Jakarta, ICMES. . Surat kabar Haaretz membahas isu pembunuhan yang diklaim dilakukan oleh tentara pendudukan terhadap para pemimpin faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza, terutama Hamas, dengan menyebutkan kegagalan metode ini secara historis dalam penumpasan resistensi.
Tentara Israel mengakui bahwa sebuah rudal jelajah yang diluncurkan dari Yaman menerobos wilayah udara Israel dan meledak di bagian utara kota Eilat di bagian selatan Palestina pendudukan.
Kelompok Resistensi Islam Irak (IRI) menyatakan pihaknya telah menyerang Bandara Ben Gurion dua kali dalam satu minggu dengan menggunakan drone.
Berita selengkapnya:
Haaretz: Israel Tak Bisa Menang dalam Perang Gaza
Surat kabar Haaretz membahas isu pembunuhan yang diklaim dilakukan oleh tentara pendudukan terhadap para pemimpin faksi-faksi pejuang Palestina di Jalur Gaza, terutama Hamas, dengan menyebutkan kegagalan metode ini secara historis dalam penumpasan resistensi.
Yossi Melman, seorang analis intelijen, dalam artikelnya di surat kabar Israel tersebut menekankan bahwa menjangkau dan pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas tidak akan menumpas Hamas, mengingatkan bahwa Hamas mengakar pada masyarakat Palestina, di Tepi Barat, Gaza, Yordania, Lebanon, Suriah, dan bahkan di luar Timur Tengah.
Dalam konteks yang sama, surat kabar tersebut menyatakan bahwa salah satu ilusi Israel yang paling umum adalah bahwa “pemenggalan kepala” akan membantu “menuntaskan masalah Palestina,” dan hal ini “dipahami oleh banyak orang, bahkan di lembaga keamanan dan militer”.
Haaretz menambahkan bahwa Hamas “tidak mengangkat tangan” dan menyerah, melainkan terus berjuang, sambil mengubah taktiknya. Menurutnya, kebersikarasan gerakan tersebut terlihat dari fakta bahwa para pejuangnya berhasil kembali ke wilayah yang diklaim tentara Israel telah diduduki di Gaza, dan pada pekan ini para pejuang Gaza kembali berkonfrontasi dengan tentara Israel di sekitar Rumah Sakit Al- Shifa di Jalur Gaza utara.
Di sisi lain, tentara pendudukan mengaitkan beberapa peringkat dengan para pemimpin perlawanan yang mereka klaim telah terbunuh, dalam sebuah tindakan yang “telihat jelas bertujuan memperbesar diri sendiri dan mengesankan sejauh mana keberhasilan mereka dalam perang melawan Hamas”.
Padahal, lanjut Haaretz, kenyataan di lapangan lebih kompleks karena resistensi Gaza menimbulkan banyak kerugian di kalangan tentara dan perwira Israel. Sejak dimulainya pertempuran darat di Jalur Gaza, ratusan orang di antara mereka telah tewas, dan ribuan lainya terluka.
Selain itu, ada pula para korban luka yang “tidak terlihat”, karena banyak anggota tentara pendudukan menderita gangguan stres pasca-trauma, yang tanda-tandanya mungkin muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah berakhirnya pertempuran.
Haaretz menambahkan bahwa selain itu salah satu hipotesis yang dipromosikan oleh rezim Israel, yaitu bahwa para pemimpin senior Hamas “bersembunyi bersama tawanan di terowongan dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia ” terbukti bahwa tidak benar.
Menurut Haaretz, selama beberapa dekade pembunuhan terhadap para pemimpin Palestina, ilmuwan nuklir Iran, dan lainnya, banyak orang di pemerintahan Israel dan di lembaga keamanan dan militer, “gandrung pada penggunaan metode ini.”
Haaretz berkesimpulan bahwa semua upaya pemerintah dan Komite Urusan Luar Negeri dan Keamanan, khususnya organisasi spionase, “tidak berhasil dalam merumuskan doktrin pembunuhan.” (almayadeen)
Pertama Kali, Israel Akui Rudal Ansarullah Yaman Meledak di Kota Eilat
Tentara Israel mengakui bahwa sebuah rudal jelajah yang diluncurkan dari Yaman menerobos wilayah udara Israel dan meledak di bagian utara kota Eilat di bagian selatan Palestina pendudukan.
Tentara Israel dalam sebuah pernyataan di platform X pada Selasa malam (19/3) menyebutkan; “Menindaklanjuti jatuhnya target udara di utara kota Eilat kemarin malam (Minggu), pembicaraannya adalah tentang rudal jelajah yang datang dari Laut Merah dan jatuh di area terbuka di wilayah tersebut.”
Tanpa rincian lebih jauh, tentara Zionis menambahkan, “Targetnya berada di bawah pengawasan Angkatan Udara Israel, dan tidak ada korban jiwa atau kerusakan, dan insiden tersebut sedang diselidiki.”
Menurut Yedioth Ahronoth (YA), ini merupakan pertama kalinya kelompok Ansarullah Yaman meluncurkan rudal jelajah yang mampu menembus wilayah udara Israel dan meledak di utara Eilat.
Surat kabar Israel tersebut menambahkan, “Sejak awal perang (Israel) di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, pasukan Ansarullah telah menembakkan rudal ke arah Eilat, namun dicegat oleh sistem pertahanan yang jauh dari wilayah Israel.”
YA menjelaskan; “Pada suatu kesempatan, setelah berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Hetz 3, dua drone diluncurkan ke arah Eilat. Sistem Patriot mencegat salah satunya, sementara yang lain menghantam sebuah sekolah dan menyebabkan kerusakan padanya.”
Sebelumnya pada hari Selasa, Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah mengaku telah menembakkan rudal ke target-target di Eilat serta menyerang kapal AS di Laut Merah.
Angkatan Bersenjata Yaman menyerang kapal kargo yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden dengan rudal dan drone sebagai tekanan agar Israel menyudahi agresi di Gaza, di mana sekitar 2,3 juta warga Palestina hidup dalam kondisi bencana akibat perang dan blokade yang berlangsung selama 17 tahun.
Sejak awal tahun ini, sebuah koalisi yang dipimpin oleh AS dan Inggris turut berpartisipasi dengan melancarkan serangan yang dikatakan menargetkan posisi-posisi Ansarullah. Kelompok pejuang ini lantas menganggap semua kapal AS dan Inggris sebagai target yang sah bagi serangan militernya. (raialyoum)
Kelompok Pejuang Irak Dua Kali Serang Bandara Ben Gurion Israel dalam Sepekan
Kelompok Resistensi Islam Irak (IRI) menyatakan pihaknya telah menyerang Bandara Ben Gurion dua kali dalam satu minggu dengan menggunakan drone.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (20/3), IRI mengkonfirmasi serangannya terhadap Israel yang melancarkan perang genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
“Pejuang IRI di Irak, pada dini hari Selasa menyerang bandara Ben-Gurion di kedalaman wilayah Zionis dengan menggunakan drone,” bunyi pertanyaan itu.
IRI juga menegaskan komitmennya untuk “menyerang benteng musuh”, sebagai bagian dari operasi tahap kedua untuk mendukung rakyat Palestina di Gaza.
Sebagai reaksi atas pembantaian Israel terhadap warga sipil Palestina yang tidak bersalah, tahap kedua operasi IRI telah dimulai dan mencakup pemberlakuan blokade terhadap navigasi maritim Israel di Mediterania dan pelumpuhan layanan pelabuhan-pelabuhan Israel.
IRI juga menyerang bandara yang sama pada tanggal 12 Maret dengan menggunakan drone.
IRI mengaku akan melanjutkan serangannya terhadap sasaran-sasaran Israel sampai rezim tersebut menghentikan genosida di Gaza.
Serangan ini juga menyasar pangkalan militer utama AS di Suriah dan Irak di tengah kemarahan atas dukungan AS terhadap serangan gencar Israel di Gaza.
IRI juga mengaku bertanggung jawab atas serangan pada akhir Januari di perbatasan Yordania dengan Suriah yang menewaskan tiga tentara AS.
Dalam beberapa minggu terakhir, IRI mengintensifkan operasinya terhadap sasaran-sasaran Israel di wilayah pendudukan Palestina.
IRI menargetkan pangkalan drone Israel di wilayah pendudukan Dataran Tinggi Golan Suriah dengan menggunakan drone.
Sekjen Gerakan al-Nujaba, Akram al-Kaabi, pada 25 Februari menegaskan pihaknya tidak akan berhenti menyerang sasaran Israel di wilayah pendudukan Palestina.
“Kami tidak akan mengabaikan tujuan membebaskan Irak dari kehadiran AS, dan kami mendukung Palestina dengan menyerang rezun pendudukan Israel,” tegasnya.
Israel melancarkan perang terhadap Gaza pada tanggal 7 Oktober. Sejak awal perang, rezim Zionis tersebut telah membunuh lebih dari 31.600 warga Gaza, yang sebagian besarnya adalah wanita, anak-anak, dan remaja.
Menanggapi kejahatan Zionis tersebut, kelompok-kelompok resistensi dari Lebanon, Irak, dan Yaman telah melakukan operasi militer anti-Israel di kawasan Timteng. (presstv)