Jakarta, ICMES. Otoritas Penerbangan Sipil Saudi mengumumkan keputusan “membuka wilayah udara Kerajaan (Saudi) untuk semua maskapai penerbangan yang memenuhi persyaratan otoritas untuk terbangâ€, termasuk dari dan ke Israel.

Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert membantah pernyataan Benjamin Netanyahu yang juga mantan perdana menteri, dan memastikan bahwa Rezim Zionis Israel tidak memiliki opsi militer terhadap Iran.
Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Kamis (14/7), menyerukan dimulainya dialog strategis untuk pembentukan koalisi politik melawan pembentukan koalisi pimpinan AS di Timteng.
Berita Selengkapnya:
Kedatangan Biden, Saudi Buka Zona Udaranya untuk Semua Pesawat Israel
Otoritas Penerbangan Sipil Saudi dalam sebuah pernyataan di Twitter, Jumat (15/7), mengumumkan pihaknya telah memutuskan untuk “membuka wilayah udara Kerajaan (Saudi) untuk semua maskapai penerbangan yang memenuhi persyaratan otoritas untuk terbangâ€.
Pengumuman yang dinyatakan beberapa jam sebelum kedatangan Presiden AS Joe Biden di Saudi ini secara efektif mencabut pembatasan penerbangan ke dan dari Israel.
Otoritas Penerbangan Sipil Saudi menyebutkan bahwa keputusan ini diambil “untuk melengkapi upaya yang bertujuan mengkonsolidasikan posisi Kerajaan sebagai platform global yang menghubungkan tiga benua, dan untuk meningkatkan konektivitas udara internasional.”
Presiden AS Joe Biden segera memuji keputusan itu dan menyebutnya “bersejarah.”
Biden, yang sedang melakukan tur pertamanya ke Timur Tengah, telah menemui para pemimpin Israel di Quds (Yerusalem) pada Rabu dan Kamis, dan Jumat dijadwalkan untuk melakukan perjalanan resmi langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya dari negara Ibrani itu ke Saudi.
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Biden, dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa presiden AS “menyambut baik keputusan bersejarah para pemimpin Arab Saudi untuk membuka wilayah udara mereka untuk semua maskapai penerbangan sipil tanpa diskriminasi,” termasuk “penerbangan ke dan dari Israel.”
Sullivan menambahkan bahwa “keputusan ini adalah hasil dari diplomasi rajin dan berprinsip Presiden (Biden) dengan Arab Saudi selama beberapa bulan, yang berpuncak pada kunjungannya hari ini” ke Saudi.
Dia menjelaskan bahwa presiden AS, yang akan tiba di Saudi pada Jumat malam sebagai bagian dari tur Timur Tengahnya, “akan memiliki lebih banyak hal untuk dikatakan” tentang keputusan itu.
Sesaat setelah tiba di Timur Tengah, Biden berjanji untuk “memberikan dorongan bagi proses integrasi Israel” di Timur Tengah, setelah ada normalisasi hubungan Israel dengan empat negara Arab dalam dua tahun terakhir, yaitu UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko.
Dengan kunjungan Biden, yang akan melakukan penerbangan langsung pertamanya dari Israel ke Arab Saudi, spekulasi meningkat mengenai pemulihan hubungan antara Israel dan Riyadh. (raialyoum)
Tarik Ulur AS-Israel, Bantah Netanyahu, Olmert: Israel Tak Punya Opsi Militer terhadap Iran
Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert membantah pernyataan Benjamin Netanyahu yang juga mantan perdana menteri, dan memastikan bahwa Rezim Zionis Israel tidak memiliki opsi militer terhadap Iran.
“Israel tidak memiliki opsi militer terhadap Iran, dan siapa pun yang mengatakan bahwa Israel memiliki opsi militer dalam arti perang komprehensif dan serangan komprehensif, ini tidak ada,†tegas Olmert, sebagaimana dilansir oleh media Israel dan dikutip Rai Al-Youm , Kamis (14/7).
Dia menambahkan,“Tampaknya bagi saya bahwa mantan perdana menteri (Netanyahu) selama lebih dari setahun telah menolak untuk diberitahu tentang perkembangan terakhir. Sebaliknya, dia memberikan omong kosong. Intinya, sangat jelas bahwa Israel tidak memiliki opsi militer, dan siapa pun yang mengatakan bahwa Israel memiliki opsi militer dalam arti perang komprehensif dan serangan komprehensif, maka ini tidak ada. Ini adalah gosip yang menciptakan harapan yang tiak dapat terpenuhi.â€
Sebelumnya, media Israel mengutip pernyataan pemimpin oposisi Netanyahu usai pertemuannya dengan Presiden AS Joe Biden yang mengesankan bahwa Israel seolah memiliki opsi militer terhadap Iran.
“Saya mengatakan kepada Biden bahwa kami menginginkan satu hal. Sanksi ekonomi tidak cukup, dan ada kebutuhan untuk opsi militer yang nyata, dan tanpa itu, Iran tidak dapat berhenti,†ujar Netanyahu.
Dalam konteks yang sama, media Israel menyebutkan bahwa Biden tidak membawa kabar baik, dan bahwa “kehangatan pertemuan tidak menyembunyikan perbedaan antara Israel dan AS mengenai kebijakan terhadap Iran. “
Seorang reporter bidang politik di Channel 13 mengatakan, “Tidak ada kabar baik dari mulut presiden AS, dan saya percaya bahwa perbedaan antara Israel dan AS mengenai masalah Iran telah diungkapkan. Deklarasi Yerusalem, yang ditandatangani hari ini, adalah pidato yang jelas oleh AS dan ditandatangani oleh Presiden Biden, tapi kita masih dalam retorika dan pernyataan.â€
Dia menambahkan, ” (Perdana Menteri Yair) Lapid berbicara tentang perlunya opsi militer nyata dalam menghadapi ancaman Iran, dan di pihak lain, Biden mengatakan, ‘kami berkomitmen pada metode diplomatik’. Ketika ditanya, dia berkata, ‘Saya percaya pada diplomasi’ sehingga dikatakan kepadanya, ‘Selamanya?!’, dia menjawab, ‘Saya percaya pada diplomasi’.â€
Pengamat urusan militer di Channel 13 mengatakan, “Amerika belum beranjak barang satu milimeter dari posisinya, masih mematuhi perjanjian nuklir 2015 dan ingin kembali ke sana, dan bola ada di lapangan Iran.â€
Biden telah berdiskusi dengan Lapid mengenai cara untuk “mengintegrasikan Israel” ke kawasan, dan Lapid menekankan “perlunya membentuk koalisi negara-negara moderat di kawasan untuk menghadapi Iranâ€. Lapid berusa membujuk Biden ihwal penentangan Israel terhadap niat Washington kembali ke perjanjian nuklir 2015 dan kebutuhan untuk mengintensifkan tekanan terhadap Iran untuk dapat kembali ke meja perundingan guna mendiskusikan “perjanjian alternatifâ€.
Biden dan Lapid telah meneken apa yang disebut Deklarasi Yerussalem dan mendirikan “kemitraan strategis†antara AS dan Israel di berbagai bidang.
Biden berkunjung ke Israel dalam suatu lawatan yang telah diumumkan sebelumnya. Begitu tiba di Israel pada Rabu lalu dia menegaskan kembali komitmen negaranya pada keamanan Israel dan mengatakan bahwa hubungan antara kedua sekarang “lebih mendalam dan lebih kuat daripada sebelumnyaâ€. (raialyoum)
Hamas Serukan Pengadaan Koalisi Regional Anti-AS dan Israel
Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Kamis (14/7), menyerukan dimulainya dialog strategis untuk pembentukan koalisi politik melawan pembentukan koalisi pimpinan AS di Timteng.
Haniyeh menyebutkan bahwa pemerintah AS berupaya mendesain ulang peta kawasan berdasarkan integrasi rezim Zionis di dalamnya dan demi memastikan keamanan rezim ini melalui aliansi dengan beberapa rezim Arab.
Menurut Haniyeh, upaya AS akan gagal karena bertentangan dengan aspirasi bangsa-bangsa dan warisan budaya dan intelektual kawasan.
Dia menambahkan, “Kami ingin memulai dialog strategis antara berbagai lapisan umat Islam yang berbeda dan negara-negaranya dengan tujuan membentuk koalisi politik dan melindungi kawasan dari hegemoni, normalisasi hubungan, dan pendudukan sumber daya.â€
Dia juga memastikan bahwa Palestina tidak akan lagi jatuh ke dalam perangkap ilusi dan fatamorgana negosiasi, dan bahwa bangsa Palestina akan melanjutkan perlawanan habis-habisan sampai rezim penjajah terusir dan para pengungsi Palestina dapat pulang ke kampung halaman mereka, termasuk kota suci Quds.
Haniyeh menyatakan demikian setelah Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengumumkan bahwa Israel mengadakan koalisi regional yang didukung AS untuk melawan drone dan rudal Iran. (mm/mna)
Kedatangan Biden, Saudi Buka Zona Udaranya untuk Semua Pesawat Israel
Otoritas Penerbangan Sipil Saudi dalam sebuah pernyataan di Twitter, Jumat (15/7), mengumumkan pihaknya telah memutuskan untuk “membuka wilayah udara Kerajaan (Saudi) untuk semua maskapai penerbangan yang memenuhi persyaratan otoritas untuk terbangâ€.
Pengumuman yang dinyatakan beberapa jam sebelum kedatangan Presiden AS Joe Biden di Saudi ini secara efektif mencabut pembatasan penerbangan ke dan dari Israel.
Otoritas Penerbangan Sipil Saudi menyebutkan bahwa keputusan ini diambil “untuk melengkapi upaya yang bertujuan mengkonsolidasikan posisi Kerajaan sebagai platform global yang menghubungkan tiga benua, dan untuk meningkatkan konektivitas udara internasional.”
Presiden AS Joe Biden segera memuji keputusan itu dan menyebutnya “bersejarah.”
Biden, yang sedang melakukan tur pertamanya ke Timur Tengah, telah menemui para pemimpin Israel di Quds (Yerusalem) pada Rabu dan Kamis, dan Jumat dijadwalkan untuk melakukan perjalanan resmi langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya dari negara Ibrani itu ke Saudi.
Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Biden, dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa presiden AS “menyambut baik keputusan bersejarah para pemimpin Arab Saudi untuk membuka wilayah udara mereka untuk semua maskapai penerbangan sipil tanpa diskriminasi,” termasuk “penerbangan ke dan dari Israel.”
Sullivan menambahkan bahwa “keputusan ini adalah hasil dari diplomasi rajin dan berprinsip Presiden (Biden) dengan Arab Saudi selama beberapa bulan, yang berpuncak pada kunjungannya hari ini” ke Saudi.
Dia menjelaskan bahwa presiden AS, yang akan tiba di Saudi pada Jumat malam sebagai bagian dari tur Timur Tengahnya, “akan memiliki lebih banyak hal untuk dikatakan” tentang keputusan itu.
Sesaat setelah tiba di Timur Tengah, Biden berjanji untuk “memberikan dorongan bagi proses integrasi Israel” di Timur Tengah, setelah ada normalisasi hubungan Israel dengan empat negara Arab dalam dua tahun terakhir, yaitu UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko.
Dengan kunjungan Biden, yang akan melakukan penerbangan langsung pertamanya dari Israel ke Arab Saudi, spekulasi meningkat mengenai pemulihan hubungan antara Israel dan Riyadh. (raialyoum)