Rangkuman Berita Utama Timteng  Jumat 7 Juni 2024

Jakarta, ICMES. Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah telah melancarkan dua operasi militer gabungan dengan kelompok pejuang Resistensi Islam Irak (IRI) terhadap kapal-kapal di pelabuhan Haifa Israel.

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah memberi tahu Tel Aviv tentang keputusan yang menempatkan Israel dalam daftar hitam negara-negara yang membunuh anak-anak di bawah umur.

Iran akan meresmikan pelabuhan antariksa terbesar di kawasan Timteng di kota pelabuhan selatan Chabahar pada awal tahun depan.

Berita selengkapnya:

Pasukan Yaman dan Pejuang Irak Lancarkan Serangan Gabungan ke Pelabuhan Haifa Israel

Angkatan Bersenjata Yaman kubu Ansarullah telah melancarkan dua operasi militer gabungan dengan kelompok pejuang Resistensi Islam Irak (IRI) terhadap kapal-kapal di pelabuhan Haifa Israel.

Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Brigjen Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi, Kamis (6/5), mengatakan,  “Yang pertama menyasar dua kapal yang membawa peralatan militer di pelabuhan Haifa, sementara yang kedua menyasar sebuah kapal yang melanggar larangan masuk ke pelabuhan tersebut.”

Dia menambahkan, “Kedua operasi tersebut dilakukan dengan sejumlah  drone , dan serangannya akurat.”

Militer Israel segera menyangkal pernyataan itu dan menyebutnya “tidak benar”.

Pasukan Yaman dan kelompok pejuang Irak yang didukung Iran dan beroperasi dengan nama Resisrensi Islam Irak secara terpisah mengumumkan telah melancarkan serangan terhadap kepentingan Israel di kawasan Timteng.

Perkembangan ini menunjukkan peningkatan koordinasi antarelemen  Poros Resistensi , yang juga mencakup Hizbullah Lebanon, dan didukung Iran.

Serangan terbaru ini terjadi sebagai tanggapan atas “pembantaian musuh Israel di Rafah” di Jalur Gaza selatan, ungkap Yahya Saree.

Pemimpin gerakan Ansarullah Sayid Abdul Malik al-Houthi mengatakan operasi gabungan pasukan Yaman dengan  IRI terhadap Israel akan meningkat.

Pasukan Yaman telah menyerang pelayaran internasional yang terkait dengan Israel di Laut Merah sejak November demi solidaritas dengan Palestina dan melawan serangan Israel di Gaza.

Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi regional seiring dengan berlanjutnya perang Israel di Gaza, yang telah menggugurkan lebih dari 36.500 orang Palestina.

Di Lebanon, kelompok pejuang Hizbullah belakangan ini menegaskan bahwa mereka “siap berperang habis-habisan” dengan Israel jika hal itu dipaksakan kepada mereka. Kelompok ini dan Israel telah saling baku tembak hampir setiap hari selama delapan bulan terakhir.

Bulan lalu, beberapa hari sebelum tentara Israel melancarkan serangan di kota Rafah yang padat penduduk, pasukan Yaman memperingatkan bahwa mereka akan menyerang kapal-kapal yang menuju pelabuhan Israel di wilayah mana pun dalam jangkauan mereka.

Serangan-serangan tersebut telah memaksa perusahaan-perusahaan pelayaran yang terkait dengan Israel mengubah rute kargo untuk perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal di sekitar Afrika Selatan.

Saree mengatakan tentara Israel harus menghadapi “operasi gabungan yang lebih spesifik” sampai “agresi brutal dan kriminalnya berhenti dan pengepungannya terhadap orang-orang  kami di Jalur Gaza dicabut”.

Saree juga mengatakan, “Angkatan Bersenjata Yaman menyerukan kepada semua tentara Arab untuk berpartisipasi dalam mendukung operasi perlawanan Palestina, menunaikan tugas keagamaan dan kemanusiaan mereka terhadap rakyat Palestina.”

Koalisi militer pimpinan AS telah mengebom sasaran-sasaran Houthi sejak Januari, namun pasukan Yaman tetap melanjutkan serangannya.

Sejak 7 Oktober, tentara Zionis Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, memaksa sekitar 1,7 juta orang meninggalkan rumah mereka dan mendorong wilayah yang terblokade itu ke ambang kelaparan. (almasirah/aljazeera)

Sekjen PBB akan Teken Pencatuman Israel dalam Daftar Hitam Negara Pembunuh Anak-Anak Kecil

Channel 13 Israel mengungkapkan bahwa Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres telah memberi tahu Tel Aviv tentang keputusan yang menempatkan Israel dalam daftar hitam negara-negara yang membunuh anak-anak di bawah umur.

Saluran tersebut menjelaskan bahwa Guterres memberi tahu seorang petinggi militer Israel bahwa dia akan menandatangani resolusi tersebut minggu depan, sementara Israel mengatakan bahwa mereka telah menerima informasi terkini mengenai masalah ini dan sedang bersiap untuk mempublikasikan resolusi tersebut.

Channel 13 menyebutkan bahwa ketakutan Israel terhadap keputusan yang menyatakan bahwa tentara Israel adalah tentara yang menyengsarakan anak-anak, akan berujung pada pengenaan sanksi oleh negara-negara di dunia, yang secara langsung akan mempengaruhi pasokan amunisi ke Israel.

Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan, “Memasukkan Israel ke dalam daftar hitam adalah langkah politik yang berbahaya dan tidak berdasar oleh Sekjen PBB, yang telah lama kehilangan arah moral.”

Lapid mengkritik pemerintahan Benjamin Netanyahu dan mengatakan bahwa mereka telah kehilangan kemampuan untuk menghentikan kemerosotan politik di Israel.

Dia menuntut apa yang disebutnya sebagai “pemerintahan yang masuk akal” yang dapat membangun kembali kedudukan internasional Israel dan memperkuatnya di luar negeri.

Channel 13 dalam laporannya sekitar seminggu yang lalu menyatakan bahwa “diskusi maraton saat ini sedang berlangsung di Israel sebagai persiapan untuk mengambil keputusan dramatis dalam beberapa hari mendatang untuk memutuskan apakah Israel akan dimasukkan dalam daftar hitam PBB negara-negara yang membunuh anak-anak.”

Daftar hitam itu akan berlaku selama empat tahun.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel  mengobarkan perang genosida di Jalur Gaza, menyebabkan hampir 120.000 warga Palestina gugur dan terluka, yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan wanita, dan sekitar 10.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak dan lansia. (raialyoum)

Iran akan Resmikan Pelabuhan Antariksa Terbesar di Timteng

Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Iran Issa Zarepour mengatakan negara republik Islam ini akan meresmikan pelabuhan antariksa terbesar di kawasan Asia Barat (Timteng) di kota pelabuhan selatan Chabahar pada awal tahun depan.

 “[Proses pembangunan] pelabuhan tahap pertama telah selesai berkat upaya yang dilakukan sepanjang waktu,” katanya di Zahedan , Kamis (6/5).

Menurutnya,  proses tersebut sejauh ini telah mencapai “kemajuan fisik sebanyak 56 persen.”

“Fasilitas tersebut akan diresmikan melalui upacara Fajar 10 Hari,” tuturnya.

Fajar yang dia maksud adalah perayaan tahunan selama 10 hari yang menandai kemenangan bersejarah Revolusi Islam di negara tersebut pada tahun 1979. Perayaan tersebut akan dimulai pada akhir Januari tahun depan.

Pelabuhan antariksa tersebut diperkirakan akan menjadi tuan rumah peluncuran pertamanya pada Maret mendatang, tambah Zarepour.

Pejabat itu mengatakan pembangunan fasilitas tersebut dimulai di bawah pemerintahan Ebrahim Raisi, mengacu pada mantan presiden Iran, yang gugur bersama rekan-rekannya dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.

Dia menyebutkan bahwa pelabuhan antariksa itu juga akan berfungsi sebagai penghormatan kepada Alm. Sayid Raisi.

Meskipun dikenai sanksi oleh negara-negara Barat sejak beberapa tahun silam, Iran justru menempuh langkah-langkah besar dalam program luar angkasa sipilnya.

Pada bulan Februari lalu, Zarepour mengatakan Iran masuk dalam 10 besar negara  dunia dalam pembuatan satelit dan wahana luar angkasa.

“Wahana luar angkasa kami dapat membawa satelit dengan berat hingga 200 kilogram dan menempatkannya di orbit,” ujarnya saat itu.

Dia juga menyebutkan bahwa Iran berencana mengirim satelit yang lebih berat ke luar angkasa dalam lima tahun ke depan, dan  bahwa Iran juga telah berhasil menempatkan satelitnya di orbit Bumi Rendah, yang berjarak 450 hingga 2.000 kilometer dari Bumi.  (presstv)