Jakarta, ICMES. Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Obeida, mengancam Israel dengan risiko “menyakitkan dan kejam” dan membayar harga mahal atas kejahatannya terhadap Masjid Al-Aqsa dan bangsaPalestina.

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, mengumumkan pihaknya telah menembak jatuh rudal dan drone yang melesat dari Yaman, namun tidak dapat memastikan tujuan atau target senjata tersebut.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri mengatakan negara-negara regional Timur Tengah harus mencegah pengiriman senjata dan peralatan militer dari pangkalan Amerika Serikat (AS) di kawasan ini ke wilayah Palestina pendudukan (Israel).
Berita selengkapnya:
Abu Obeida: Kubu Resistensi Solid di Lapangan, Israel Alami Kondisi Terburuk
Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Obeida, mengancam Israel dengan risiko “menyakitkan dan kejam” dan membayar harga mahal atas kejahatannya terhadap Masjid Al-Aqsa dan bangsaPalestina.
Melalui rekaman suara, Kamis (19/10), Abu Obeida menegaskan bahwa dunia masih menyaksikan kejahatan Zionis yang membunuh anak-anak dan warga sipil serta membom rumah-rumah penduduk, dan karena itu dia menyerukan perluasan Operasi Badai Al-Aqsa ke setiap jengkal tanah mana tentara dan warga Zionis bersenjata berada.
Dia menyatakan bahwa para pejuang resistensi masih mengendalikan keadaan di lapangan dan mengerti kapan harus menyerang.
Juru bicara militer Brigade Al-Qassam meminta masyarakat di mana pun untuk mempertahankan kehormatan dan martabat mereka, dan menyebutkan bahwa Israel saat ini berada dalam kondisi terburuk dalam 75 tahun.
Dia juga menyerukan mobilisasi masyarakat untuk bergerak menuju perbatasan Palestina pendudukan, serta mengandaskan proyek Zionis yang sedang goyah.
Abu Obeida meyakinkan rakyat Palestina dan seluruh bangsa bahwa para pejuang resistensi di Gaza baik-baik saja dan siap melakukan pertempuran panjang melawan kaum penjajah.
Sementara itu, faksi-faksi resistensi Palestina menyerukan demonstrasi akbar pada hari Jumat, sebagai penolakan terhadap agresi Israel di Jalur Gaza, dan sebagai dukungan untuk kemenangan bagi Al-Quds dan Al-Aqsa.
Kubu resistensi Palestina terus menargetkan pemukiman dan situs militer milik pendudukan Israel, sebagai bagian perjuangannya yang sedang berlangsung dengan sandi Badai Al-Aqsa.
Sementara itu, lebih dari 40 warga Palestina gugur syahid pada hari ke-13 kampanye pemboman yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
Mengutip para saksi dan sumber medis, kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa pada hari Kamis lebih dari 30 orang juga gugur dalam serangan udara Israel di kota Rafah, selatan Gaza.
Sembilan warga Palestina lainnya, termasuk tujuh anak-anak, kehilangan nyawa mereka dalam serangan serupa yang dilakukan Israel terhadap sebuah rumah di kota Khan Yunis di selatan, tambah laporan itu.
Disebutkan pula bahwa serangan udara Israel menggugurkan seorang bayi Palestina di kamp pengungsi Nuseirat dan seorang anak di sebelah barat Khan Yunis.
Korban jiwa tersebut membuat jumlah warga Palestina yang gugur sejauh ini akibat gencarnya serangan Israel di Gaza bertambah menjadi sedikitnya 3.859 orang, dan sekira 13.500 warga Palestina lainnya terluka. (almayadeen/presstv)
AS Mengaku Tembak Jatuh Drone dan Rudal dari Yaman Menuju Israel
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon, pada hari Kamis (19/10), mengumumkan pihaknya telah menembak jatuh rudal dan drone yang melesat dari Yaman, namun tidak dapat memastikan tujuan atau target senjata tersebut.
Pentagon mengatakan,”Kami tidak dapat menentukan tujuan dari rudal-rudal ini,” namun kemungkinan besar “diarahkan ke sasaran di Israel.”
Jaringan berita CNN menyebutkan rudal yang dicegat oleh kapal perang AS tersebut diluncurkan oleh gerakan Ansarullah Yaman.
Mengutip pejabat AS, CNN melaporkan bahwa sasaran rudal tersebut belum jelas, namun diyakini ditujukan untuk menargetkan kapal perang AS USS Carney.
Media Israel melaporkan bahwa perkiraan menunjukkan bahwa rudal yang diluncurkan dari Yaman itu “diarahkan ke Israel, dan ditembak jatuh oleh kapal perang angkatan laut AS.”
Media Israel menyebutkan bahwa rudal yang diluncurkan dari Yaman “ingin menargetkan Israel selatan.”
Di pihak lain, Abdul Wahab Al-Mahbashi, anggota biro politik gerakan Ansarullah, mengatakan kepada Al-Mayadeen, “Rakyat Yaman sudah siap dan menunggu perintah untuk bergerak menuju Palestina pendudukan.”
Media Israel melaporkan ancaman tambahan terhadap Israel setelah gerakan Ansarullah di Yaman mengumumkan jihad dan niatnya untuk berpartisipasi secara efektif dalam pertempuran di Palestina pendudukan.
Sebelumnya, demonstrasi akbar yang penuh kemarahan melanda berbagai provinsi di Yaman. Demonstrasi itu merilis deklarasi jihad, kesiapan untuk berpartisipasi aktif dalam pertempuran di Palestina, dan kesiapan penuh untuk menerapkan opsi apa pun yang dianggap tepat oleh pemimpin revolusi Yaman Sayid Abdel Malik Al-Houthi.
Hal ini terjadi ketika Rezim Zionis Israel terus melakukan pemboman di Jalur Gaza, dari selatan ke utara, selama 13 hari berturut-turut, sementara stok obat-obatan, serta krisis air dan listrik juga melanda wilayah yang diblokade Israel tersebut.
Ketua Dewan Politik Tertinggi Yaman, Mahdi Al-Mashat, pada hari Rabu, mengatakan apa yang terjadi di Palestina, khususnya kejahatan pendudukan Israel di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Jalur Gaza tengah, mencerminkan watak jahat Israel, dan AS yang mendukung kejahatan ini.
Sebelumnya, pemimpin gerakan Ansarullah Yaman, Sayid Abdul Malik Al-Houthi, menegaskan bahwa rakyat Yaman eksis dan hadir untuk melakukan segala yang mereka bisa demi menunaikan kewajiban suci membela bangsa Palestina.
“Rakyat kami siap mengerahkan ratusan ribu orang dan bergabung dengan rakyat Palestina untuk menghadapi musuh, dan kami tidak akan ragu untuk melakukan segala kemungkinan,” tegasnya. (almayadeen)
Jenderal Iran: Pengiriman Senjata AS ke Israel Harus Dihentikan
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayjen Mohammad Baqeri mengatakan negara-negara regional Timur Tengah harus mencegah pengiriman senjata dan peralatan militer dari pangkalan Amerika Serikat (AS) di kawasan ini ke wilayah Palestina pendudukan (Israel).
Dalam panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Qatar Khalid bin Mohamed Al-Attiyah pada hari Kamis (19), Baqeri menyebut AS terlibat dalam kejahatan rezim Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Dia menegaskan bahwa faksi-faksi pejuang Palestina berhak membela diri terhadap agresi Israel, dan bahwa pertempuran pejuang Palestina baru-baru ini tak lain merupakan respon terhadap penindasan Israel atas rakyat Palestina dan penodaan rezim penjajah ini terhadap tempat-tempat suci, khususnya Masjid al-Aqsa.
Dia mengecam diamnya umat Islam yang “tidak dapat dibenarkan” terhadap kejahatan rezim Israel, dan memperingatkan bahwa faksi-faksi pejuang akan merespon jika tindakan biadab tersebut terus berlanjut.
Dalam percakapan telepon itu, Baqeri dan Al-Attiyah juga menekankan pentingnya peningkatan kerja sama bilateral untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dan mendesak kepada masyarakat di Gaza.
Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober setelah kelompok pejuang Hamas melancarkan serangan mendadak bersandi Operasi Badai Al-Aqsa terhadap kaum Zionis
Korban gugur akibat agresi brutal Israel di Gaza telah mencapai sekira 3.500 orang, sementara korban luka sekira 13.000 orang.
Dalam percakapan telepon dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Mayjen Baqeri mengatakan operasi kelompok perlawanan Palestina sejalan dengan hak sah mereka untuk membela diri dan melawan pendudukan Israel serta 70 tahun penindasan dan kekejaman rezim Israel terhadap bangsa Palestina.
Baqeri menyatakan prihatinan atas berlanjutnya pelanggaran yang meluas terhadap warga sipil, dan mengatakan, “Perilaku biadab seperti itu tidak akan ditoleransi, dan pemerintah yang independen harus menunjukkan reaksi yang serius.”
Dia juga menegaskan, “Berlanjutnya kejahatan rezim Zionis serta dukungan dan bantuan langsung yang diberikan oleh beberapa negara semakin memperumit situasi dan dapat menyebabkan keterlibatan pihak lain.”
Menteri Pertahanan Rusia mengatakan Moskow mengambil sikap yang jelas dan menyerukan gencatan senjata dan pencegahan kerugian terhadap warga sipil.
Shoigu menambahkan, inisiatif Rusia terhadap krisis yang sedang berlangsung berakhir dengan kegagalan di Dewan Keamanan PBB karena adanya tentangan dari beberapa negara Barat.
Dalam pembicaraan telepon mereka, para pejabat senior militer Iran dan Rusia sepakat untuk meningkatkan kerja sama yang bertujuan mengirimkan bantuan kepada rakyat Palestina. (fna)