Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 31 Mei 2019

hari 2Jakarta, ICMES: Komisi Nasional Pemulangan Akbar dan Pemecahan Blokade Jalur Gaza dan faksi pejuang Jihad Islam Palestina menyerukan partisipasi dalam pawai akbar peringatan Hari Al-Quds Internasional.

Kementerian Luar Negeri Iran menyerukan kepada negara-negara Islam agar turun tangan mencegah penerapan prakarsa Amerika Serikat (AS) yang dinamai “Deal of the Century”.

Sebanyak 76 jenderal purnawiran dan mantan diplomat Amerika Serikat (AS) memperingatkan kepada presiden negara ini, Donald Trump, agar tidak mengobarkan perang terhadap Iran.

Iran dan Arab Saudi terlibat aksi saling menuntut perubahan sikap. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyatakan siap untuk segera bertolak ke Riyadh, Arab Saudi, jika pemerintah Saudi bersedia mengubah kebijakannya.

Berita selengkapnya:

Para Pejuang Palestina Serukan Peringatan Hari Al-Quds Internasional

Komisi Nasional Pemulangan Akbar dan Pemecahan Blokade Jalur Gaza menyerukan partisipasi dalam pawai akbar peringatan Hari Al-Quds Internasional, dan serta menyerukan penolakan terhadap konferensi dan lokakarya ekonomi yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS) di Manama, Bahrain, untuk mempromosikan prakarsa AS Deal of the Century.

Seperti dilaporkan al-Alam, Kamis (30’/5/2019), kelompok panitia penyelenggara unjuk rasa Great March of Return (Pawai Kepulangan Akbar) yang diselenggarakan setiap hari Jumat di Jalur Gaza itu menegaskan, “Bangsa kami berada dalam satu barisan melawan musuhnya dan segala konspirasi terhadap urusan Palestina… Tak seorangpun dapat mendiktekan kepada bangsa kami penyelesaian yang konyol, dan satu-satunya penyelesaian bagi perkara kami adalah menyingkirkan rezim pendudukan.”

Senada dengan ini, tokoh Gerakan Jihad Islam Palestina Khalid al-Batash juga menyerukan penyelenggaraan dan partisipasi dalam peringatan Hari al-Quds Internasional yang kali ini terjadi bersamaan dengan Jumat ke-60 Pawai Kepulangan Akbar dan Pemecahan Blokade.

Dia menegaskan bahwa partisipasi itu merupakan penolakan mentah-mentah terhadap prakarsa Deal of the Century yang dijajakan AS dan konferensi ekonomi di Bahrain serta merupakan keteguhan kepada al-Quds sebagai ibu kota bangsa Palestina serta kilblat pertama umat Islam maupun tempat suci umat Kristen.

Al-Batash menambahkan bahwa kelanjutan Pawai Kepulangan Akbar dan Hari al-Quds Internasional merupakan tamparan bangsa Palestina dan umat Islam kepada semua pengusung agenda penuntasan perkara Palestina secara sewenang-wenang serta pertanda persatuan umat Islam di depan pendudukan kaum Zionis dan arogansi AS di Timur Tengah. (alalam)

Iran Minta Negara-Negara Islam Gagalkan Prakarsa AS Untuk Penyelesaian Perkara Palestina

Kementerian Luar Negeri Iran menyerukan kepada negara-negara Islam agar turun tangan mencegah penerapan prakarsa Amerika Serikat (AS) yang dinamai “Deal of the Century” dan ditujukan untuk menuntaskan perkara Palestina tanpa mengindahkan prinsip keadilan.

Dalam statamennya yang dirilis Kamis (30/5/2019), Kementerian Luar Negeri Iran mengingatkan bahwa Rezim Zionis Israel sejak 70 tahun silam sampai sekarang terus bertindak sewenang-wenang terhadap bangsa Palestina dan bangsa-bangsa Arab lain di sekitarnya, melakukan pendudukan secara sistematis atas tanah Palestina, melakukan Judaisasi al-Quds dan pemusnahan identitas sejarah dan kebudayaan kota ini, mengembangkan permukiman Zionis di Tepi Barat hingga mengusir penduduk non-Yahudi, membatasi akses orang-orang Palestina ke tempat-tempat suci al-Quds (Yerussalem), menyita properti orang-orang Palestina dan menghancurkan ladang-ladang pertanian mereka, dan melakukan berbagai tekanan kemanusiaan secara masif terhadap penduduk Gaza, termasuk dengan mencegah mereka dari pemenuhan kebutuhan pangan dan kesehatan.

Kementerian Luar Negeri Iran menambahkan bahwa kondisi Palestina dan kawasan sekitarnya sekarang semakin menuntut berbagai bangsa dan negara Muslim untuk bersatu dan kompak melawan Rezim Zionis, melindungi Masjid al-Aqsa, mematahkan segala upaya kaum Zionis untuk memecah belah umat Islam dan membuat umat ini melupakan isu Palestina yang notabene persoalan substansial Dunia Islam, dan dalam rangka ini pula, umat Islam harus berusaha melawan dan mematahkan segala “prakarsa beracun” semisal Deal of the Century dan penyelenggaraan konferensi yang bersifat menipu seperti yang diadakan di Bahrain.

Iran mengingatkan bahwa jika prakarsa-prakarsa demikian dijalankan maka akan sangat merugikan Palestina dan menjadi keuntungan besar bagi rezim ilegal yang merampas dan menduduki Palestina.

Iran menegaskan bahwa perdamaian dan stabilitas tidak mungkin diwujudkan di Timteng kecuali dengan pengindahan semua hak bangsa tertindas Palestina melalui pemulangan para pengungsi Palestina ke kampung halaman mereka dan penyelenggaraan referendum yang melibatkan semua penduduk pribumi Palestina.

Statemen Kementerian Luar Negeri Iran memuji keteguhan bangsa Palestina dalam memperjuangkan hak-haknya, dan menyerukan kepada mereka dan seluruh umat Islam serta kaum merdeka dunia untuk berpartisipasi dalam peringatan Hari al-Quds Internasional yang jatuh pada setiap hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan. (alalam)

Petisi Puluhan Jenderal Purnawirawan AS: Jangan Coba Berperang Dengan Iran

Sebanyak 76 jenderal purnawiran dan mantan diplomat Amerika Serikat (AS) memperingatkan kepada presiden negara ini, Donald Trump, agar tidak mengobarkan perang terhadap Iran.

Seperti dikutip Rai al-Youm dari RT, Kamis (31/5/2019), laman berita Common Dreams menyebutkan bahwa melalui sebuah petisi puluhan orang itu menyebutkan resiko tak terkendalinya segala sesuatu dengan cepat jika terjadi perang antara AS dan Iran.

Mereka meneken sebuah petisi yang ditujukan Gedung Putih dan berisi desakan kepada Trump untuk menghindari perang karena beberapa faktor strategis.

“Perang terhadap Iran, baik dengan keputusan Trump atau akibat salah perhitungan, akan menimbulkan berbagai dampak buruk bagi kawasan Timur Tengah yang mengalami instabilitas… Dampak kemanusiaan, finansial, dan geopolitik perang itu akan besar,” bunyi petisi itu.

Petisi yang juga dimuat di laman War on the Rock itu disusul dengan keputusan pengiriman pasukan tambahan AS ke Timur Tengah dengan dalih demi melindungi pasukan AS lain yang ada di sana.

Petisi itu mengingatkan bahwa eskalasi yang terjadi sekarang antara AS dan Iran berpotensi keluar dari kendali lalu menyebabkan perang yang bisa jadi tak dikehendaki oleh Washington sendiri maupun Teheran.

Majalah AS The National Interest dalam sebuah laporannya menyatakan bahwa AS tidak seharusnya terjebak pada kesalahan menyulut “Perang Teluk III”, sembari menyebutkan bahwa meskipun Iran merupakan ancaman, tapi bukan pada tingkat yang mengharuskan pecahnya perang yang biayanya akan sangat mahal.

Menurut majalah ini, perang dengan Iran tidaklah urgen dan malah dapat mencelakakan interes AS.

“Meskipun Iran tergolong musuh Washington, tapi bukanlah ancaman segera bagi AS sebagaimana yang dibayangkan oleh kubu elang dalam pemerintahan AS… Perang dengan Iran tidak akan bermakna, dan malah bertolak belakang dengan interes AS dan apa yang dinginkan oleh orang-orang AS,” tulis The National Interest.

Majalah ini juga menyebutkan bahwa sebesar apapun ancaman Iran sejauh ini masih berada di ranking keempat setelah Korea Utara, Cina, dan Rusia yang semuanya sama-sama memiliki senjata nuklir. (railayoum)

Iran Dan Saudi Saling Tuntut Perubahan Sikap

Iran dan Arab Saudi terlibat aksi saling menuntut perubahan sikap. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyatakan siap untuk segera bertolak ke Riyadh, Arab Saudi, jika pemerintah Saudi bersedia mengubah kebijakannya.

“Kami terbuka untuk negara-negara Teluk Persia, tapi sayang, dua atau tiga di antaranya memilih jalan lain, jalan yang berbahaya bagi mereka sendiri sebelum bagi semua (negara lain),” ujarnya dalam wawancara khusus dengan saluran TV al-Alam milik Iran, Kamis (30/5/2019).

Dia menambahkan, “Seandainya pemerintah Saudi berkenan mengubah sikapnya maka saya dapat pergi ke Riyadh, besok.”

Dia juga mengatakan bahwa dia mengadakan safari ke negara-negara regional dan lain-lain dengan membawa pesan mengenai keharusan Amerika Serikat menghentikan tindakannya melanggar undang-undang internasional dan menebar ancaman perang secara ilegal terhadap bangsa Iran.

Di pihak lain, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan negaranya bukan menghendaki pecahnya perang di kawasan Teluk Persia, melainkan “berusaha melindungi wilayah, rakyat, dan kepentingannya dengan cara-cara yang relefan.”

Kepada surat kabar Asharq al-Awsat yang bermarkas di London, Kamis, dia mengimbau Iran menghentikan kebijakan politiknya selama ini di kawasan “jika memang ingin menjadi bagian dari masyarakat internasional.”

Mengenai tiga Konferensi Tingkat Tingkat (KTT) yang diadakan di Mekkah al-Mukarromah pada Kamis dan Jumat (30-31/5/2019) al-Jubeir mengatakan bahwa KTT luar biasa Dewan Kerjasama Teluk (GCC) dan Liga Arab bertujuan menyayangkan perkembangan situasi regional terkini dan mengecam kebijakan Iran menyusul perkembangan ini, sedangkan KTT Organisasi Kerjasama Islam “adalah KTT biasa di mana penyerahaan jabatan ketua dari Turki kepada negara ketua berikutnya yang diwakili oleh Saudi akan dilaksanakan.” (alalam/raialyoum)