Rangkuman Berita Utama Timteng Jumat 1 Desember 2023

Jakarta, ICMES. Sayap militer  Hamas, Brigade Al-Qassam, menyatakan pihaknya bertanggungjawab atas operasi serangan anti Zionis Israel di kota Al-Quds (Yerusalem) yang menewaskan empat orang Israel

Panglima Korps Pgarda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami, mengatakan Operasi Badai al-Aqsa menunjukkan bahwa keruntuhan Israel lebih dekat dengan kebinasaannya daripada yang diperkirakan.

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi tidak akan menghadiri Pertemuan Puncak iklim COP28 PBB di Dubai karena kehadiran Presiden Israel Isaac Herzog di pertemuan ini.

Berita Selengkapnya:

Empat Orang Israel Tewas Diserang di Al-Quds, Brigade Al-Qassam Nyatakan Bertanggungjawab

Sayap militer  Hamas, Brigade Al-Qassam, menyatakan pihaknya bertanggungjawab atas operasi serangan anti Zionis Israel di kota Al-Quds (Yerusalem) yang menewaskan empat orang Israel pada hari Kamis (30/11).

Al-Qassam memuji dua anggotanya yang gugur setelah melancarkan serangan itu, yaitu Murad al-Nimr, 38 tahun, dan Ibrahim al-Nimr, 30 tahun, dua kakak beradik yang berasal dari Sur Baher, selatan Al-Quds.

Murad dan Ibrahim Al-Nimr melakukan serangan penembakan terhadap para pemukim Zionis  di pintu masuk barat laut kota pendudukan  Al-Quds   hingga menewaskan empat orang Israel, termasuk Rabi Elimlach Wasserman, hakim Pengadilan Kerabian di Ashdod , dan mencederai 12 orang lainnya dengan kondisi luka yang beragam.

Brigade Al-Qassam dalam sebuah pernyataannya menegaskan,  “Operasi heroik ini dilakukan sebagai respons terhadap kejahatan rezim pendudukan yang membunuh anak-anak dan perempuan di Jalur Gaza dan wilayah pendudukan Tepi Barat dan menodai Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci, serta merupakan pesan peringatan langsung terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh (Menteri Israel Itamar) Ben Gvir dan kelompoknya terhadap para tahanan pria dan wanita (Palestina di penjara Israel).”

Media Israel menyebut operasi serangan balasan itu sebagai “operasi yang kejam” dan melaporkan bahwa para pelaku serangan tiba dengan mobil di terminal bus di Al-Quds dan melepaskan tembakan ke arah orang-orang di sana dengan dua senapan M16.

Media Israel melaporkan bahwa kedua pelaku operasi serangan itu adalah tahanan yang dibebaskan dan bergabung Hamas, dan keduanya telah “dinetralkan” (dibunuh).

Polisi dan pasukan Shin Bet menyerbu rumah kedua pelaku serangan itu di Sur Baher, dan menangkap ayah, ibu, dan dua istri mereka, menurut apa yang diumumkan oleh Kantor Informasi Tahanan. (almayadeen)

IRGC: Israel akan Musnah dengan Badai Al-Aqsa Selanjutnya

Panglima Korps Pgarda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayjen Hossein Salami, mengatakan Operasi Badai al-Aqsa menunjukkan bahwa keruntuhan Israel lebih dekat dengan kebinasaannya daripada yang diperkirakan.

“Jaraknya 70 km dari Gaza ke Tel Aviv, 120 km dari Palestina utara dan Lebanon selatan ke Tel Aviv, dan 40 km dari Tepi Barat ke Tel Aviv. Waktu untuk runtuhnya rezim palsu ini sangatlah singkat,” katanya kepada sekelompok anggota Basij di Qazvin, Kamis (30/11).

“Jika seperti dalam Operasi Badai al-Aqsa, mesin penggerak Palestina mulai bergerak lagi, rezim Zionis akan tersingkirkan dari geografi politik dunia dalam waktu 48 jam,” sambungnya.

Salami menilai “hanya sedikit orang yang mengira tentara dan sistem keamanan rezim Zionis hampir runtuh”.

Dia menjelaskan, “Operasi Badai al-Aqsa menunjukkan kepada Zionis yang tinggal di wilayah pendudukan dan Amerika  fakta bahwa keruntuhan rezim ini jauh lebih dekat dan lebih mudah daripada yang mereka bayangkan.”

Salami mengatakan tidak ada lagi orang Israel yang bisa tidur nyenyak di malam hari karena mimpi buruk akan adanya serangan lain selalu membayangi  rezim penjajah yang “berada dalam situasi yang menyakitkan” setelah operasi 7 Oktober.

“Saat ini, kecemasan dan kebingungan atas kekalahan rezim Zionis semakin terlihat di wajah para pejabat Amerika, karena tidak ada prospek untuk menyelamatkan rezim palsu Israel, dan para pendukungnya tidak dapat berbicara tentang kelangsungan hidup rezim tersebut,” paparnya.

Panglima IRGC mengatakan untuk menghindari kekalahan, Israel dan para pendukungnya memilih strategi yang sangat berbahaya yang tidak akan pernah membawa kemenangan.

Dia juga mengatakan bahwa AS tidak dapat lagi menahan tekanan kekuatan perlawanan terhadap pasukannya yang kewalahan di kawasan.

Pada sepekan terakhir, Jenderal Salami menyebutkan sebanyak 2000 tentara Israel telah meninggalkan Tepi Barat dan Gaza karena tidak dapat melanjutkan perang.

“Di sisi lain, kerugian akibat perang setidaknya mencapai 300 juta dolar per hari, dan satu dari setiap tiga pekerjaan di Israel telah hilang, dan semua hotel telah diubah menjadi akomodasi bagi para pengungsi mereka,” lanjutnya.

Situasi di Palestina justru sebaliknya, kata Jenderal Salami.

“Warga Gaza adalah orang-orang yang sabar, bersyukur, bijaksana dan luar biasa sehingga pasti akan meraih kemenangan dalam waktu dekat karena kegigihan mereka,” ujarnya.

Dia memandang hal ini terjadi ketika “Israel dan Amerika terjebak dalam  kubangan yang membuat mereka semakin tenggelam, semakin mereka berjuang”.

Jenderal Salami menyinggung sensor ketat di media Israel tentang kekalahan rezim dalam perang Gaza.

Dia menjelaskan bahwa 300 di antara 1.600 tank dan pengangkut personel yang dibawa ke Gaza oleh Israel telah terkena serangan dan ratusan warga Israel terbunuh berdasarkan informasi akurat, termasuk foto udara, penyadapan telepon dan sarana intelijen lainnya serta informasi lapangan yang akurat.

Dia mengatakan, “Saat ini, semua berita yang kami dengar adalah tentang Gaza dan Palestina, namun kami tidak mendengar atau melihat apa pun tentang kekacauan di kota-kota rezim Zionis, di mana situasinya jauh lebih buruk dari apa yang kita duga. Fakta ini memaksa mereka untuk menyetujui gencatan senjata.” (presstv)

Presiden Iran Enggan Hadiri Pertemuan Puncak Dubai Karena Kehadiran Presiden Israel

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi tidak akan menghadiri Pertemuan Puncak iklim COP28 PBB di Dubai karena kehadiran Presiden Israel Isaac Herzog di pertemuan ini.

Presiden Raisi telah diundang ke pertemuan puncak tersebut pada pertemuan Menlu UEA Abdullah bin Zayed Al-Nahyan dengan sejawatnya dari Iran, Hossein Amir-Abdollahian, di sela-sela Pertemuan Para Sahabat  Menteri Luar Negeri BRICS di Cape Town pada bulan Juni.

Kantor berita resmi Iran, IRNA, Kamis (30/11) melaporkan; “Karena undangan pejabat rezim Zionis untuk menghadiri pertemuan perubahan iklim PBB, Presiden Republik Islam Iran tidak berpartisipasi” dalam acara tersebut.

Menteri Energi Ali Akbar Mehrabian malah berangkat ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk menguraikan pendirian Iran dalam cara penanganan polutan udara.

Sebelumnya di hari yang sama, Amir-Abdollahian menyampaikan terima kasih Iran atas undangan presiden UEA dalam percakapan telepon dengan Syeikh Abdullah, di mana ia menjelaskan keberatan Iran tentang kehadiran pejabat Israel.

“Meski memahami pertemuan puncak iklim COP28 PBB yang diselenggarakan di bawah kepemimpinan UEA, kehadiran otoritas rezim pendudukan Israel dalam pertemuan tersebut patut mendapat pertimbangan serius mengingat kejahatan perang dan genosida yang dilakukan rezim Zionis baru-baru ini,” tuturnya.

Delegasi Israel yang terdiri dari 28 pejabat menghadiri pertemuan puncak iklim tahunan PBB COP28 tahun ini, yang dimulai pada hari Kamis. Jumlah tersebut dilaporkan turun dari jumlah 1.000 orang yang awalnya direncanakan akan dikirim oleh Kementerian Luar Negeri, termasuk Herzog dan Perdana Menteri garis keras Benjamin Netanyahu.

Menyinggung gencatan senjata sementara di Gaza, Amir-Abdollahian mengatakan, “Negara-negara Islam harus melanjutkan upaya mereka untuk sepenuhnya menghentikan kejahatan perang rezim Zionis dan membuka jalur luas untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.”

Menlu Iran juga mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB diharapkan dapat memenuhi tugasnya terhadap rakyat Palestina dengan mengeluarkan resolusi yang efektif.

Al-Nahyan menjelaskan upaya negaranya untuk melakukan gencatan senjata, dengan mengatakan bahwa UEA akan melakukan segala upaya untuk melanjutkan gencatan senjata dan meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. (presstv)