Jakarta, ICMES. Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi telah tiba di Teheran dari New York, AS, di mana dia telah berpartisipasi dalam sidang ke-78 Majelis Umum PBB, sembari membawa pulang ribuan artefak peninggalan sejarah Kekaisaran Achaemenid.

Gerakan perlawanan rakyat Yaman, Ansarullah, menggelar parade militer secara besar-besaran antara dengan memperlihatkan rudal balistik dan drone bersenjata di Sanaa, ibu kota Yaman.
Presiden Suriah Bashar Al-Assad telah tiba di China untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi mengenai perluasan hubungan politik dan ekonomi antara kedua negara.
Berita Selengkapnya:
Pulang dari AS, Presiden Raisi Bawa Pulang Ribuan Keping Artefak Sejarah Iran
Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi telah tiba di Teheran dari New York, AS, di mana dia telah berpartisipasi dalam sidang ke-78 Majelis Umum PBB, sembari membawa pulang ribuan artefak peninggalan sejarah Kekaisaran Achaemenid.
Dia mengatakan, “Partisipasi dalam pertemuan PBB adalah kesempatan untuk berkomunikasi dan menjelaskan pendirian. Kali ini, suara rakyat Iran lebih lantang dan ekspresif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kami menjelaskan sikap Republik Islam Iran dalam rangka menjamin kepentingan dan nilai-nilai selama kunjungan saya ke New York, dan kami telah mengadakan 20 pertemuan dengan para elit dan politisi selama kunjungan ini.”
Dia menyebutkan bahwa dasar kebijakan Iran adalah kerja sama dengan semua negara.
“Dalam pertemuan dengan para elit dan media, kami merasa bahwa gambaran yang mereka berikan tentang Iran tidak didasarkan pada kebenaran. Media dan para pejabat hendaklah menyajikan kepada mereka gambaran sebenarnya mengenai negara ini sehingga mereka tidak membuat kesalahan dalam perhitungan mereka. Media harus menunjukkan gambaran sebenarnya tentang Iran,” tuturnya.
Presiden Raisi menambahkan, “Kami menganggap bahwa keputusan salah yang diambil oleh Barat terhadap negara kami disebabkan oleh kesalahan perhitungan mereka dalam gambaran yang mereka terima dari kami.”
Dia juga mengatakan, “Kami mengumumkan kesiapan Republik Islam untuk bekerja dengan berbagai negara dunia dan organisasi internasional. Kami mengadakan 20 pertemuan dan dalam pertemuan tersebut kami mencoba menjelaskan pendirian Iran. Pertemuan kami berfokus pada hubungan perdagangan dan ekonomi serta rencana masa depan Republik Islam Iran untuk hubungan ini.”
Mengenai pengembalian warisan budaya dan sejarah Iran dari AS, Sayid Raisi mengatakan: “3.506 artefak warisan berharga bangsa Iran, yang semula disita oleh AS, dikembalikan ke negara itu setelah 85 tahun. Artefak itu berlokasi di American Institute of Oriental Studies di Chicago, AS, selama 85 tahun. Para ilmuwan yang memeriksa artefak itu selama lebih dari 10 tahun adalah orang Iran, dan kami mengembalikannya ke Iran, dan artefak-artefak lainnya akan dikembalikan dalam waktu dekat.” (alalam)
Peringatkan Pasukan Asing, Ansarullah Yaman Gelar Parade Rudal dan Drone
Gerakan perlawanan rakyat Yaman, Ansarullah, menggelar parade militer secara besar-besaran antara dengan memperlihatkan rudal balistik dan drone bersenjata di Sanaa, ibu kota Yaman, Kamis (21/9).
Mobil lapis baja, rudal dan ribuan prajurit berseragam berparade di hadapan para pejabat pemerintah untuk unjuk kekuatan, sementara satu unit jet militer terbang rendah di atas kepala.
Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Mahdi al-Mashat, dan para pejabat lainnya menyaksikan puluhan truk besar yang membawa rudal jelajah dan drone bersenjata jarak jauh lewat.
Ribuan tentara berbaris di bawah terik matahari sementara para pejabat melambaikan tangan dari podium.
Dalam parade itu, Menteri Pertahanan Mohammed al-Atifi menegaskan, “Kami mengulangi peringatan kami kepada pasukan asing bahwa kami tidak akan menerima kehadiran mereka di wilayah kami, mereka harus pergi atau mereka akan menghadapi gelombang kemarahan Yaman.”
Veteran dan tentara korban catat perang turut berpartisipasi dalam parade dengan menggunakan kursi roda dan tongkat, berjalan melewati poster raksasa Pemimpin Ansarullah Sayid Abdul Malik Badruddin Al-Houthi.
Kendaraan lapis baja dan speedboat dipajang dengan tanda bertuliskan: “Mampus Amerika, mampus Israel!”
Dalam sebuah pernyataan, Ansarullah menyuarakan kesiapannya untuk berperang demi membela tanah air.
“Rakyat kami percaya bahwa perdamaian hanya akan tercapai dengan menerapkan upaya pencegahan militer yang memaksa musuh untuk tunduk pada semua tuntutan yang sah dan adil,” bunyi pernyataan itu.
“Kami akan melipatgandakan tingkat kesiapan tempur kami selama beberapa minggu dan bulan ke depan sebagai bagian dari respons praktis dan bertanggung jawab untuk menghadapi perkembangan apa pun dengan tegas,”lanjutnya.
Ansarullah juga menyatakan, “Kami siap berperang membela tanah air dan rakyat jika pihak agresor tidak memenuhi persyaratan perdamaian yang terhormat.”
Parade militer itu digelar menyusul perundingan yang dimediasi Oman antara delegasi Ansarullah dan pemerintah Arab Saudi di Riyadh.
Ansarullah mengaku optimis terkait dengan perundingan sebelumnya di Arab Saudi mengenai potensi diakhirinya perang yang dikobarkan Saudi dan negara-negara sekutunya terhadap Yaman sejak tahun 2015.
Delegasi Yaman kini telah kembali ke Sanaa untuk berkonsultasi dengan para pemimpin Dewan Tinggi Politik Yaman. Menurut al-Mashat, delegasi Yaman masih akan berkunjung lagi ke Riyadh untuk “menyelesaikan” pembicaraan dengan pihak Saudi. (presstv)
Presiden Suriah Berkunjung ke China, Pertama Kali dalam Dua Dekade Terakhir
Presiden Suriah Bashar Al-Assad telah tiba di China untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi mengenai perluasan hubungan politik dan ekonomi antara kedua negara.
Kunjungan ini menjadi perjalanan resmi pertama Al-Assad ke negara Asia Timur tersebut dalam hampir dua dekade.
Dia tiba di kota Hangzhou di bagian timur China, Kamis (21/9), dan di sana dia dijadwalkan menghadiri upacara pembukaan Asian Games bersama sejumlah pejabat asing lain pada akhir pekan.
Al-Assad juga akan memimpin delegasi untuk serangkaian pertemuan di beberapa kota di China, termasuk pertemuan puncak dengan Presiden Xi Jinping.
Kunjungan terbaru ini dilakukan Al-Assad di tengah upaya berbagai negara untuk meningkatkan hubungan dengan Suriah, yang masih belum lepas dari masalah pemberontakan dan terorisme yang didukung asing sejak tahun 2011.
Para pengamat memandang China dapat memainkan peran penting dalam rekonstruksi Suriah di masa depan, yang diperkirakan akan menelan biaya puluhan miliar dolar.
Tahun lalu, Suriah bergabung dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok, sebuah mega proyek di mana Beijing telah memperluas pengaruhnya di kawasan berkembang melalui proyek infrastruktur.
Hal ini terjadi ketika Damaskus mengaku tidak berminat pada dukungan Barat untuk rekonstruksi, mengingat peran Barat selama ini dalam perang dan karena bantuan mereka akan dikaitkan dengan tuntutan politik yang tidak dapat diterima.
Presiden Suriah menghadapi sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat, Eropa, Australia, Kanada, dan Swiss, namun upaya untuk menerapkan sanksi multilateral terhadap pemerintahannya gagal mendapatkan dukungan bulat di Dewan Keamanan PBB, yang juga beranggotakan China dan Rusia.
Kunjungan terakhir Al-Assad ke China terjadi pada tahun 2004. (presstv)