Jakarta, ICMES. Badan Anak-anak PBB (UNICEF) memperkirakan sedikitnya 17.000 anak di Jalur Gaza tidak berpendamping atau terpisah dari keluarga mereka selama hampir empat bulan sejak Israel menginvasi Gaza, dan hampir semua anak itu memerlukan dukungan kesehatan mental.
AS dilaporkan memulai “serangan balasan” terhadap sasaran-sasaran di Irak dan Suriah, sembari mengklaim bahwa serangan itu ditujukan terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap pasukan AS yang terjadi di Yordania beberapa waktu lalu.
Angkatan Bersenjata Yaman melancarkan serangan rudal balistik terhadap kota Eilat di bagian selatan wilayah Palestina pendudukan demi membela warga tertindas Palestina di Jalur Gaza.
Berita selengkapnya:
Memilukan, PBB Perkirakan Sedikitnya 17,000 Anak di Gaza Terpisah dari Keluarga
Badan Anak-anak PBB (UNICEF) memperkirakan sedikitnya 17.000 anak di Jalur Gaza tidak berpendamping atau terpisah dari keluarga mereka selama hampir empat bulan sejak Israel menginvasi Gaza, dan hampir semua anak itu memerlukan dukungan kesehatan mental.
“Setiap (anak)memiliki kisah kehilangan dan kesedihan yang memilukan,” kata kepala komunikasi UNICEF untuk wilayah Palestina, Jonathan Crickx, Jumat (2/2).
“Angka (17.000) ini setara dengan 1 persen dari keseluruhan populasi pengungsi , yaitu 1,7 juta orang,” katanya pada konferensi pers melalui tautan video dari Al-Quds (Yerusalem), dan mengatakan bahwa jumlah tersebut hanyalah perkiraan karena hampir tidak mungkin untuk memverifikasi informasi dalam kondisi saat ini.
Masing-masing “adalah anak-anak yang menerima kenyataan baru yang mengerikan”, tambahnya.
Crickx mengatakan bahwa menelusuri siapa anak-anak yang tidak berpendamping itu terbukti “sangat sulit”, karena mereka terkadang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan terluka atau syok, dan “mereka bahkan tidak bisa menyebutkan nama mereka”.
Menurutnya, pada saat konflik, merupakan hal yang wajar bagi keluarga besar untuk mengasuh anak-anak yang kehilangan orang tuanya.
Namun, di Gaza, “karena kurangnya makanan, air atau tempat tinggal, keluarga besar mereka sendiri tertekan dan menghadapi tantangan untuk segera merawat anak lain karena mereka sendiri sedang berjuang untuk menghidupi anak dan keluarga mereka sendiri”, kata Crickx.
Secara garis besar, UNICEF mengartikan anak yang terpisahkan adalah mereka yang tidak mempunyai orang tua, sedangkan anak tanpa pendamping adalah mereka yang terpisah dan juga tidak mempunyai sanak saudara lainnya.
Crickx juga mengatakan kesehatan mental anak-anak di Gaza sangat terkena dampak serangan tersebut, dan satu juta anak di Jalur Gaza memerlukan dukungan kesehatan mental.
Anak-anak di Gaza “menunjukkan gejala-gejala seperti tingkat kecemasan yang sangat tinggi, kehilangan nafsu makan, mereka tidak bisa tidur, mereka mengalami ledakan emosi atau panik setiap kali mereka mendengar pemboman,” jelasnya.
Sebelum serangan itu terjadi, UNICEF memperkirakan lebih dari 500.000 anak di Gaza membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psiko-sosial.
Kini, mereka yakin bahwa “hampir semua anak membutuhkan” bantuan tersebut. “Itu berarti lebih dari satu juta anak,” kata Crickx.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 27.100 orang di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober, sekitar 11.500 di antaranya adalah anak-anak.
Lebih dari 66.200 orang lainnya terluka di tengah kurangnya pasokan medis dan fasilitas kesehatan yang berfungsi. Ribuan lainnya hilang dan berada di bawah reruntuhan. (aljazeera)
AS Memulai “Serangan Balasan” di Irak dan Suriah, Iran Siap Ladeni Jika Diserang
AS dilaporkan memulai “serangan balasan” terhadap sasaran-sasaran di Irak dan Suriah, sembari mengklaim bahwa serangan itu ditujukan terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap pasukan AS yang terjadi di Yordania beberapa waktu lalu.
Kantor berita Reuters melaporkan demikian pada hari Jumat (2/2) sembari mengutip keterangan “tiga pejabat A”., dan disebutkan bahwa serangan itu telah mengenai “lebih dari 85 sasaran dengan lebih dari 125 amunisi.”
Mengutip “sumber keamanan,” AFP melaporkan terjadi serangan di Irak barat dekat perbatasan dengan Suriah.
Media pemerintah Suriah mengatakan “agresi AS” di wilayah gurun Suriah dan perbatasan Suriah dan Irak telah menjatuhkan sejumlah korban jiwa.
Serangan drone pada hari Minggu lalu, yang memicu asumsi pembalasan, menyasar pos kecil AS di Yordania, hingga menewaskan tiga tentara AS dan melukai sekira 34 lainnya.
Pada hari Selasa, Presiden AS Joe Biden mengaku telah “memutuskan” bagaimana dia ingin negaranya merespon serangan tersebut.
Biden juga menganggap Iran “bertanggung jawab dalam arti bahwa mereka memasok senjata.”
Sementara itu, Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi menegaskan negaranya tidak akan memulai perang, namun akan memberikan tanggapan sengit terhadap pihak lain yang mencoba menindas Iran.
“Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kami tidak akan menjadi pemrakarsa perang apa pun, namun jika suatu negara atau kekuatan kejam ingin menindas Republik Islam Iran, maka negara ini akan merespon dengan tegas,” kata Raisi dalam pidatonya di hadapan banyak orang di kota Minab di provinsi selatan Hormozgan, Jumat.
Raisi menyebutkan bahwa pihak musuh Iran semula suka menggertak Iran, termasuk dengan mengatakan bahwa opsi militer telah dipertimbangkan, namun kini mereka mengaku tidak melakukan konfrontasi apa pun dengan Iran. (presstv)
Pasukan Yaman Tembakkan Rudal Balistik ke Eilat
Angkatan Bersenjata Yaman melancarkan serangan rudal balistik terhadap kota Eilat di bagian selatan wilayah Palestina pendudukan demi membela warga tertindas Palestina di Jalur Gaza.
“Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman melakukan operasi militer terhadap sasaran spesifik musuh Israel di wilayah Umm Al-Rashrash (Eilat) dengan beberapa rudal balistik,” bunyi pernyataan Angkatan Bersenjata Yaman, Jumat (2/2).
Selama lebih dari sebulan, militer Yaman telah melakukan banyak serangan terhadap sasaran-sasaran Israel, termasuk yang berada di wilayah pendudukan Palestina serta target berupa kapal-kapal Israel.
Serangan itu dilancarkan sebagai tanggapan terhadap perang dan blokade Israel terhadap Gaza sejak 7 Oktober 2023 menyusul serangan fajar Badai Al-Aqsa yang dilancarkan oleh faksi-faksi pejuang Palestina.
Sejauh ini sebanyak lebih dari 27.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan, anak-anak, dan remaja, gugur akibat serangan Zionis Israel.
Angkatan Bersenjata Yaman menyebutkan bahwa operasi anti-Israel berakar pada “kewajiban keagamaan, etika, dan kemanusiaan mereka terhadap rakyat Palestina yang tertindas,” dan sebagai tanggapan terhadap “seruan rakyat Yaman yang merdeka dan seluruh kaum merdeka dari negara-negara Arab dan Islam.”
“Angkatan Bersenjata Yaman tidak akan ragu untuk melakukan lebih banyak operasi militer terhadap musuh, Zionis, di darat dan laut sampai agresi berhenti dan blokade terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dicabut,” tegas Angkatan Bersenjata Yaman.
Di pihak lain, tentara Israel di hari yang sama mengaku telah mengintersepsi rudal permukaan-ke-permukaan di wilayah Laut Merah , yang sedang dalam perjalanan ke Israel.
“Sebuah rudal permukaan-ke-permukaan dicegat di wilayah Laut Merah oleh sistem Arrow (Hetz),” ungkap tentara Israel dalam sebuah pernyataan singkat.
Mereka menambahkan, “Sistem Arrow baru-baru ini berhasil mencegat rudal permukaan-ke-permukaan di wilayah Laut Merah yang sedang menuju wilayah Israel.”
Pernyataan militer Israel itu tidak menyebutkan sumber peluncuran rudal atau wilayah sasarannya, namun surat kabar Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa rudal tersebut “diluncurkan dari Yaman menuju kota Eilat yang menghadap ke Laut Merah, di selatan Israel.”
Badan Penyiaran Israel juga mengatakan, “Sumber rudal itu adalah Yaman.” (raialyoum)