Jakarta, ICMES. Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman Brigjen Yahya Saree memastikan Arab Saudi mendapat pukulan telak setelah melakukan eskalasi militer darat dan udara di provinsi Jawf, Yaman utara.
Pasukan Arab Suriah (SAA) telah menghadang serangan kawanan teroris ke beberapa posisi SAA di daerah Hazarin, provinsi Idlib, Suriah, sementara dua tentara Turki tewas dalam kontak senjata dengan kawanan teroris.
Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi, Kamis (19/3/2020), muncul di depan publik melalui layar televisi untuk pertama kalinya sejak merebaknya wabah virus corona (Covid-19).
Korban tewas militan Suriah di Libya bertambah, namun pemerintah Turki yang mengirim mereka untuk berperang di Libya malah menurunkan gaji mereka.
Berita selengkapnya:
Tentara Yaman Pastikan Serangan Terbarunya Menjadi Pukulan Telak bagi Saudi
Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman Brigjen Yahya Saree memastikan Arab Saudi mendapat pukulan telak setelah melakukan eskalasi militer darat dan udara di provinsi Jawf, Yaman utara.
Dalam jumpa pers di Sanaa, Kamis (20/3/2020), Saree menjelaskan bahwa unit pasukan rudal Yaman telah berpartisipasi dengan melancarkan enam operasi serangan yang menggunakan rudal-rudal balistik Nakal, Qasem, dan Badr.
Sedangkan unit pasukan drone Yaman, lanjutnya, telah menjalankan 54 serangan dalam operasi bersandi “Fa Amkan Minhum” (Allah menjadikan kalian berkuasa atas mereka) yang 33 di antaranya ditujukan ke beberapa sasaran militer dan ekonomi Saudi, dan berhasil menimpakan kerugian jiwa dan materi jumlah besar, termasuk kerugian ekonomi akibat serangan ke beberapa fasilitas vital yang terkait dengan industri migas.
Yahya Saree juga menyatakan bahwa pada saatnya yang tepat nanti pihaknya akan memberikan keterangan rinci mengenai operasi-operasi yang serangan yang menyasar wilayah kedalaman Saudi serta kerusakan yang menimpa beberapa fasilitas dan ekonomi Saudi akibat serangan ini.
Sehari sebelumnya, Angkatan bersenjata Yaman yang bersekutu dengan gerakan Ansarullah (Houthi) tersebut menyatakan bahwa pada tahap selanjutnya mereka memprioritaskan penangkapan para pemimpin “pasukan bayaran” atau prajurit dan perwira pasukan asing koalisi Arab Saudi- Uni Emirat Arab. Dalam rangka ini, mereka bahkan mengumumkan sayembara. (alalam)
Tentara Suriah dan Tentara Turki Terlibat Kontak Senjata dengan Kawanan Teroris
Pasukan Arab Suriah (SAA) telah menghadang serangan kawanan teroris ke beberapa posisi SAA di daerah Hazarin, provinsi Idlib, Suriah, Kamis (19/3/2020), sementara dua tentara Turki tewas dalam kontak senjata dengan kawanan teroris.
Kantor berita resmi Suriah, SANA, tentang ini melaporkan, “Kelompok-kelompok teroris yang berkonsentrasi di desa Fatireh menjelang tengah hari melancarkan serangan dengan perlengkapan besar ke beberapa titik militer di poros Hazarin, Idlib selatan, sehingga terlibat kontak senjata antara mereka dan SAA dengan senjata ringan dan sedang.”
SANA juga menyebutkan, “Kontak senjata ini berakhir dengan gagalnya serangan kawanan teroris itu setelah beberapa orang di antara mereka tewas dan terluka. SAA mengejar mereka yang kalah itu ke arah kedalaman provinsi Idlib, dan peta kekuasaan di kawasan ini tidak berubah setelah serangan itu.”
Kontak senjata ini terjadi meskipun di zona de-eskalasi Idlib berlaku perjanjian gencatan senjata yang telah dicapai oleh Rusia dan Turki usai pertemuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rusia, pada 5 Maret lalu.
Dua Tentara Turki Tewas
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan dua tentara Turki Tewas, Kamis, dalam kontak senjata dengan kelompok-kelompok bersenjata ketika melakukan operasi survey teknis di jalur M4 di Idlib.
Oleg Zhuravlev, kepala Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah yang bernaung di bawah Kementerian Pertahanan Rusia, dalam sebuah statemennya menyatakan, “Pada 19 Maret tentara Turki yang sedang menjalan operasi survei teknis di jalur M4 mendapat serangan kawanan bersenjata salah satu kelompok teroris yang tidak tunduk pada kekuasaan Turki, dan terjadi kontak senjata yang menewaskan dua tentara Turki.”
Zhuravlev menjelaskan bahwa pihak Turki melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengondisikan keamanan demi memudahkan patroli bersama (militer Turki dan Rusia) di jalur M4.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan kelompok-kelompok bersenjata pro-Turki secara umum konsisten kepada perjanjian gencatan senjata, sedangkan kelompok Hay’at Tahrir Sham alias Jabhat al-Nusra yang menolak perjanjian ini telah melancarkan beberapa kali serangan. (raialyoum)
Muncul Pertama Kali Sejak Wabah Corona, Raja Salman Ingatkan “Tahap Lebih Sulit”
Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi, Kamis (19/3/2020), muncul di depan publik melalui layar televisi untuk pertama kalinya sejak merebaknya wabah virus corona (Covid-19). Dia memberikan pernyataan terkait keadaan pandemi virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China, pada akhir Desember tahun lalu itu.
“Kita sedang menjalani hidup di tahap yang sulit dalam sejarah dunia, tapi kita menyadari sepenuhnya bahwa tahap ini akan berlalu. Betapapun keras, pahit, dan sulitnya, kita beriman kepada firman Allah, ‘Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan’,” ungkapnya, seperti dilansir kantor berita resmi Saudi, SPA.
Ditujukan kepada warga negara Saudi dia mengatakan, “Krisis ini akan berubah menjadi sejarah yang membuktikan pengalaman manusia berhadapan dengan salah satu kesulitan yang terjadi pada mereka.”
Dia lantas mengingatkan, “Tahap yang akan datang akan lebih berat pada tingkat dunia dalam menghadapi penyebaran secara cepat pandemi ini.”
Raja Salman menambahkan, “Mari kita hadapi musibah ini dengan iman dan tawakkal kita kepada Allah. Kita mengetahui sebab musabab, dan kita kerahkan segalanya demi melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, dan menyediakan segala sebab bagi kehidupan yang mulia untuknya, dengan bersandar pada keteguhan, kekuatan, dan tekad kalian, serta tingginya rasa tanggungjawab kebersamaan kalian. Semoga Allah melindungi, memberi taufik, dan meneguhkan kita untuk segala kebaikan.”
Dia kemudian menutup pernyataannya dengan berdoa, “Semoga Allah menjaga negara kita dan seluruh negara dunia, serta menjaga seluruh manusia dari segala yang tak diinginkan.” (raialyoum)
Korban Tewas Militan Suriah di Libya Bertambah, Gaji Malah Diturunkan oleh Turki
Lembaga Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) mengaku mendapat informasi bahwa korban tewas militan Suriah di Libya bertambah, namun pemerintah Turki yang mengirim mereka untuk berperang di Libya malah menurunkan gaji mereka.
“Turki menurunkan gaji para kombatan Suriah yang dikirim Turki untuk berperang di Libya, dan ini terjadi setelah jumlah orang-orang yang dipersenjatai itu melebihi quota yang ditetapkan Turki, yaitu 6000 kombatan,” ungkap SOHR, Kamis (19/3/2020).
SOHR juga menyebutkan bahwa jumlah korban tewas di pihak kelompok-kelompok bersenjata Suriah pro-Turki dalam perang di Libya meningkat menjadi 129 orang.
Mereka tewas dalam pertempuran yang tersebar di daerah Salahudin di selatan Tripoli, daerah al-Ramlah di dekat Bandara Tripoli, daerah Proyek al-Hadbah, dan beberapa daerah lain.
Seperti diketahui, Libya dewasa ini terbelah dalam dua blok kekuasan yang berperang satu sama lain; satu adalah Pemerintahan Kesepakatan Nasional (Government of National Accord/GNA)yang dipimpin Perdana Menteri Fayez Mustafa al-Sarraj dan bermarkas di ibu kota, Tripol, serta didukung Turki; dan yang lain adalah Tentara Nasional Libya (Libyan National Army/LNA) yang terdiri atas kelompok-kelompok milisi yang dipimpin Marsekal Lapangan Khalifa Belqasim Haftar serta didukung Rusia, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA). (raialyoum)