Jakarta, ICMES. Tentara Israel mundur pada Rabu malam (15/11) dari Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza dan mengerahkan tank-tanknya di sekitar komplek besar, yang diklaim Israel digunakan Hamas sebagai pangkalan militer.
Salah seorang saksi mata Palestina mengaku sangat terkejut melihat dengan mata kepala sendiri pasukan Amerika Serikat (AS) turut masuk ke Jalur Gaza bersama pasukan Israel yang memulai invasi darat besar-besaran ke Kota Gaza sejak hampir dua minggu lalu.
Wasekjen Hizbullah Lebanon, Syeikh Naim Qassem, menegaskan bahwa “ketika terjadi perangIsrael terhadap kami maka kami tidak ada pilihan bagi kami kecuali membela diri”.
Berita Selengkapnya:
Tank-Tank Israel Mundur dari RS Al-Shifa, Tapi Sebagian Tentaranya Masih Bertahan
Tentara Israel mundur pada Rabu malam (15/11) dari Rumah Sakit Al-Shifa di Jalur Gaza dan mengerahkan tank-tanknya di sekitar komplek besar, yang diklaim Israel digunakan Hamas sebagai pangkalan militer.
Pada dini hari Rabu, tentara Israel menyerbu Kompleks Medis Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, yang menurut PBB menampung sekitar 2.300 orang, termasuk pasien dan pengungsi, setelah terjadi pertempuran sengit di sekitar komplek fasilitas medis tersebut.
Sebuah sumber di dalam Kompleks Medis Al-Shifa, sebelah barat Kota Gaza, mengatakan kepada kantor berita Anadolu pada hari Rabu bahwa tentara Israel menarik beberapa kendaraannya dari rumah sakit itu, namun membiarkan sejumlah tentara tetap berada di dalam rumah sakit.
Sumber tersebut, yang memilih untuk tidak menyebutkan namanya karena alasan keamanan, menambahkan, “Ada beberapa tentara di dalam gedung, bertepatan dengan gencatan senjata dan ketenangan yang hati-hati.”
Dia juga menyebutkan bahwa orang-orang yang berada di rumah sakit tidak dapat keluar karena setiap benda bergerak akan ditembak.”
Dia membenarkan bahwa tentara Israel “menangkap sejumlah pengungsi dan pasien serta keluarga mereka (jumlahnya tidak disebutkan), dan membawa mereka ke tujuan yang tidak diketahui.”
Dia menjelaskan, “Sebuah pemboman Israel menyasar salah satu bagian komplek dari sisi barat daya dekat gedung bersalin, dan kami tidak dapat menentukan target secara akurat, karena ketidakmampuan untuk bergerak sama sekali.”
Mengenai jumlah orang yang berada di dalam komplek tersebut, sumber itu mengatakan, “Jumlahnya mencapai sekitar 700 pasien dan korban luka, 650 tenaga medis, dan 1000 orang mengungsi.”
Sebelumnya pada hari Rabu, sumber medis di dalam rumah sakit mengatakan kepada Anadolu bahwa layanan medis telah berhenti total, dan memperingatkan kematian korban luka dan pasien.
Hamas membantah menggunakan rumah sakit itu untuk tujuan militer.
Rumah sakit Palestina di Jalur Gaza berada dalam kondisi tragis akibat pertempuran yang sedang berlangsung, ketika pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Al-Shifa, sementara berbagai rumah sakit lain juga mengalami krisis karena tidak adanya listrik, makanan, air dan bahan bakar akibat kontinyuitas pengeboman Israel terhadap sebagian besar wilayah Jalur Gaza.
Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit, termasuk Shifa, untuk melancarkan serangan atau bersembunyi serta menjadikan warga sipil sebagai “perisai manusia,” sesuatu yang dibantah oleh faksi pejuang tersebut.
AS mengiyakan tuduhan Israel tersebut. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa Hamas dan Jihad Islam memiliki “pusat komando dan kendali yang berbasis di Rumah Sakit Al-Shifa.”
Membantah tuduhan itu, Hamas menegaskan, “Kami mengecam keras dan menolak pernyataan Pentagon dan Gedung Putih yang mengadopsi kedustaan Israel”.
Hamas menyebut sikap AS itu sebagai lampu hijau AS bagi Israel untuk menambah kejahatan dan pelanggaran Israel terhadap sakit dengan tujuan menghancurkan sistem kesehatan Gaza serta memaksa penduduk meninggalkan kampung halaman mereka. (raialyoum)
Tentara AS Diketahui Ikut Berperang Bersama Tentara Israel di Gaza
Salah seorang saksi mata Palestina mengaku sangat terkejut melihat dengan mata kepala sendiri pasukan Amerika Serikat (AS) turut masuk ke Jalur Gaza bersama pasukan Israel yang memulai invasi darat besar-besaran ke Kota Gaza sejak hampir dua minggu lalu.
Pemerintah AS berulang kali menyangkal keberadaa pasukan “resmi” AS dan berperang di Gaza, namun banyak laporan yang diterbitkan di surat kabar Arab dan internasional mengkonfirmasi kehadiran pasukan khusus AS untuk memerangi para pejuang Palestina sehingga tak sedikit di antara mereka terbunuh.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, pemuda yang menjadi salah satu saksi mata itu mengatakan bahwa dia sempat berbicara dengan pasukan yang mengelilingi rumah mereka, dan tentaranya mengenakan atribut bendera AS di seragam militer mereka.
Pertengahan bulan lalu, The New York Times mengutip seorang pejabat Departemen Pertahanan AS yang menyebutkan bahwa AS telah mengirimkan tim pasukan operasi khusus ke wilayah pendudukan.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa tim yang dikirim ke Israel akan membantu intelijen terkait dengan para sandera, dan bahwa Washington telah mengerahkan pesawat sebagai tindakan pencegahan sebelum melakukan misi potensial.
Para pejabat AS sebelumnya menyatakan bahwa Angkatan Darat AS sedang bersiap untuk mengerahkan 2.000 tentara untuk membantu Israel, menurut laporan The Wall Street Journal.
Setelah Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas terhadap Israel, Pentagon mengumumkan kedatangan pasukan Pasukan Delta AS ke wilayah pendudukan.
Disebutkan bahwa pasukan khusus itu melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan mereka pernah melakukan operasi pembunuhan pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, dan gembong ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menegaskan bahwa AS memiliki “orang-orang di lapangan” yang akan membantu pemerintah Israel dengan “intelijen dan perencanaan” untuk operasi potensial yang melibatkan upaya penyelamatan sandera.
Dia juga mengatakan, “Pentagon memiliki sel komunikasi di Israel yang berfungsi dengan pasukan operasi khusus Israel, karena AS dapat dengan cepat mengerahkan sumber daya lain ke kawasan.” (raialyoum)
Hizbullah: Kami Tidak Takut Berperang Melawan Israel
Wasekjen Hizbullah Lebanon, Syeikh Naim Qassem, menegaskan bahwa “ketika terjadi perangIsrael terhadap kami maka kami tidak ada pilihan bagi kami kecuali membela diri”.
Dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol El Mundo dan Corriere Wella Sera, Syeikh Naim Qassem mengatakan, “Kami tidak akan ditanya mengapa melawan jika terjadi perang. Jika sebagian orang ingin mengetahui apakah kami takut terhadap ancaman Israel maka ketahuilah bahwa kami tidak takut kepadanya.”
Dia menambahkan, “Jika Israel memutuskan untuk perang maka kami akan menghadapinya dengan segala kekuataan yang kami miliki untuk menjatuhkannya, dan kami yakin sepenuhnya bahwa kami akan memenangi setiap pertempuran yang mungkin kami jalani melawan enitas Israel.”
Wasekjen Hizbullah Lebanon juga mengatakan, “Mengenai apakah sekarang akan terjadi perang, hal ini berkaitan dengan perkembangan di Gaza, dan berkaitan pula dengan keputusan Israel untuk berinisiatif perang. Hal ini adalah merupakan bagian dari urusan yang sampai sekarang kami tidak mengetahuinya. Apakah urusan akan melebar, kemungkinan ini ada tapi kami tak dapat memastikannya akan terjadi.” (alalam)