Jakarta, ICMES. Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon mengumumkan bahwa dalam serangan terbaru, pihaknya telah menggempur markas besar tentara dan pemukiman Goron dan Shlomi di Israel utara, sementara tentara Israel terus membom beberapa kota di Lebanon selatan.
Tentara Israel mengumumkan pihaknya telah membunuh 200 orangPalestina di kawasan Kompleks RS Al-Shifa di sebelah barat kota Gaza sejak mereka menyerbunya lebih dari seminggu yang lalu.
Iran mendesak negara- negara dunia dan badan-badan internasional agar menunaikan tanggung jawab kemanusiaan mereka di hadapan sejarah setelah seorang pakar PBB mengakui bahwa serangan Israel terhadap Gaza tak ubahnya dengan genosida.
Berita selengkapnya:
Makin Sengit, Pertempuran Antara Hizbullah dan Israel di Perbatasan
Kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon mengumumkan bahwa dalam serangan terbaru, pihaknya telah menggempur markas besar tentara dan pemukiman Goron dan Shlomi di Israel utara, sementara tentara Israel terus membom beberapa kota di Lebanon selatan.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis (28/3), Hizbullah mengaku telah “membom pemukiman Gorn dan Shlomi dengan rudal dan artileri, sebagai balasan atas serangan musuh, Israel,terhadap desa-desa selatan dan rumah-rumah warga sipil, terutama pembantaian Naqoura dan serangan terhadap kota Teir Harfa dan tim medis di sana.”
Pada Rabu malam, sembilan orang gugur dalam pemboman Israel di Lebanon selatan, sehingga jumlah korban jiwa menjadi 16 orang pada tempo 24 jam dan dalam gelombang eskalasi Israel yang tersengit terhadap Lebanon sejak konfrontasi perbatasan dimulai Oktober lalu.
Dalam pernyataan selanjutnya, Hizbullah menyatakan para pejuangnya “menyerang markas besar Batalyon Liman yang baru (di Israel utara) dengan peluru artileri.”
Kantor berita resmi Lebanon, NNA, melaporkan bahwa tentara Israel menyerang pinggiran kota Al-Dhahra, Zibqin, Alma Al-Shaab, Naqoura, Majdal Zoun, Tayr Harfa, dan Wadi Hamoul, dengan sejumlah peluru artileri.
Menurut NNA, pesawat-pesawat pengintai Israel terus terbang di atas desa-desa perbatasan yang berdekatan dengan Garis Bir, yang memisahkan Lebanon dan Israel.
Ali Fayyad, anggota Parlemen Lebanon dari Hizbullah, bersumpah bahwa pihaknya akan menghadapi eskalasi Israel dengan “tanggapan yang lebih keras.”
“Eskalasi yang dilakukan musuh, Israel, selama berhari-hari di front selatan merupakan ekspresi kebuntuan yang membuat Israel goyah di tingkat politik dan militer di Gaza serta di front utara (Lebanon),” ungkapnya.
Dia memperingatkan, “Jika musuh mempertimbangkan pilihan untuk melakukan eskalasi, mereka harus membuat perhitungan dengan baik, karena kerugiannya akan meningkat dan masalah di wilayah utara akan semakin buruk, dan pada akhirnya kesulitannya akan menjadi lebih rumit.”
Fayyad menambahkan, “Perimbangannya jelas dan sederhana; perlawanan akan semakin meningkat, dan tanggapannya akan menjadi lebih keras dalam kuantitas, kualitas, kedalaman, dan tujuan.”
Fayyad menilai bahwa “Israel beralih ke opsi eskalasi militer sebagai alternatif perang terbuka, dan inilah yang ditunjukkan oleh indikator-indikator dalam beberapa hari terakhir.”
“Eskalasi, menurut praktik Israel, berarti menyerang kedalaman wilayah, seperti yang terjadi di provinsi Bekaa Barat dan kota Baalbek (Libanon timur), atau menyerang pusat kesehatan dan layanan sipil, seperti yang terjadi di kota Al-Adissa dan Al-Habbariyeh,” pungkasnya. (raialyoum)
Israel Mengaku Eksekusi 200 Orang di RS Al-Shifa, Para Pejuang Palesina Terus Bertempur di Sana
Tentara Israel mengumumkan pihaknya telah membunuh 200 orangPalestina di kawasan Kompleks RS Al-Shifa di sebelah barat kota Gaza sejak mereka menyerbunya lebih dari seminggu yang lalu.
Dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Kamis (28/3), tentara Israel menyatakan pihaknya dan Badan Keamanan Umum (Shin Bet) “terus berperang di Rumah Sakit Al-Shifa,” seperti yang dikatakannya.
Mereka mengatakan: “Kelompok tempur dari Brigade 401, Brigade Nahal dan pasukan Unit Komando Marinir ke-13 di bawah komando Divisi 162 bertempur di daerah tersebut.”
Mereka mengklaim bahwa “sejauh ini, sekitar 200 teroris telah berhasil dibasmi di area rumah sakit.”
Mereka juga mengklaim bahwa “selama aktivitas tersebut, pasukan memindahkan para pengungsi, pasien dan staf medis ke kompleks medis alternatif yang telah dilengkapi dan didirikan oleh tentara untuk memungkinkan penyediaan perawatan medis yang sesuai.”
Tentara Zionis Israel kembali menyerbu Kompleks RS Shifa di Gaza pada tanggal 18 Maret, dan serangan mereka masih berlanjut.
Ini adalah kedua kalinya pasukan Israel menyerbu rumah sakit tersebut sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023. Mereka menyerbu rumah sakit tersebut pada 16 November, setelah mengepungnya selama seminggu, di mana halaman, sebagian bangunan, dan rumah sakit tersebut terblokir, peralatan medis, dan generator listrik hancur.
Pasukan Israel dan pejuang Palestina dilaporkan terlibat konfrontasi di sekitar RS Al-Shifa di Gaza pada hari Kamis. Sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Brigade Al-Qassam, dan sayap militer Jihad Islam, Brigade Al-Aqsa, mengaku menyerang pasukan dan tank Israel dengan roket dan mortir.
Dalam sebuah pernyataan, keduanya menyebutkan; “Kami membombardir dengan rentetan mortir terhadap kerumunan tentara musuh di sekitar kompleks Shifa” dalam operasi gabungan.
Brigade Al-Aqsa dalam pernyataan lain menyatakan pihaknya telah menyerang tank Israel dengan rudal anti-tank di luar rumah sakit. Tentara Israel mengatakan orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah pasukannya dari dalam dan luar gedung darurat.
Israel mengatakan pihaknya menyerang para pejuang Hamas yang menggunakan bangunan sipil, termasuk bangunan tempat tinggal dan rumah sakit, untuk berlindung. Hamas membantah klaim tersebut.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengatakan pada hari Kamis bahwa setidaknya 32.552 orang Palestina gugur dan 74.980 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Ribuan orang yang gugur diyakini masih terkubur di bawah reruntuhan dan lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan banyak di antara mereka terancam kelaparan. (railayoum)
Iran Desak Tindakan Internasional Setelah Pakar PBB Konfirmasi “Genosida” Israel di Gaza
Iran mendesak negara- negara dunia dan badan-badan internasional agar menunaikan tanggung jawab kemanusiaan mereka di hadapan sejarah setelah seorang pakar PBB mengakui bahwa serangan Israel terhadap Gaza tak ubahnya dengan genosida.
“Kejahatan genosida rezim Zionis terhadap warga Palestina kini telah dikonfirmasi dan ditetapkan dengan jelas oleh pelapor khusus PBB,” tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani di platform X pada Kamis (28/3).
Dalam laporan berjudul “Anatomi Genosida” kepada Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, Selasa, Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan Francesca Albanese meminta negara-negara dunia segera menjatuhkan sanksi dan embargo senjata terhadap Israel.
“Pemerintah nasional serta asosiasi dan lembaga politik dan hukum internasional kini menghadapi penilaian tidak hanya berdasarkan opini publik dunia tetapi juga sejarah. Akankah mereka memenuhi tanggung jawab kemanusiaan, hukum, dan sejarah mereka?” tulis Kanaani.
Konvensi Genosida tahun 1948 mendefinisikan genosida sebagai “tindakan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, suatu kelompok bangsa, etnis, ras atau agama”.
Sembari menyebutkan pembunuhan lebih dari 30.000 warga Palestina oleh Israel di antara berbagai tindakan lainnya, Albanese mengatakan, “Saya menemukan bahwa ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa ambang batas yang mengindikasikan dilakukannya kejahatan genosida terhadap warga Palestina sebagai sebuah kelompok di Gaza telah terpenuhi.”
Dia menambahkan, “Saya memohon negara-negara anggota untuk mematuhi kewajiban mereka, yang dimulai dengan menerapkan embargo senjata dan sanksi terhadap Israel dan memastikan bahwa di masa depan tidak terulang kembali.”
Pernyataan Francesca Albanese tak pelak membangkitkan riuh tepuk tangan.
Albanese, seorang pengacara asal Italia, adalah salah satu di antara puluhan pakar hak asasi manusia independen yang diberi mandat oleh PBB untuk melaporkan dan memberikan rekomendasi mengenai tema dan krisis tertentu.
Saat dia berpidato di badan tertinggi hak asasi manusia PBB, kursi AS tampak kosong. Washington sebelumnya menuduh dewan tersebut memiliki bias anti-Israel yang kronis. (presstv)