Jakarta, ICMES. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan mengucapkan selamat kepada Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian atas tibanya bulan suci Ramadhan melalui panggilan telefon.

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syeikh Naim Qassem, menyatakan bahwa kawasan Timur Tengah mulai bergerak menyalahi arah yang dicanangkan selama ini oleh Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel.
Angkatan Bersenjata Yaman menggelar latihan perang untuk menandai peringatan sembilan tahun agresi Arab Saudi dan sekutunya terhadap Yaman. Kementerian Pertahanan Yaman memperingatkan koalisi pimpinan Saudi akan beberapa dampak yang fatal jika agresi berlanjut.
Berita Selengkapnya:
Sambut Bulan Suci, Menlu Saudi dan Menlu Iran Saling Mengucapkan Selamat
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan mengucapkan selamat kepada Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian atas tibanya bulan suci Ramadhan melalui panggilan telefon.
Dilansir Al-Alam, Kamis (23/3), kedua belah pihak saling mengucapkan selamat, dan bersepakat untuk segera mengadakan pertemuan bilateral untuk membuka jalan bagi pembukaan kembali kedutaan dan konsulat antara kedua negara.
Faisal memuji apa yang dicapai oleh kedua negara dalam pertemuan Beijing, dan meyakinkan Amir Abdollahian ihwal pertemuan mendatang antara kedua menteri ini, dan pembukaan kembali kedua kedutaan besar.
Di pihak lain, Amir Abdollahian membalas ucapan selamat dan turut memuji normalisasi hubungan diplomatik Teheran-Riyadh, serta menegaskan kesiapan Iran memperkuat dan memperkuat hubungan dengan Saudi.
Pada Ahad malam lalu, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, “Kami akan bertemu dalam waktu dekat dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, dan sejauh ini, kami telah bersepakat bahwa tim teknis akan memeriksa kedutaan dan konsulat kedua negara, dengan cara yang memungkinkan kami mempersiapkan pembukaan kembali kedua kedutaan.â€
Seperti diketahui, Arab Saudi dan Iran telah bersepakat untuk memulihkan hubungan bilateral, dan membuka kembali kedua kedutaan dan misi diplomatik dalam jangka waktu maksimal dua bulan, setelah tujuh tahun terputus. Kesepakatan itu dicapai dengan mediasi Presiden China di Bejing.
Raja Salman bin Abdulaziz dari Saudi mengirim pesan kepada Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi berisi pernyataan sambutan baik atas kesepakatan normalisasi hubungan. Selain itu, Raja Salman dalam surat itu juga mengundang Presiden Raisi untuk melakukan kunjungan resmi ke Riyadh dan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan regional.
Tanggapi Pernyataan GCC
Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani, Kamis, menyambut baik pernyataan Dewan Kerjasama Teluk Persia (GCC) yang mendukung kesepakatan pemulihan hubungan Iran-Saudi.
Kanaani mengungkapkan harapannya bahwa kesepakatan antara Iran dan Saudi akan memainkan peran yang efektif dalam meningkatkan stabilitas, perdamaian dan pembangunan regional dan mempromosikan pendekatan berbasis dialog di wilayah Teluk Persia.
Dia juga kembali mengapresiasi upaya efektif China, Irak, dan Oman yang telah menjadi tuan rumah pembicaraan mengenai normalisasi hubungan Teheran-Riyadh. Dia mengatakan bahwa dukungan negara-negara kawasan untuk kesepakatan itu menunjukkan keinginan mereka untuk mempromosikan prakarsa diplomatik di kawasan.
Sehari sebelumnya, Dewan Menteri GCC dalam pernyataan pada akhir sesi ke-155 memuji kesepakatan antara Teheran dan Riyadh tersebut dan menilainya akan menandai langkah positif dalam penyelesaian perbedaan dan mengakhiri konflik regional melalui dialog dan diplomasi.
Menepis klaim GCC mengenai program nuklir Iran, Kanaani mengatakan, “Iran yang Islami mengetahui tanggung jawab dan kewajiban internasionalnya dan berkomitmen pada perjanjian, karena berurusan dengan pihak terkait dalam kerangka teknis dan politik yang terkait dengan program ini.â€
Dia menambahkan, “Iran menganggap kerjasama dengan negara-negara tetangga sebagai cara terbaik untuk menyelesaikan masalah regional berdasarkan sudut pandang strategis dan kebijakan berprinsipnya, serta menyambut inisiatif positif yang ditujukan untuk mengembangkan hubungan berdasarkan hubungan bertetangga yang baik dan perjanjian internasional.”
Dia juga membantah klaim keterlibatan Iran dalam masalah Yaman, dan menekankan perlunya melihat masalah ini secara realistis untuk mencapai solusi politik guna mengakhiri krisis Yaman. (alalam)
Wasekjen Hizbullah: Kawasan Timteng Mulai Bergerak Melawan Arah AS-Israel
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syeikh Naim Qassem, menyatakan bahwa kawasan Timur Tengah mulai bergerak menyalahi arah yang dicanangkan selama ini oleh Amerika Serikat (AS) dan Rezim Zionis Israel.
“Kawasan ini mulai bergerak melawan arah Amerika-Israel, karena perjanjian Iran-Saudi mengandaskan proyek untuk menjadikan Iran sebagai musuh alternatif bagi entitas pendudukan (Israel),†ungkapnya alam sebuah pernyataan di media sosial, seperti dikutip situs berita Al-Alam, Kamis (23/2).
Dia juga mengatakan, “Upaya menata hubungan dengan Suriah oleh Uni Emirat Arab, Turki, Arab Saudi, dan negara-negara lain mengandung kebaikan untuk semua negara ini.”
Syeikh Naim Qassem kemudian menyoal, “Kapan Lebanon akan mengambil kesempatan untuk memberontak melawan tekanan Amerika-Eropa, dan membawa listrik 24/24 melalui China dalam sistem BOT? Dan kapan Lebanon akan berkoordinasi secara berani dengan Suriah untuk kembalinya pengungsi ke negara mereka?â€
Dia mengingatkan, “Barat telah andil pada keruntuhan negara kita melalui sanksi dan memaksakan pengungsian, dan tak tersisa apa yang telah hilang dari kita. Jadi, setiap sikap patriotik yang berani akan membalikkan arah.â€
Dia menambahkan, “Keberanian kita telah teruji dengan pendirian kubu resistensi dan rakyatnya, kita telah mengembalikan perbatasan maritim kita serta minyak dan gas kita, maka marilah kita bersiap berbalik arah dalam merevisi pandangan kita sebagai orang Lebanon dalam pendekatan atas isu-isu kita, supaya kita keluar dari kontinyitas persaingan di ruang media.†(alalam)
Peringati 8 Tahun Perang Melawan Saudi, Tentara Yaman Gelar Latihan Militer
Angkatan Bersenjata Yaman menggelar latihan perang untuk menandai peringatan sembilan tahun agresi Arab Saudi dan sekutunya terhadap Yaman. Kementerian Pertahanan Yaman memperingatkan koalisi pimpinan Saudi akan beberapa dampak yang fatal jika agresi berlanjut.
Latihan militer bersandi “Teguh Melawan Agresi” itu mensimulasikan serangan terhadap sasaran-sasaran di berbagai medan, termasuk daerah pegunungan, gurun, dan hutan.
Semua unit militer dari pasukan infanteri, unit-unit lulusan pendidikan militer, dan pasukan pendukung tempur dari berbagai spesialisasi termasuk teknik, pertahanan udara, pasukan rudal, dan layanan dukungan tempur berpartisipasi dalam manuver tersebut.
Menteri Pertahanan Mayjen Muhammad Nasser al-Atifi dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Yaman Mayjen Muhammad Abdul-Karim al-Ghamari dalam sebuah pernyataan bersama menegaskan, “Kedaulatan tanah air dan kekayaan kami adalah hak sah yang tidak dapat ditawar, dan kami akan mengorbankan segalanya untuk mempertahankannya.â€
Mereka juga mengingatkan, “Bangsa kami tidak akan menerima kehadiran penjajah asing di bagian geografi mana pun, di darat atau di laut. Koalisi agresor dan sponsornya harus menganggap serius peringatan kami.”
Latihan dan peringatan dilakukan saat koalisi pimpinan Saudi melanjutkan serangan terhadap warga sipil Yaman, termasuk wanita dan anak-anak.
Perang telah merenggut nyawa ratusan ribu orang di Yaman. Kementerian Hak Asasi Manusia Yaman dan Dewan Tinggi Ibu dan Anak Rabu lalu mengumumkan bahwa hampir 1,5 juta warga sipil tewas secara tidak langsung akibat penggunaan senjata terlarang, penyebaran penyakit, dan blokade pasukan koalisi pimpian Saudi terhadap Yaman.
Kedua lembaga itu juga menyebutkan, “Agresi dan blokade selama delapan tahun menyebabkan tingkat kemiskinan naik menjadi 95 persen dan tingkat pengangguran lebih dari 65 persen.â€
Arab Saudi dan sekutunya melancarkan invasi militer di Yaman sejak Maret 2015 dengan dukungan senjata dan logistik dari negara-negara sekutu Barat mereka, hingga menyebabkan ratusan ribu orang Yaman tewas.
Perang juga telah menelantarkan jutaan orang, membuat mereka kehilangan tempat tinggal, menghancurkan infrastruktur negara dan menimbulkan bencana kemanusiaan terburuk di zaman kontemporer.
Gencatan senjata terbaru, yang dimulai pada April 2022, telah menghidupkan kembali harapan akan perdamaian, tapi koalisi pimpinan Saudi melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata. (presstv)