudayaan di Paktika, Muhammad Amin Huzaifa, kepala wartawan.
“Hujan juga turun, dan semua rumah hancur. Orang-orang masih terjebak di bawah reruntuhan,†lanjutnya.
Sebelumnya, pejabat kementerian dalam negeri Salahuddin Ayubi mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat “karena beberapa desa berada di daerah terpencil di pegunungan dan akan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan rinciannya”.
Yaqub Manzor, seorang pemimpin suku dari provinsi Paktika, mengatakan bahwa para penyintas bergerak untuk membantu mereka yang terkena dampak.
“Pasar lokal tutup dan semua orang bergegas ke daerah yang terkena dampak,” katanya kepada kantor berita AFP melalui telepon.
Rekaman dari provinsi Paktika menunjukkan para korban dibawa ke helikopter untuk diterbangkan dari daerah tersebut. Gambar-gambar yang beredar luas secara online dari provinsi tersebut menunjukkan rumah-rumah yang hancur dan keberadaan penduduk di antara puing-puing.
Pihak berwenang melaporkan ratusan rumah hancur meski di wilayah tersebut tak terlihat banyak pembangunan.
Getaran gempa itu juga terasa di Pakistan dan Iran, namun tidak ada laporan segera mengenai kerusakan atau korban di kedua negara.
Pada tahun 2015, gempa bumi besar yang melanda timur laut negara itu menewaskan lebih dari 200 orang di Afghanistan dan Pakistan utara.
Gempa serupa berkekuatan 6,1 pada tahun 2002 menewaskan sekitar 1.000 orang di Afghanistan utara. Dan pada tahun 1998, gempa bumi berkekuatan 6,1 serta gempa susulannya di daerah terpencil di timur laut Afghanistan menewaskan sedikitnya 4.500 orang. (aljazeera)
Menlu Rusia Berkunjung ke Iran untuk Diskusikan Perjanjian Nuklir
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tiba di Iran, Rabu (22/6), di tengah kebuntuan upaya dan negosiasi Iran dengan beberapa negara terkemuka dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir tahun 2015.
Di awal kunjungan yang dilakukan untuk memenuhi undangan sejawat Irannya itu, Hossein Amir-Abdollahian, Lavrov telah menemui Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi, dan hari ini, Kamis (23/6) dijadwalkan akan menemui Amir-Abdollahian.
Kunjungan Lavrov ini tercatat sebagai yang pertama kalinya ke Iran sejak kepresidenan Raisi. Kunjungan ini akan berlangsung selama dua hari, dan Lavrov akan berdiskusi dengan pejabat Iran mengenai perjanjian nuklir, situasi di Ukraina, Suriah dan Afghanistan, penguatan kerja sama perdagangan dan energi, serta perluasan kerjasama dengan Eurasia dan Kaukasus.
Kementerian luar negeri Rusia memposting klip pernyataan Lavrov dalam pertemuan dengan Presiden Raisi bahwa Moskow sedang menyiasati “kebijakan agresif Baratâ€.
“Di semua negara yang mengalami pengaruh negatif garis egois yang diambil oleh Amerika Serikat dan satelitnya, muncul kebutuhan objektif untuk mengkonfigurasi ulang hubungan ekonomi mereka sehingga mereka dapat menghindari ketergantungan pada keinginan dan keanehan mitra Barat kita,†kata Lavrov.
Bulan lalu, Moskow mengatakan Rusia dan Iran, yang sama-sama dikenai sanksi Barat dan memiliki beberapa cadangan minyak dan gas terbesar di dunia, telah membahas pertukaran pasokan untuk minyak dan gas serta membangun pusat logistik.
Moskow menentang sanksi Barat atas Rusia terkait krisis Ukraina, sementara Teheran berjuang untuk ketahanan ekonomi Iran di tengah sanksi yang diterapkan kembali oleh AS sejak Washington keluar dari kesepakatan nuklir pada tahun 2018.
Media Iran melaporkan bahwa dalam kunjungan Lavrov ini akan dibahas kesepakatan nuklir Iran 2015, peningkatan kerjasama bilateral dan energi, serta isu-isu internasional dan regional, sementara Kementerian luar negeri Iran Senin lalu menyatakan bahwa kunjungan Lavrov bertujuan “memperluas kerja sama dengan kawasan Eurasia dan Kaukasus”.
Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk pemulihan perjanjian nuklir 2015 tertahan sejak Maret, terutama karena desakan Teheran agar Washington menghapus Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dari daftar organisasi teroris versi AS. (alalam/irna)
Pertama Kali Sejak Pembunuhan Khashoggi, Putra Mahkota Saudi Berkunjung ke Turki
Putra Mahkota yang juga penguasa de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sedang berkunjung ke Turki untuk pertamanya sejak sekian tahun terkucil dalam pergaulan internasional akibat kasus pembunuhan brutal jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun 2018.
MBS tiba di Ankara pada hari Rabu (22/6) dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pada April lalu, Erdogan berkunjung ke Arab Saudi setelah sekian bulan dilakukan upaya perbaikan hubungan antara kedua negara yang sempat keruh akibat kasus pembunuhan tersebut. Perbaikan hubungan ini terdorong terutama oleh faktor ekonomi dan perdagangan.
Pendekatan ekonomi Erdogan yang inkonvensional telah memicu inflasi spiral yang membuat harga barang di negara meroket hampir dua kali lipat pada tahun lalu. Tetapi pemerintahannya sekarang menggalang investasi dan bantuan bank sentral dari negara-negara yang ditentangnya.
Turki terbelit krisis ekonomi terburuk dalam dua dekade terakhir dan mencoba menarik investasi dari negara-negara kaya Arab di kawasan Teluk Persia. Dia juga telah menempuh langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan dengan Uni Emirat Arab, Mesir dan Rezim Zionis Israel.
Menyusul pembunuhan Khashoggi, pemerintahan Erdogan merilis rincian yang menghebohkan dunia dan menyudutkan MBS. Hubungan antara kedua negarapun memburuk dan Saudi secara tidak resmi memboikot komoditas Turki dimana secara dramatis Saudi membatasi sekitar US$ 5 miliar dalam perdagangan bilateral. Saudi juga memboikot sinetron Turki yang sangat populer.
Pemulihan hubungan Turki dengan Saudi dimulai sejak pengadilan Istanbul pada bulan April lalu mengeluarkan putusan untuk menghentikan persidangan in absentia puluhan tersangka pembunuhan Khashoggi dan melimpahkan perkara ini ke Riyadh.
Keputusan pengadilan tersebut tak pelak menuai protes keras dari para aktivis HAM di seluruh dunia, tapi membuka jalan bagi kunjungan Erdogan ke Saudi tiga minggu kemudian. (presstv)