Rangkuman Berita Timteng Senin 27 Agutus 2018

zat kimiaJakarta, ICMES: Para ahli asing di Idlib, Suriah,  untuk mengatur sandiwara baru serangan bom kimia, dan puluhan anak kecil tiba-tiba menghilang secara misterius di Idlib.

Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah menyoal bagaimana seandainya kelompok teroris ISIS dan Jabhat al-Nusra menang perang di Suriah dan Irak, dan bagaimana pula nasib negara-negara Arab Teluk Persia sendiri yang mendukung mereka namun sekarang justru dikafirkan oleh mereka sendiri.

 

Berita selengkapnya;

Barat Siapkan Drama Serangan Bom Kimia Di Idlib, Puluhan Anak  Tiba-Tiba Menghilang

Kemhan Rusia memperingatkan bahwa Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah mengetahui keberadaan para ahli asing di Idlib, Suriah,  untuk mengatur sandiwara baru serangan bom kimia yang bertujuan menyalahkan tentara Suriah agar negara ini bisa menjadi sasaran serangan militer Barat. Menyusul peringatan ini puluhan anak kecil menghilang secara misterius di Idlib.

Jubir Kemhan Rusia, Igor Konashinkov, Ahad (26/8/2018), menyatakan telah ada persiapan untuk serangan dengan senjata termal beracun ke Kfar Zita di bagian selatan Idlib dalam dua hari ke depan.

“Ada kelompok-kelompok warga Idlib utara yang akan ikut serta dalam serangan kimia…  Setelah terjadi serangan kimia yang dipersiapkan di Suriah sebagian orang akan mengenakan seragam Helm Putih untuk mengambil gambar-gambar video yang akan diserahkan kepada media Barat dan juru bicara berbahasa Inggris,” ungkap Konashinkov.

Dia menambahkan bahwa sekelompok milisi telah dilatih oleh perusahaan swasta penyedia jasa militer Oliva dari Inggris, dan menyiapkan operasi evakuasi korban serangan bom kimia “fiktif”.

Dia menjelaskan bahwa para ahli berbahasa Inggris telah tiba di desa al-Hubait di selatan zona de-eskalasi di Idlib, untuk mengatur serangan kimia dengan menggunakan gas klorin di Kfar Zita yang hanya berjarak 6 kilometer dari desa itu.

Sementara itu, puluhan anak kecil dilaporkan menghilang secara serempak dari provinsi Idlib dan sekitarnya.

Koran al-Watan milik Suriah menyebutkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata di Idlib telah menculik lebih dari 40 anak kecil dan memboyong mereka ke lokasi yang akan menjadi tempat drama serangan bom kimia.

Sumber-sumber lokal mengatakan sebanyak lebih dari 40 anak sedang dalam kondisi misterius dan diduga kuat telah diculik oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham alias Jabhat al-Nusra di berbagai kawasan di Idlib.

Sehari sebelumnya, Konashinkov, menyatakan ada indikasi bahwa AS bersama sekutunya sedang menyiapkan serangan baru terhadap Suriah. Dia menjelaskan bahwa satu kapal destroyer AS telah tiba di Teluk Persia, sementara jet pembom B1-B siap dilesatkan dari pangkalan AS di Qatar untuk menggempur sasaran-sasaran di Suriah.

“Perilaku negara-negara Barat bertentangan dengan pernyataan terbukanya, dan bertujuan menciptakan eskalasi lain dalam situasi Timteng dan menggagalkan proses perdamaian di Suriah,” ujarnya.( railayoum)

Nasrallah: Jangan Menggantungkan Nasib Kepada AS

Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah dalam pidato peringatan tahun pertama pembasmian teroris di Lebanon, Ahad (26/8/2018), menyoal bagaimana seandainya kelompok teroris ISIS dan Jabhat al-Nusra menang perang di Suriah dan Irak, dan bagaimana pula nasib negara-negara Arab Teluk Persia sendiri yang mendukung mereka namun sekarang justru dikafirkan oleh mereka sendiri.

Dia memuji penduduk kawasan Beka di Lebanon karena telah bersegera mengambil keputusan untuk melawan kawanan teroris sehingga kerjasama tentara, masyarakat, dan para pejuang muqawamah (resistensi) berhasil menumpas kawanan itu.

Menurutnya, semangat juang para pemuda Lebanon sedemikian tinggi sehingga tak perlu diadakan mobilisasi, berbeda dengan militer yang tak memiliki unsur kemanusiaan dan tak mampu menyerap para pemuda tanpa mobilisasi sehingga kemudian banyak anak pemuda Israel justru mengalami tekanan jiwa.

“Tahun lalu sebanyak 44,000 tentara Israel merujuk ke psikater,” katanya.

Dia menilai Israel memang telah banyak mengembangkan kemampuan militer, namun “semua itu tidak akan dapat membuatnya keluar dari unsur kekalahan.”

Mengenai Amerika Serikat (AS), Nasrallah mengatakan bahwa negara arogan ini berusaha keras mencegah kekalahan ISIS, termasuk di Lebanon dengan cara “mengancam akan menghentikan bantuannya kepada tentara Lebanon jika ikut serta dalam operasi penumpasan teroris”, sementara di Suriah helikopter AS sering dioperasikan untuk menyelamatkan para teroris ISIS yang kalah.

“Orang yang mengalahkan ISIS di Suriah adalah orang yang memeranginya, bukan AS,” tegasnya.

Nasrallah menyebutkan bahwa pusat operasi militer AS yang ada di Yordania telah memimpin dan mengendalikan kelompok-kelompok teroris dan pemberontak di Suriah selatan, tapi akhirnya terpaksa menelantarkan mereka sehingga menjadi pelajaran bagi siapapun untuk tidak menggantung nasib kepada AS.

“Di dunia ini tak sekutu sejati bagi AS. AS memperlakukan para sekutunya hanya sebagai alat. AS bahkan tak memberikan kesempatan bagi mereka untuk kabur ketika mereka sudah selesai diperalat,” tuturnya.

Sekjen Hizbullah kemudian mengingatkan bahwa semua pihak harus tetap waspada selagi AS masih bercokol di kawasan, dan “tak ada yang tahu kapan AS akan beranjak pergi.”

Dia mengambil contoh adanya indikasi bahwa AS bermaksud membuat sandiwara baru di Idlib, Suriah, berkenaan dengan bom kimia untuk kemudian melancarkan agresi ke Suriah.

Lebih jauh Nasrallah mengecam kebungkaman khalayak internasional terhadap kejahatan perang aliansi Saudi-Uni Emirat Arab di Yaman. Dia juga mengatakan tidak ada yang tahu sampai kapan Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman akan terus mengumbar kejahatan dan tragedi (raialyoum/alalam)

Atwan Menjawab Mengapa Israel Sebut Hizbullah Terkuat Di Timteng Setelah IDF?

Pemimpin redaksi media online Rai al-Youm, Abdel Bari Atwab, menjawab pertanyaan mengapa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebut kelompok pejuang Hizbullah Lebanon sebagai pasukan terkuat di Timteng setelah IDF.

Dalam catatan editorial untuk Rai al-Youm, Ahad (26/8/2018), Atwan menilai tak perlu heran ketika IDF menyatakan demikian, karena Israel sudah dua kali kalah dalam perang di Lebanon selatan; pertama, perang pada tahun 2000 sehingga terpaksa angkat kaki dari Lebanon Selatan; kedua, perang pada tahun 2006 yang dalam beberapa hari terakhir ini sedang diperingati oleh Hizbullah.

“Menariknya, militer Israel belakangan ini mengadakan latihan perang semata-mata untuk menghadapi perang yang berpotensi dikobarkan oleh Hizbullah untuk menguasai bagian utara wilayah pendudukan Palestina dan menggempur kota kota-kota Israel dengan rudal,”tulis Atwan.

Menurutnya, Israel hanya berlatih perang melawan Hizbullah dan bukan melawan tentara negara Arab  manapun karena tentara itu memang sudah tidak diperhitungkan lagi oleh militer Israel karena pemerintahnya sudah “menyerah dan menormalisasi hubungan dengan Israel” sehingga Israel memandang mereka justru sebagai sekutu yang bahkan ikut latihan perang bersama pasukan Israel di bawah bendera AS.

Atwan menambahkan bahwa koran Yedioth Ahronoth milik Israel mengutip laporan IDF mengenai data-data yang menunjukkan bahwa Hizbullah memiliki arsenal baru senjata dan peralatan tempur canggih, termasuk ratusan drone, teropong malam hari berkualitas tinggi, peralatan elektronik anti drone, dan rudal yang sanggup membawa ludu ledak seberat setengah ton.

Atwan mengingatkan bahwa yang menjadi ukuran untuk ketangguhan suatu pasukan bukanlah jet tempur serta jumlah personil, tank, dan mobil lapis baja, melainkan keahlian bertempur, kemampuan pemimpinnya dalam mengambil keputusan perang,  serta faktor keimanan, altruisme, dan ideologi kesyahidan.

“Inilah yang menimbulkan ketakutan pada para petinggi militer Israel. Sekarang mereka selesai dari  latihan perang untuk mulai mengantisipasi keadaan terseburuk, dan mereka kuatir kekalahan pada tahun 2006 akan terulang lagi dengan kerugian yang lebih besar,” pungkas Atwan. (raialyoum)