Jakarta, ICMES. Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam Mayjen Hossein Salami memperingatkan Israel bahwa ancaman apa pun terhadap Iran hanya akan memperpendek umur rezim Tel Aviv.

Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dan Putra Mahkotanya, Mohammed bin Salman, secara terpisah menerima surat dari Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang menekankan pengembangan hubungan bilateral antara Teheran dan Riyadh di berbagai sektor.
Kerajaan Arab Saudi telah mengundang delegasi dari Sanaa, ibu kota Yaman, yang dikuasai oleh kelompok Ansarullah (Houthi), untuk mengunjungi Riyadh guna melanjutkan pembicaraan mengenai gencatan senjata,
Berita Selengkapnya:
Panglima IRGC: Ancam Iran, Israel Memperpendek Umurnya
Komandan pasukan elit Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami memperingatkan Israel bahwa ancaman apa pun terhadap Iran hanya akan memperpendek umur rezim Tel Aviv.
Salami menyatakan demikian tiga hari setelah kepala dinas rahasia Israel, Mossad, David Barnea, mengancam akan menyerang pejabat “eselon tertinggi di jantung Teheran”.
Salami mengatakan, “Zionis sedang bergulat dengan banyak masalah, dan tanda-tanda kemunduran mereka sudah terlihat jelas. Karena itu, mereka menggunakan retorika kosong dan ancaman untuk membunuh para komandan kami.”
Ditujukan kepada Israel dia menegaskan, “Silakan jika operasi pembunuhan yang kalian lakukan sebelumnya telah meningkatkan keamanan kalian. Namun, kalian harus tahu bahwa jika kalian membuat ancaman terhadap keamanan (Iran), kami akan memiliki lebih banyak pilihan, dan hidup kalian akan dipersingkat.”
Panglima IRGC menyebutkan bahwa Iran telah berhasil menggagalkan hampir semua strategi musuh yang merusak dan berbahaya selama 45 tahun terakhir, sementara AS bahkan gagal dalam membeking sekutunya.
Salami mengingatkan bahwa perang di Afghanistan, Suriah, Lebanon dan Irak menunjukkan bahwa opsi militer tidak lagi menjadi solusi yang layak bagi AS dan bahwa rencana mereka untuk membentuk pemerintahan boneka telah gagal di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.
“Mereka bahkan tidak dapat memberikan dukungan penuh kepada Rezim Zionis (Israel), dan ketidakmampuan ini telah berubah menjadi keengganan sampai batas tertentu,” katanya.
Salami mengatakan bahwa Israel secara bertahap kehilangan harapan akan dukungan berkelanjutan dari AS.
Setelah berbulan-bulan dicibir oleh Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya akan menemui Biden minggu depan di sela-sela Majelis Umum PBB, bukan di Gedung Putih.
Washington telah sering menyatakan kegelisahannya terhadap beberapa kebijakan Tel Aviv, termasuk rencananya untuk merombak sistem peradilan rezim secara radikal dan meningkatnya kekejaman terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. (fna)
Raja dan Putra Mahkota Saudi Terima Surat Terpisah dari Presiden Iran
Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dan Putra Mahkotanya, Mohammed bin Salman, secara terpisah menerima surat dari Presiden Iran Ebrahim Raisi, yang menekankan pengembangan hubungan bilateral antara Teheran dan Riyadh di berbagai sektor.
Menurut berita Saudi, SPA, dua surat terpisah itu diterima Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan oleh wakilnya Walid bin Abdul Karim al-Khereij dalam pertemuan dengan Duta Besar Iran untuk Saudi, Ali Reza Enayati.
Laporan tersebut mengatakan Khereij mendoakan kesuksesan bagi Enayati dalam misinya.
Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan mengumumkan bahwa pertemuan mereka membahas mekanisme peningkatan hubungan bilateral melalui pemenuhan kepentingan kolektif.
Dilaporkan bahwa pertemuan itu juga dihadiri oleh Direktur Departemen Umum Negara-negara Asia di Kementerian Luar Negeri Saudi Mohammed al-Matrafi.
Pada bulan Maret, Iran dan Arab Saudi sepakat berdasarkan kesepakatan yang ditengahi Tiongkok untuk pemulihan hubungan diplomatik yang terputus pada tahun 2016.
Iran secara resmi membuka kembali kedutaan besarnya di Riyadh pada bulan Juni, diikuti dengan konsulatnya di Jeddah dan kantor perwakilannya di Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Kedutaan Besar Saudi di Teheran dan konsulatnya di Masyhad juga telah kembali beroperasi.
Awal pekan ini, duta besar Iran untuk Riyadh mengatakan Republik Islam bertekad untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Arab Saudi.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Asharq al-Awsat, Enayati mengatakan, “Saya ingin menekankan pada apa yang ditugaskan Presiden Ebrahim Raeisi kepada saya ketika saya bertemu dengannya, yaitu mengerahkan segala upaya untuk memperkuat hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Teheran dan Riyadh.”
Diplomat Iran itu mengatakan negaranya memandang Arab Saudi sebagai “mitra strategis yang sangat penting dalam kerangka kebijakan bertetangga yang baik.”
Enayati juga mengatakan bahwa “masa depan yang menjanjikan” semakin dekat seiring dengan hasrat kedua negara untuk memperluas hubungan bilateral. (raialyoum/presstv)
Delegasi Ansarullah Yaman Bertolak ke Saudi
Kerajaan Arab Saudi telah mengundang delegasi dari Sanaa, ibu kota Yaman, yang dikuasai oleh kelompok Ansarullah (Houthi), untuk mengunjungi Riyadh guna melanjutkan pembicaraan mengenai gencatan senjata, demikian dilaporkan kantor berita Arab Saudi, SPA, Kamis (14/9).
Disebutkan bahwa undangan itu dilayangkan sebagai kelanjutan dari upaya Kerajaan Saudi dan Kesultanan Oman “untuk mencapai gencatan senjata permanen dan komprehensif di Yaman dan untuk mencapai solusi politik berkelanjutan yang dapat diterima oleh semua pihak di Yaman.”
TV Al-Masirah yang dikelola Ansarullah melaporkan pada hari sebelumnya bahwa sebuah delegasi telah meninggalkan Sanaa, dan sedang dalam perjalanan ke Riyadh untuk melanjutkan perundingan.
Seorang narasumber, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada media, dalam panggilan telepon kepada AFP mengatakan, “Pesawat Oman lepas landas ke Riyadh dengan delegasi Houthi di dalamnya yang mencakup 10 orang serta lima orang Oman.” Seorang pejabat Sanaa menyatakan bahwa “durasi kunjungan adalah lima hari.”
Kunjungan secara terbuka baru sekarang dilakukan oleh delegasi Ansarullah ke Kerajaan Arab Saudi sejak Riyadh pada tahun 2015 mulai melancarkan kampanye militer sebagai pemimpin koalisi terhadap Ansarullah, yang merupakan sekutu Iran di Yaman.
Kunjungan itu diadakan sekitar lima bulan setelah delegasi Saudi mengunjungi Sanaa untuk membahas proses perdamaian.
Oman berperan sebagai mediator dalam konflik. Sebelumnya pada hari Kamis, kantor berita Yaman, Saba, melaporkan kedatangan delegasi Oman ke Sanaa, didampingi oleh juru bicara resmi Ansarullah dan anggota tim perunding, Muhammad Abdel Salam, yang berkedudukan di Oman.
Saba mengutip pernyataan Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, Mahdi Al-Mashat, dalam pertemuan dengan delegasi Oman sebelum pesawat lepas landas bahwa “sebagai tanggapan atas mediasi saudara Kesultanan Oman, delegasi nasional akan pergi, didampingi oleh delegasi Oman, ke Riyadh untuk merampungkan pembicaraan dengan pihak Saudi.”
Al-Mashat juga mengatakan, “Perdamaian senantiasa merupakan opsi pertama kami, dan yang harus diimplementasikan sebelum yang lain.” (raialyoum)