Rangkuman Berita Utama Timteng  Jumat 17 Mei 2024

Jakarta, ICMES. Anggota parlemen Knesset Israel, Amit Levy, mengatakan kepada Channel 14 bahwa semua brigade Hamas yang berjumlah 24 masih eksis, bernafas, dan tidak satu pun di antara mereka terbasmi.

Pemimpin gerakan Ansarullah di Yaman, Sayid Abdul-Malik al-Houthi, memastikan pasukan Yaman akan terus menyerang kapal mana pun yang berlayar menuju pelabuhan-pelabuhan di Palestina pendudukan, melewati Laut Merah ataupun melintasi jalur lain.

Afrika Selatan  (Afsel) mendesak Mahkamah Internasional (ICJ) agar menyuruh Israel menghentikan genosida dan serangannya terhadap kota Rafah.

Berita selengkapnya:

Media Israel: Tak Ada Brigade Hamas yang Hancur di Gaza

Anggota parlemen Knesset Israel, Amit Levy, mengatakan kepada Channel 14 bahwa semua brigade Hamas yang berjumlah 24 masih eksis, bernafas, dan tidak satu pun di antara mereka terbasmi.

Dia menambahkan bahwa faksi pejuang Jihad Islam juga masih ada.

“Mereka  (pemerintah Israel) berbohong kepada kita bahwa Jihad Islam telah dimusnahkan,” katanya, Kamis (16/5).

Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengutip pernyataan Menteri Ekonomi Israel, Nir Barkat, bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant “membawa Israel ke tingkat keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” dan bahwa “Netanyahu dan Gallant memberi kita waktu tujuh bulan, dan mereka tidak mencapai hasil.”

Sebelumnya di hari yang sama media Israel mengomentari pernyataan Gallant mengenai Jalur Gaza, dan menilainya “mengungkapkan garis kesalahan yang secara bertahap memburuk dalam kepemimpinan politik dan keamanan di Israel selama beberapa bulan terakhir.”

Gallant pada hari Rabu mengaku akan menentang “pemerintahan militer Israel di Jalur Gaza,” karena “hal ini akan memakan banyak darah dan biaya, serta akan berlangsung selama bertahun-tahun.”

Dia menambahkan bahwa upayanya untuk mengangkat masalah pemerintahan di Gaza setelah perang “tidak mendapat tanggapan dari pemerintahan Netanyahu”.

Dia menyerukan agar Netanyahu mengumumkan bahwa “Israel tidak akan mengambil kendali sipil atas Jalur Gaza, dan untuk menemukan sebuah alternatif dari gerakan Hamas”.

Menanggapi pernyataan ini,  Menteri  Keamanan Itamar Ben Gvir mengatakan, “Gallant  masih saja gagal sejak 7 Oktober hingga sekarang, dan harus diganti, untuk mencapai tujuan perang.” (raialyoum)

Pemimpin Ansarullah: Yaman akan Terus Menyerang Kapal yang Berlayar ke Israel

Pemimpin gerakan Ansarullah di Yaman, Sayid Abdul-Malik al-Houthi, memastikan pasukan Yaman akan terus menyerang kapal mana pun yang berlayar menuju pelabuhan-pelabuhan di Palestina pendudukan, melewati Laut Merah ataupun melintasi jalur lain.

“Kami akan membidik kapal mana pun yang menuju ke Israel yang berada dalam jangkauan senjata kami,” kata al-Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Kamis (16/3)

Pasukan Yaman selama ini kerap menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah untuk mendukung warga Palestina, dan belakangan ini mengintensifkan operasi militer dan berjanji akan melanjutkan serangannya sampai Israel menghentikan invasinya ke Jalur Gaza.

Menurut Sayid Al-Houthi, selama pekan ini Ansarullah telah melancarkan tujuh operasi dengan 13 rudal balistik di Laut Merah, Teluk Aden dan Samudera Hindia.

“Tidak ada garis merah bagi kami. Kami secara bertahap mencapai sasaran strategis sensitif yang berdampak pada musuh dan kami akan mencapainya, dengan izin Allah Swt,” katanya.

Dia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) “berpartisipasi dengan rezim Zionis dalam genosida terhadap rakyat Palestina, blokade Jalur Gaza, dan penutupan pintu penyeberangan Rafah.

Dia menambahkan bahwa AS-ah yang bahkan mengusulkan kepada rezim Israel untuk menyerang penyeberangan Rafah dan mendudukinya.

Penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza selatan telah menjadi jalur penting bagi bantuan ke Jalur Gaza, di mana krisis kemanusiaan semakin parah dan beberapa orang berada dalam risiko kelaparan.

Awal bulan ini, pasukan Israel menduduki persimpangan dengan Mesir dalam mempersiapkan invasi darat ke Rafah di mana ratusan ribu pengungsi Palestina berlindung.

Aksi pendudukan tersebut terjadi setelah Hamas mengumumkan pihaknya bersedia menerima usulan gencatan senjata setelah pembicaraan berminggu-minggu dengan Qatar dan Mesir. (presstv)

Afsel Desak ICJ Perintahkan Gencatan Senjata di Gaza

Afrika Selatan  (Afsel) mendesak Mahkamah Internasional (ICJ) agar menyuruh Israel menghentikan genosida dan serangannya terhadap kota Rafah.

Afsel, yang pada Januari lalu mengadukan Israel kepada ICJ atas dugaan melakukan genosida di Gaza, sedang mengupayakan tindakan darurat tambahan terkait krisis Rafah, sebuah kota di Jalur Gaza selatan di mana lebih dari satu juta pengungsi Palestina mencari perlindungan dari serangan Israel di wilayah lain.

Afsel pada hari Kamis (16/5) mengatakan kepada pengadilan di Den Haag bahwa rakyat Palestina sedang menghadapi “pemusnahan yang berkelanjutan” dan serangan terhadap Rafah adalah “bagian dari akhir kehancuran Gaza”.

Israel terus melanjutkan serangannya di Rafah meskipun terdapat “peringatan eksplisit” bahwa serangan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi “genosida”, kata pengacara Afrika Selatan Tembeka Ngcukaitobi.

Israel, yang menolak klaim Afsel bahwa mereka melanggar Konvensi Genosida 1949, akan memberikan tanggapan pada hari ini, Jumat.

Beberapa menit sebelum sidang pengadilan dibuka, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa operasi militer pasukan Zionis di Rafah yang banyak dikritik “akan terus berlanjut seiring dengan masuknya pasukan tambahan” ke wilayah tersebut.

Rafah adalah kota kecil yang penuh sesak di mana ratusan ribu warga Palestina berlindung di tenda-tenda dan menghadapi penyebaran penyakit yang cepat serta kekurangan makanan dan air bersih. Satu-satunya rumah sakit di wilayah tersebut telah ditutup, hanya menyisakan fasilitas kecil yang kewalahan.

Hakim di ICJ sebelumnya telah mengeluarkan tindakan sementara, memerintahkan Israel mengambil tindakan untuk membatasi penderitaan kemanusiaan di Gaza.

Salah satu ketentuan tersebut adalah agar Israel memastikan pasokan makanan pokok tiba tanpa penundaan bagi warga Palestina di Gaza, yang semuanya menderita kelaparan parah – bahkan ada yang mengalami kelaparan – sebagai akibat dari blokade total Israel terhadap mereka.

Bulan ini, tentara Israel merebut dan menutup perbatasan Rafah di sisi Palestina yang melintasi antara Jalur Gaza dan Mesir, yang merupakan pintu masuk penting untuk bantuan kemanusiaan. Badan-badan bantuan telah memperingatkan bahwa penutupan tersebut secara signifikan menghambat operasi mereka. (aljazeera)