Rangkuman Berita Timteng Senin 11 Desember 2017

presiden-turki-erdoganJakarta, ICMES: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel “negara teroris yang membunuhi anak-anak kecil”. Dia juga mengaku “akan terus menempuh semua jalan” untuk melawan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota Israel.

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan lebih dari 150 orang Palestina cidera di berbagai wilayah pendudukan, 10 di antaranya terkena peluru tajam, dalam bentrokan terbaru warga Palestina dengan pasukan Israel.

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan negaranya bersedia menjalin lagi hubungan dengan Arab Saudi jika Riyadh memutus hubungannya dengan Rezim Zionis Israel dan menghentikan serangannya ke Yaman.

Kemlu Irak menyatakan pihaknya kecewa atas penolakan Liga Arab terhadap usuan Baghdad dalam sidang para menlu Liga Arab di Kairo, ibu kota Mesir, Sabtu lalu sehingga resolusi sidang ini lemah dalam menyikapi keputusan Trump mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.

Berita selengkapnya;

Presiden Turki: Kami Tidak Akan Membiarkan Al-Quds Dikuasai Negara Teroris Israel

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Israel “negara teroris yang membunuhi anak-anak kecil”. Dia juga mengaku “akan terus menempuh semua jalan” untuk melawan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota Israel.

“Palestina adalah korban yang tak bersalah, sedangkan Israel adalah negara teroris. Ya negara teroris. Kami tidak akan membiarkan Al-Quds berada di bawah negara yang membunuhi anak-anak kecil,” tegasnya, Minggu (10/12/2017).

Erdogan menyerukan kepada negara-negara Islam agar berbuat “lebih jauh dari sebatas mengecam” dalam konferensi tingkat tinggi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang akan diselenggarakan Rabu mendatang (13/12/2017) di Istanbul, Turki, untuk membahas keputusan Trump tersebut.

“Harus keluar dengan sikap yang lebih jauh dari sebatas kecaman,” ungkap Erdogan, seperti dikutip jubir pemerintah Turki Bekir Bozdag.

Buzdag menambahkan, “Mengenai Palestina dan Al-Quds, Turki berpijak pada kebijakan yang sangat tegas dan tanpa keraguan. Turki tidak akan mengubah pendapat dan pendiriannya, meskipun kami seorang diri dalam hal ini.” (rayalyoum)

Bentrokan Berlanjut, Ratusan Warga Palestina Orang Cidera

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan lebih dari 150 orang Palestina cidera di berbagai wilayah pendudukan, 10 di antaranya terkena peluru tajam, dalam bentrokan terbaru warga Palestina dengan pasukan Israel, Minggu (10/12/2017).

Beberapa orang Palestina cidera diterjang peluru karet dalam bentrokan Minggu sore dengan pasukan Israeldi pos Hawarah, selatan Nablus, Tepi Barat.

Sumber lokal mengatakan bahwa pasukan Israel melepaskan tembakan peluru karet dan gas air mata terhadap warga Palestina yang berunjuk rasa di pos tersebut untuk memrotes keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibu kota Israel. Enam orang terluka akibat serangan ini, dan pasukan Israel menutup pos itu dari dua arah.

Bulan Sabit Merah Palestina mencatat empat orang Palestina juga cidera terkena gas air mata di Gerbang Al-Birah, Bet Eil, empat lainnya terkena peluru tajam di Al-Urub, Al-Khalil, dan empat lagi terkena gas air mata di Gerbang Al-Zawiyah.

Selain itu, juga jatuh beberapa korban luka lain di pihak warga Palestina, yaitu dua orang di dekat masjid Bilah dan Rabah di Betlehem, lima di kamp pengungsi Ayedah, dan 24 di Tulkarem.

Di beberapa kawasan lain di Tepi Barat dan Jalur Gazajuga jatuh beberapa korban luka, enam di antaranya anak kecil.

Di pihak Israel, satu petugas keamanan bus Israel menderita luka parah ditikam warga Palestina di Al-Quds.

Sayap militer Hamas, Brigade Ezzeddin Al-Qassam, menegaskan, “Kami bersama rakyat untuk menuliskan cerita kebinasaan rezim pendudukan dan penjahat (Israel) dari negeri dan kesucian kami.”

Al-Qassam menyatakan bahwa dalam beberapa mendatang Israel akan menyesali kesalahannya meremehkan tekad dan kehendak resistensi bangsa Palestina. (alalam/pic)

Presiden Iran Ajukan Dua Syarat Untuk Pemulihan Hubungan Dengan Saudi

Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan negaranya bersedia menjalin lagi hubungan dengan Arab Saudi jika Riyadh memutus hubungannya dengan Rezim Zionis Israel dan menghentikan serangannya ke Yaman.

Di depan parlemen Iran, Minggu (10/12/2017), dia mengatakan, “Teheran siap membuka lembaran baru bersama Riyadh jika Riyadh menghentikan serangannya ke Yaman dan memutus persahabatannya yang salah dengan Rezim Zionis. Iran siap memulihkan hubungan (dengan Saudi), dan tak ada masalah dengan Saudi jika ia memenuhi dua tuntutan ini.”

Pada awal tahun 2016 Saudi memutus hubungan diplomatiknya dengan Iran setelah Kedubes Saudi di Teheran diserang demonstran yang memrotes hukuman mati Saudi terhadap ulama Syiah Saudi Syeikh Nimr Baqir Al-Nimr.

Rouhani mengingatkan, “Fondasi teroris telah runtuh di kawasan. Keamanan dan stabilitas sudah pulih di Irak dan Suriah, dan Yamanpun juga demikian di masa mendatang. Ini bukan berarti stabilitas sudah sepenuhnya pulih, tapi fondasi terorisme di kawasan sudah runtuh.” (rayalyoum/alalam)

Irak Kecewa Kepada Sikap Liga Arab Terhadap Keputusan Trump Mengenai Al-Quds

Kemlu Irak menyatakan pihaknya kecewa atas penolakan Liga Arab terhadap usuan Baghdad dalam sidang para menlu Liga Arab di Kairo, ibu kota Mesir, Sabtu lalu sehingga resolusi sidang ini lemah dalam menyikapi keputusan Trump mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.

Jubir Kemlu Irak Ahmad Mahjoub, Minggu (10/11/2017),  mengatakan, “Menlu (Irak) Ibrahim Jaafari telah menunjukkan keberatannya atas resolusi Arab yang dirilis dalam pertemuan para menlu Arab di Kairo kemarin.”

Dia menambahkan, “Usulan Irak yang mengandung penempuhan tindakan diplomatik dan ekonomi bersama untuk mempertahankan hak bangsa Palestina dan ibu kota negaranya, Al-Quds, telah ditolak.”

Ahmad Mahjoub menjelaskan, “Jaafari menunjukkan kekecewaannya terhadap penolakan usulan Irak dan lemahnya resolusi Arab karena berada di bawah level yang dikehendaki dan tidak setara dengan ancaman yang mengarah kepada Al-Quds. Dia mengajak negara-negara Arab mengambil tindakan politik dan ekonomi yang sekira dapat melindungi Al-Quds.”

Menurutnya, sikap delegasi Irak sejalan dengan aspirasi rakyat dan pemerintah Irak serta masyarakat di negara-negara Arab dalam menyikapi isu Palestina dan upaya menghadapi ancaman yang mengarah kepadanya.

Senada dengan ini, Raziq Abdul Aimmah, anggota komisi hubungan luar negeri parlemen Irak, mengatakan, “Deklarasi para menlu Arab mengenai Al-Quds mengecewakan, karena bahkan tidak sejalan dengan sikap rakyat mereka dalam unjuk rasa kemarahan yang terjadi di sebagian besar negara Arab terhadap keputusan Amerika.”

Dia melanjutkan, “Naif sekali, pendirian Arab yang dipantulkan oleh para menlu Arab sangat lemah, dan ini menguntungkan Israel. Presiden Amerika akan menyusul keputusannya itu dengan tindakan-tindakan lain dan keputusan-keputusan untuk kepentingan Israel terhadap Arab dan umat Islam.”

Dalam resolusi yang terdiri atas 16 pasal itu Liga Arab mengecam keputusan Trump dan menyebutnya menyalahi undang-undang internasional, merusak  “solusi dua negara” (Palestina dan Israel), dan meningkatkan kekerasan. (rayalyoum)