Rangkuman Berita Timteng Senin 20 Agustus 2018

saudi saleh al-talebJakarta, ICMES: Aktivis media sosial Arab Saudi pengguna akun Twitter “Motaqali al-Rai bi al-Saudiyyah” mengabarka bahwa otoritas Saudi telah menangkap Syeikh Saleh al-Talib yang merupakan seorang imam dan khatib Masjidil Haram.

Pemerintah Qatar menyatakan warganya tak dapat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah al-Mukarromah pada musim haji tahun ini menyusul krisis hubungan diplomatik Qatar dengan Arab Saudi.

Menteri Pertahanan Iran Brigjen Amir Hatami menyatakan negara republik Islam ini memprioritaskan kekuatan rudal, dan akan mengungkap jet tempur baru buatannya pada peringatan Hari Industri Pertahanan Iran Rabu mendatang.

Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang merupakan sebuah aliansi Kurdi dan Arab Suriah menyatakan tidak tertutup kemungkinannya untuk bergabung dengan Pasukan Arab Suriah (SAA).

Pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) menyatakan keberadaan pasukan ini di Irak akan tetap dipertahankan “jika dirasa perlu.”

Berita selengkapnya;

Berdoa Untuk Palestina Dan Yaman, Khatib Masjidil Haram Ditangkap

Aktivis media sosial Arab Saudi pengguna akun Twitter “Motaqali al-Rai bi al-Saudiyyah” mengabarka bahwa otoritas Saudi telah menangkap Syeikh Saleh al-Talib yang merupakan seorang imam dan khatib Masjidil Haram.

Menurut rumor yang beredar, Syeikh al-Talib ditangkap karena dalam suatu khutbahnya dia meyerukan pengingkaran terhadap orang yang munkar, dan mendoakan keburukan bagi orang-orang yang zalim.

Pada khutbah yang sama dia juga telah berdoa kebaikan untuk penduduk Ghouta Timur, Suriah, para mujahidin di Palestina, serta kaum tertindas di Irak, Yaman, Palestina, dan Myanmar.

Akun tersebut sebelumnya juga telah mengabarkan adanya penangkapan terhadap sejumlah besar da’i dan aktivis di Arab Saudi, termasuk Syeikh Safar al-Hawali dan Syeikh Nasir al-Umar, sementara otoritas negara ini sama sekali tidak berkomentar mengenai kabar tersebut. (raialyoum)

Warga Qatar Tahun Ini Tak Dapat Menunaikan Ibadah Haji

Pemerintah Qatar menyatakan warganya tak dapat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah al-Mukarromah pada musim haji tahun ini menyusul krisis hubungan diplomatik Qatar dengan Arab Saudi.

“Tak ada kesempatan bagi warga negara dan pemukim sementara Qatar untuk mengadakan perjalanan haji. Pendaftaran oleh pemerintah Qatar masih terhenti, dan pemberian visa kepada penduduk Qatar belum dapat dilakukan akibat tidak adanya utusan diplomatik,” ungkap seorang pejabat Qatar, Ahad (19/8/2018).

Sudah sekira satu tahun Qatar dan Saudi terlibat perselisihan tajam yang bahkan membuat Saudi memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangannya dengan Qatar serta menghentikan semua penerbangan dari dan ke Doha, ibu kota Qatar.

Pekan lalu pemerintah Saudi membantah pihaknya melarang warga negara Qatar menunaikan ibadah haji. Di pihak lain pejabat anonim Qatar tersebut menegaskan bahwa penutupan perbatasan Saudi-Qatar, tidak adanya utusan diplomatik dan penutupan jalur perjalanan antara kedua negara praktis telah membuat warga Qatar tak dapat menyelenggarakan ibadah haji yang dimulai pada hari Ahad (19/8/2018).

Perselisihan Riyadh-Qatar terkait ibadah haji tercatat sebagai bagian terakhir dalam rangkaian konflik diplomatik antara keduanya sejak 14 bulan lalu.

Pada tanggal 5 Juni 2017 Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir mengumumkan pemutusan hubungannya dengan Qatar setelah mereka menuding Qatar menyokong terorisme. Qatar tentu saja menepis tudingan empat negara tersebut.

Tindakan-tindakan Saudi terhadap Qatar membuat warga Qatar tak dapat bepergian ke Saudi, namun pemerintah Riyadh dalam berbagai pernyataan resminya menegaskan adanya pengecualian terkait penunaian ibadah haji.

Sesuai kuota yang ditetap Saudi untuk Qatar sekira 1200 warga negara Qatar dapat menunaikan ibadah haji bersama sekira 2 juta warga Muslim lain yang berdatangan dari pelbagai penjuru dunia. Hanya saja, banyak warga Qatar mengeluh dan mengaku tidak mungkin dapat mendaftarkan diri untuk ibadah haji di laman Kemnterian Haji dan Umrah Saudi. (raialyoum)

Iran Akan Pamerkan Jet Tempur Baru Buatannya

Menteri Pertahanan Iran Brigjen Amir Hatami menyatakan negara republik Islam ini memprioritaskan kekuatan rudal, dan akan mengungkap jet tempur baru buatannya pada peringatan Hari Industri Pertahanan Iran Rabu mendatang.

“Kami berkonsentrasi pada prioritas, dan prioritas kami yang pertama ialah bidang rudal di mana posisi kami baik dan kami harus meningkatkannya,” ujar Hatami dalam wawancara televisi pada Sabtu malam lalu (18/8/2018).

Menyinggung penyingkapan rudal baru Iran yang diberi nama “Fateh Mubin” yang merupakan hasil upgrade rudal “Fateh” dia mengatakan, “Kami memberikan perhatian secara bertahap kepada spesifikasi baru semisal kecepatan, keberkelitan dari radar, presisi optimal, stabilitas di berbagai cuaca, dan berbagai kemampuan strategis lain.”

Dia menjelaskan bahwa berbagai keberhasilan baru telah dicapai Iran di bidang persenjataan, antara lain dalam pencegatan rudal balistik dan rudal cruise serta di bidang tank Karrar yang kini sudah diserahkan kepada Angkatan Bersenjata Iran untuk dilakukan ujicoba final.

Di bidang industri pertahanan udara dia mengatakan, “Suatu jet tempur yang telah melewati berbagai tahap akan dipamerkan, dan akan mengudara pada Hari Industri Pertahanan, sebagaimana juga akan dipamerkan sarana pembuatannya.”

Mengenai sistem pertahanan udara Bavar 373 buatan Iran Hatami mengatakan sistem ini telah melewati beberapa tahap uji coba final sehingga dalam waktu dekat ini akan diserahkan kepada Angkatan Bersenjata Iran. (alalam)

SDF Berkemungkinan Bergabung Dengan Tentara Suriah

Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang merupakan sebuah aliansi Kurdi dan Arab Suriah menyatakan tidak tertutup kemungkinannya untuk bergabung dengan Pasukan Arab Suriah (SAA).

Kepala Dewan Eksekutif Majelis Demokrasi Suriah Ilham Ahmad menyebutkan bahwa kemungkinan itu tidak kecil.

“Kebergabungan bisa jadi akan dilakukan dalam satu dan lain bentuk di masa mendatang,” katanya, Ahad (19/8/2018).

Dia menjelaskan bahwa integrasi ini berkemungkian dilakukan apabila kedua pihak sudah bersepakatan mengenai sama depan dan pemerintahan Suriah, dan dalam perundingan dengan Damaskus SDF tidak menyinggung masalah keamanan.

Dia juga menyebutkan bahwa area-area minyak di kawasan Jazirah dan timur Sungai Furat akan tetap berada di bawah perlindungan SDF sampai krisis Suriah berakhir. (alalam)

Pasukan AS Tetap Dipertahankan Di Irak “Jika Dirasa Perlu”

Pasukan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) menyatakan keberadaan pasukan ini di Irak akan tetap dipertahankan “jika dirasa perlu.”

Hal tersebut dinyatakan jubir pasukan koalisi internasional Kol. Sean Ryan dalam jumpa pers di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, Ahad (19/8/2018).

Dia menilai bahwa keberadaan pasukan AS di Negeri 1001 Malam tersebut “membantu muwujudkan stabilitas di berbagai kawasan yang dikuasai oleh organisasi Negara Islam (IS/ISIS).”

Sementara itu, otoritas keamanan Irak di hari yang sama membuka kembali jalur utama yang menghubungkan Kirkuk dengan Arbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdistan Irak, setelah sekira 10 bulan ditutup akibat memburuknya hubungan antara pemerintah pusat Irak dan pemerintah otonomi Kurdistan.

Jalan itu sudah dapat digunakan lagi oleh para pengendara setelah Jembatan Altun Kupri diperbaiki. Jembatan ini sempat rusak akibat konfrontasi terbatas antara pasukan Irak dan pasukan Peshmerga Kurdistan pada tahun lalu.

Kepala Kepolisian Federal Irak Mayjen Shakir Joudat pada jumpa pers di jembatan tersebut mengatakan, “Sekarang jalur ini telah dibuka kembali untuk warga dengan segala jenis kendaraan mereka, kecuali truk angkutan barang dagangan, dan baru akan dibuka untuk kendaraan jenis ini pada 25 Agustus mendatang.”

Pasukan gabungan kedua pihak menangani pemeriksaan di Jembatan Altun Kupri yang menjadi perbatasan antara keduanya. Sejak tahun lalu peristiwa ini tercatat menjadi perkembangan pertama kalinya yang menunjukkan adanya perbaikan hubungan antara kedua pihak.

Krisis hubungan antara Baghdad dan Arbil mereda setelah terjadi beberapa perundingan mengenai hal-hal yang diperselisihkan oleh kedua pihak selama bertahun-tahun, termasuk mengenai status provinsi Kirkuk serta pengelolaaan kekayaan minyak, pelabuhan udara, dan pintu-pintu perbatasan. (raialyoum)