Jakarta, ICMES. Iran membantah klaim pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi bahwa sebuah markas yang terkait dengan para ahli dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran di ibu kota Yaman, Sanaa, terkena serangan udara pasukan koalisi.

Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman yang bersekutu dengan Ansarullah, Brigjen Yahya Sareee, menyatakan pihaknya telah menembak jatuh sebuah drone Saudi kawasan Al-Amishah di perbatasan antara provinsi Sa’dah dan Amran.
Pihak Eropa dalam perundingan nuklir di Wina, Austria, menginginkan supaya putaran perundingan ini segera diakhiri, sedangkan tim perunding Iran “mengutamakan keberlanjutan perundingan selagi dirasa urgenâ€.
Pasukan penjaga perbatasan Iran terlibat kontak senjata dengan orang-orang bersenjata Afghanistan di kawasan perbatasan Sistan Iran dan provinsi Nimruz, Afghanistan.
Berita Selengkapnya:
Iran Tanggapi Klaim Saudi bahwa Markas IRGC di Yaman Terkena Serangan Udara
Iran membantah klaim pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi bahwa sebuah markas yang terkait dengan para ahli dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran di ibu kota Yaman, Sanaa, terkena serangan udara pasukan koalisi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, Rabu (1/12), menyebut klaim itu tak berdasar dan bertujuan mengelabui opini publik regional dan dunia ihwal invasi militer Saudi dan sekutunya terhadap Yaman.
Dia memastikan negaranya sama sekali tidak memiliki kehadiran militer di Yaman untuk kemudian terkena serangan dari pasukan koalisi.
“Pernyataan demikian tak berdasar, dan tak akan mengubah realitas Yaman ihwal kesalahan strategi militer para agresor (Saudi dan sekutunya),†ujar Khatibzadeh.
Sehari sebelumnya, pasukan koalisi mengklaim bahwa sebuah situs rahasia yang terkait dengan IRGC di Sanaa terkena serangan udara mereka.
Sejauh ini, Iran dan Saudi telah mengadakan empat kali putaran perundingan yang membahas perang Yaman serta tema-tema bilateral dan regional, namun belum membuahkan hasil yang jelas.
Mengenai perang Yaman, Khatibzadeh mengatakan, “Nasib Yaman ditentukan oleh rakyat Yaman dan kehendak orang-orang Yaman sendiri. Apa yang kami lakukan adalah untuk memudahkan dialog. Saudi berkewajiban menghentikan perang dan blokade zalimnya.â€
Seperti diketahui, Yaman dilanda perang sejak sekira tujuh tahun silam, yang menyebabkan lebih dari 233,000 orang tewas, dan 80% penduduknya yang berjumlah sekira 30 juta orang bergantung pada bantuan di tengah kondisi kemanusiaan yang terburuk di dunia, menurut laporan PBB.
Perang itu berkobar antara kubu gerakan Ansarullah (Houthi) dan kubu presiden pelarian Abd Rabbuh Mansour Hadi. Ansarullah yang didukung tentara Yaman menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, sejak 2014, selain beberapa provinsi lain.
Sejak Maret 2015 pasukan koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi dan didukung AS, Israel dan negara-negara Barat melancarkan intervensi militer ke Yaman untuk membela kubu Mansour Hadi dengan asumsi bahwa Ansarullah dapat segera dikalahkan, namun sampai sekarang tetap bertahan dan bahkan semakin kuat. (mm/fna/raialyoum)
Drone Pengintau Saudi Tertembak Jatuh di Yaman
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Yaman yang bersekutu dengan Ansarullah, Brigjen Yahya Sareee, menyatakan pihaknya telah menembak jatuh sebuah drone Saudi kawasan Al-Amishah di perbatasan antara provinsi Sa’dah dan Amran.
“Berkat pertolongan Allah, pertahanan udara kami berhasil merontokkan sebuah drone militer pengintai jenis CH-4 buatan China milik Angkatan Udara Arab Saudi pada dini hari ini dengan menggunakan rudal darat ke udara,†ungkap Yahya Saree di Sanaa, Rabu (1/12).
Dia menambahkan bahwa rudal yang digunakan pasukan Yaman dalam menembak jatuhan drone itu sejauh ini belum pernah dipamerkan.
Berbagai sumber Yaman memublikasi rekaman video detik-detik tertembaknya drone pengintai milik Arab di bagian barat laut Yaman tersebut.
Beberapa jam setelah tersiarnya laporan mengenai peristiwa itu beberapa sumber Yaman mengabarkan bahwa jet-jet tempur Saudi mendatangi dan menyerang lokasi peristiwa.
Dalam beberapa pekan terakhir ini pasukan Yaman kubu Sanaa di berbagai kawasan negara ini telah menembak jatuh beberapa drone pasukan koalisi yang dipimpin Saudi. (fna)
Eropa Ingin Perundingan Nuklir Iran Segera Diakhiri, Teheran Utamakan Keberlanjutan
Lembaga pemberitaan Tasnim yang berbasis di Iran, Rabu (1/12), mengutip keterangan sumber anonim bahwa pihak-pihak Eropa dalam perundingan nuklir di Wina, Austria, menginginkan supaya putaran perundingan ini segera diakhiri, sedangkan tim perunding Iran “mengutamakan keberlanjutan perundingan selagi dirasa urgenâ€.
Tasnim menyebutkan bahwa kendala terbesar bagi terwujudnya kesefahaman dalam pertemuan pada Selasa lalu ialah kebersikerasan pihak-pihak Eropa uintuk “berkonsultasi dengan Amerika Serikat (AS) dalam semua urusanâ€.
Perundingan nuklir Iran dengan kelompok 4+1 (Inggris, Prancis, Rusia dan China plus Jerman) di Wina menjalani putaran baru sejak Senin lalu setelah terhenti selama lima bulan. AS disebut-sebut mengikuti perundingan ini tapi secara tidak langsung.
Perundingan ini bertujuan memulihkan perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang diteken pada tahun 2015 setelah pelaksanaannya mangkrak akibat keluarnya AS secara sepihak dari perjanjian ini pada tahun 2018.
Sementara itu, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyebutkan bahwa Iran memulai proses pengayaan uranium dengan kemurnian 20% dengan menggunakan mesin sentrifugal canggih di fasilitas nuklir Fordow yang dibangun di dalam gunung, suatu tindakan yang dinilai dapat menyulut ketegangan dalam perundingan di Wina.
IAEA yang bernaung di bawah PBB dalam sebuah pernyataannya menjelaskan bahwa Selasa lalu pihaknya telah memverifikasi bahwa Iran telah menyuntikkan uranium heksafluorida, yang diperkaya hingga 5 persen, ke dalam serangkaian 166 sentrifugal IR-6 di Ford, dengan tujuan meningkatkan kemurnian hingga 20 persen.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh IAEA pada bulan lalu menyebutkian bahwa Iran mengoperasikan 166 mesin IR-6 di sana, tapi tanpa menyebutkan ihwal produk yang diperkaya. (tasnim/railayoum)
Pasukan Iran Dikabarkan Baku Tembak dengan Taliban di Perbatasan, Benarkah?
Pasukan penjaga perbatasan Iran terlibat kontak senjata dengan orang-orang bersenjata Afghanistan di kawasan perbatasan Sistan Iran dan provinsi Nimruz, Afghanistan. Berbagai laporan dan rekaman peristiwa ini tersiar pada hari Rabu (1/12), beberapa di antaranya menyebutkan bahwa pasukan Iran baku tembak dengan pasukan Taliban.
Situs berita Fars milik Iran menyebutkan bahwa sejumlah orang senjata di provinsi Nimruz di sekitar daerah perbatasan di desa Shaghalak di daerah Hirmand telah melepaskan tembakan ke arah para petani Iran sehingga pasukan penjaga perbatasan Iran segera membalas melepaskan tembakan.
Disebutkan konfrontasi itu berlangsung selama beberapa menit dan kedua pihak sempat menggunakan senjata-senjata semi berat. Meski demikian, peristiwa itu tak sampai menjatuhkan korban, dan situasi kembali pulih berkat koordinasi pihak-pihak terkait.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh pada Rabu malam mengatakan, “Pada sore hari ini perselisihan antarwarga perbatasan telah menyebabkan terjadinya penembakan di daerah perbatasan Sistan, namun masalah ini sudah berakhir dan terkelola dengan adanya koordinasi pasukan penjaga perbatasan dari kedua belah pihak.â€
Menurut Fars, kontak senjata tersebut berada di daerah yang belum ditempati oleh pasukan resmi Taliban sehingga berbagai kelompok penjahat dan penyelundup narkoba masih berkeliaran dan beraktivitas di sana.
Dengan demikian, tidak benar laporan yang menyebutkan bahwa pasukan Iran telah terlibat kontak senjata dengan pasukan Taliban.
Pejabat keamanan Iran di Provinsi Sistan Balucistan Mohammad Hadi Marashi mengatakan, “Kontak senjata itu ringan, sudah berakhir dan tak sampai menimbulkan kerusakan pada pos-pos perbatasan.†(fna)