Rangkuman Berita Utama Timteng Kamis 13 Juli 2023

Jakarta, ICMES. Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi  mendapat sambutan dengan karpet merah dari sejawatnya dari Kenya William Ruto ketika memulai safarinya ke tiga negara  Afrika, yang disebut-sebut Teheran sebagai “awal baru” dalam hubungan dengan benua itu.

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei  menyatakan negaranya menjalani perjuangan berbasis  peradaban dan berskala global melawan kekuatan arogan “pembohong” dunia yang bersembunyi di balik label liberalisme dan demokrasi.

Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, memastikan tingginya kemampuan dan kesiapan penuh angkatan bersenjata negara ini untuk menggagalkan kemungkinan tindakan agresi oleh musuh, serta menekankan bahwa kekuatan pertahanan Iran telah mencapai titik yang tak terkalahkan.

Berita Selengkapnya:

Kunjungi Kenya, Presiden Iran Memulai Safarinya ke Negara-Negara Afrika

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi  mendapat sambutan dengan karpet merah dari sejawatnya dari Kenya William Ruto ketika memulai safarinya ke tiga negara  Afrika pada hari Rabu (12/7), yang disebut-sebut Teheran sebagai “awal baru” dalam hubungan dengan benua itu.

Safari Raisi ke Afrika ini, termasuk Uganda dan Zimbabwe, adalah yang pertama dilakukan oleh seorang presiden Iran dalam lebih dari satu dekade, sebagai upaya untuk mendiversifikasi hubungan ekonomi dalam menghadapi sanksi Amerika Serikat (AS).

Safari yang dimulai pada Selasa itu ditunda satu hari untuk penyelesaian nota kesepahaman yang akan ditandatangani Raisi dan Ruto, menurut Kemenlu Kenya.

Kementerian itu mengumumkan bahwa menteri Iran dan Kenya menandatangani lima nota kesepahaman pada hari Rabu terkait dengan teknologi informasi, perikanan, produk ternak dan promosi investasi.

Dalam jumpa pers usai pertemuan dengan Ruto, Raisi, yang sebelumnya menyebut Afrika sebagai “benua peluang”, mengatakan ingin meningkatkan hubungan komersial dengan negara-negara Afrika.

“Tidak ada di antara kita yang puas dengan volume perdagangan saat ini dan pertukaran ekonomi antar negara saat ini,” katanya.

Kemenlu Iran Sabtu lalu menyatakan pihaknya memperkirakan perdagangan dengan negara-negara Afrika akan meningkat menjadi lebih dari $2 miliar tahun ini, tanpa memberikan angka perbandingan untuk tahun 2022.

Presiden Kenya mengatakan dia telah meminta komitmen Raisi untuk memfasilitasi ekspor lebih banyak teh, daging, dan produk pertanian Kenya lainnya ke Iran dan ke negara-negara Asia Tengah melalui Iran.

Di bawah Ruto, Kenya bergumul dengan utang dan meningkatnya biaya hidup, dengan protes diperkirakan akan berlanjut pada Rabu di ibu kota, Nairobi, dan di tempat lain.

Iran meningkatkan jangkauan diplomatiknya ke negara-negara dunia berkembang setelah Presiden AS saat itu Donald Trump membatalkan pakta nuklir pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi. Pada bulan Juni, Raisi telah mengunjungi Venezuela, Kuba, dan Nikaragua untuk menopang dukungan dengan sekutu yang juga dibebani  sanksi AS. (aljazeera)

Ayatullah Khamenei: Iran dalam Pertarungan Global Melawan Kekuatan Arogan

Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei  menyatakan negaranya menjalani perjuangan berbasis  peradaban dan berskala global melawan kekuatan arogan “pembohong” dunia yang bersembunyi di balik label liberalisme dan demokrasi.

Dalam pidato di depan para pelajar agama di Teheran,  Rabu (12/7), Ayatullah  Khamenei  mengatakan Iran sedang berkonfrontasi dengan “front kebohongan” yang mencap dirinya sebagai “demokrasi liberal”, meskipun itu bukan liberal atau demokrat.

Dia menekankan bahwa front  itu justru menentang penegakan kebebasan, pemikiran independen, dan segala bentuk demokrasi yang tidak tunduk pada arogansi global.

“Front yang berhadapan dengan bangsa Iran ini menentang penuntutan kebebasan, pemikiran bebas dan menentang demokrasi yang tidak bergantung pada arogan dunia,” ujarnya.

“Resistensi dan perjuangan bangsa Iran dan pendirian Islam terhadap front ini adalah perjuangan peradaban dan global,” tambahnya.

Ayatullah Khamenei juga mempertanyakan ketulusan negara-negara Barat yang mengaku liberal padahal memiliki rekam jejak kolonialisme.

Dia menyebutkan contoh penjajahan terhadap India selama lebih dari seratus tahun, yang mengakibatkan eksploitasi sumber dayanya dan pemiskinan rakyatnya, serta contoh pendudukan Prancis atas Aljazair yang menunjukkan bahwa Barat tidak menganut liberalisme.

Dia menyoal, “Jika Anda liberal, mengapa Anda menjajah (negara)?   Liberal macam apa Anda, pencari kebebasan macam apa Anda, pemikir bebas macam apa Anda ketika Anda menjajah jutaan negara seperti India selama bertahun-tahun – lebih dari seratus tahun – dan memtahankannya di bawah kendalimu?”

Dia menambahkan, “Atau orang Prancis di Aljazair selama lebih dari seratus tahun melakukan kekejaman dan membunuh orang; mungkin puluhan ribu orang, dalam rentang waktu beberapa tahun.”

Pemimpin Besar Iran juga meragukan dukungan kekuatan arogan Barat kepada demokrasi, dan mengatakan bahwa klaim mereka tidak tulus dan kongkret.

“Mereka bahkan bukan demokrat. Mereka berbohong saat mereka memaksakan pemerintahan (pada bangsa-bangsa) di beberapa tempat. Mereka tidak mengejar demokrasi dan mereka seratus persen menentang demokrasi yang tidak melayani mereka,” katanya.

Menyinggung perang di Ukraina, dia mengkritik kecenderungan Barat mengeksploitasi berbagai bangsa demi keuntungan Barat sendiri. Dia mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Barat sengaja memperpanjang perang di Ukraina demi kepentingan mereka sendiri dalam perdagangan senjata,.

“Rakyat Ukraina harus dibunuh karena kepentingan perusahaan Barat yang memproduksi dan menjual senjata terletak pada memperpanjang perang di Ukraina,” tegasnya.

Ayatullah Khameneni menekankan bahwa Barat sekarang lebih rentan dari sebelumnya, dan menyebut Amerika Serikat menghadapi banyak konfrontasi di dalam dan luar negeri serta melakukan kejahatan dalam berbagai bentuk, termasuk rasisme. (presstv)

Panglima IRGC: Berkonfrontasi dengan Militer Iran Sama Dengan Bunuh Diri

Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, memastikan tingginya kemampuan dan kesiapan penuh angkatan bersenjata negara ini untuk menggagalkan kemungkinan tindakan agresi oleh musuh, serta menekankan bahwa kekuatan pertahanan Iran telah mencapai titik yang tak terkalahkan.

Dikutip kantor berita Fars, Rabu (12/7), Salami menekankan bahwa kekuatan pertahanan Iran  telah berubah menjadi benteng pertahanan dan tindakan apapun untuk menghadapinya tak ubahnya dengan bunuh diri.

“Angkatan Bersenjata Iran telah berhasil menciptakan daya tangkal terhadap musuh,” ujarnya.

Panglima IRGC menambahkan bahwa struktur pertahanan Iran telah menghadapi berbagai jenis ancaman dalam beberapa dekade terakhir, dan merupakan hasil dari “pengalaman keras dan berat” dalam menghadapi semua musuh yang maju maupun yang tidak maju di era modern.

Dia menekankan bahwa kekuatan pencegah Iran tidak terbatas hanya pada rudal dan drone, dan bahwa musuh telah kecewa akibat proses pembentukan “kekuatan tanpa akhir” Iran melawan permusuhan apapun.

Salami menyebutkan bahwa “musuh kecil” Iran adalah bagian dari strategi musuh yang lebih besar  dan bertindak hanya sebagai pion di tangan mereka.

Dia menegaskan bahwa musuh menggunakan proksi melawan Teheran karena “kekurangan intrinsiknya”, dan musuh tahu betul bahwa berkonfrontasi langsung dengan Angkatan Bersenjata Iran akan menjadi “bunuh diri besar” bagi mereka. (fna)