Rangkuman Berita Timteng, Selasa 23 Mei 2017

Jakarta, ICMES: Presiden Iran, Hassan Rouhani, menilai pertemuan puncak Amerika Serikat dengan negara-negara Arab dan Islam di Riyadh, Arab Saudi, tak lebih dari sekedar “pameran” tanpa “nilai politik apapun.”

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel menyatakan akan menghadapi Iran “ancaman Iran”.

Tokoh Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, Mousa Abu Marzook, mengecam tudingan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Hamas merupakan kelompok teroris.

Satu warga Palestina gugur syahid ditembak polisi Israel di sebuah kawasan dekat Baitul Maqdis (Yerussalem) karena diketahui berusaha menikam petugas Israel dengan senjata tajam.

Berita selengkapnya;

Iran Remehkan Pertemuan Trump Dengan Para Pemimpin Arab dan Islam

Presiden Iran, Hassan Rouhani, Senin (22/5/2017), menilai pertemuan puncak Amerika Serikat dengan negara-negara Arab dan Islam di Riyadh, Arab Saudi, yang menghasilkan kecaman-kecaman keras terhadap Iran tak lebih dari sekedar “pameran” tanpa “nilai politik apapun.”

Dalam konferensi pers pertama sejak dia terpilih lagi dalam pilpres Iran ke-12 Rouhani mengatakan, “Pertemuan di Saudi merupakan pameran yang sama sekali tak memiliki nilai politik, dan Saudi dulu juga sudah pernah menggelar pameran sedemikiran rupa.”

Menyinggung kesepakatan yang telah diteken Kerajaan Saudi dengan Presiden Amerika Donald Trump senilai 380 milyar Dolar AS, Rouhani mengecam rezim Riyadh dengan mengatakan, “Kalian tak dapat menyelesaikan masalah terorisme dengan cara memberikan harta kekayaan bangsa Anda kepada kekuatan besar.”

Dia juga mengatakan, “Mereka yang memerangi teroris adalah dua bangsa Irak dan Suriah, sementara para penasehat militer Iran membantu mereka. Kami akan terus melakukan hal ini,” lanjutnya. Kemudian, tanpa menyebutkan nama Saudi dia melanjutkan, “Siapa yang mendukung para teroris tidak akan bisa memerangi mereka.”

Mengenai pilpres Iran yang sukses digelar Jumat lalu di mana dia yang dikenal sebagai sosok reformis dapat mengalahkan saingan beratnya, Ebrahim Raisi, yang dipandang sebagai sosok konservatif, Rouhani mengatakan bahwa kemenangannya ini merupakan pesan bagi dunia bahwa  Teheran terbuka dan siap menjalin kesepakatan dengan khalayak internasional.

“Kami ingin mengatakan kepada dunia bahwa kami siap berinteraksi berdasarkan prinsip saling menghormati dan kepentingan bersama,” imbuhnya.

Menanggapi kecaman Donald Trump terhadap Iran, dia mengingatkan bahwa negaranya sama sekali tidak memerlukan persetujuan dari AS dalam melakukan ujicoba rudal yang akan terus dilakukan “selagi masih ada kebutuhan teknis.”

Rouhani menegaskan, “Rudal-rudal kami adalah demi pertahanan diri dan demi perdamaian, bukan ofensif. Ketahuilah bahwa selagi masih ada kebutuhan teknis untuk melakukan ujicoba rudal maka kami akan melakukannya dan tidak akan pernah meminta izin siapapun.”

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan dengan para pemimpin Arab dan Islam di Riyadh, Arab Saudi, Minggu (21/5/2017), melontarkan kecaman keras terhadap Iran dengan mengatakan, “Dari Libanon hingga Irak dan Yaman, Iran mendanai, mempersenjatai dan melatih para teroris, milisi, dan kelompok-kelompok ekstrem lain yang menebar kehancuran dan kekacauan di berbagai penjuru kawasan.”

Trump lantas menyeru semua negara dunia supaya “bekersama mengucilkan Iran.” (alam/rayalyoum)

Trump Dan Netanyahu Tegaskan Akan Tangani “Ancaman Iran”

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam konferensi pers bersama di Baitul Maqdis (al-Quds/Yerussalem), Senin (22/5/2017), berjanji melakukan upaya baru dalam proses perdamaian Isreel dengan Palestina dan untuk menghadapi Iran.

“Saya ingin Anda tahu betapa kami menghargai perubahan kebijakan Amerika terhadap Iran… Kami dapat menahan pawai Iran di wilayah ini dan menggagalkan ambisi Iran yang tak terkendali ” kata Netanyahu.

Dia memuji Trump dengan karena “Keputusan berani Anda bertindak melawan penggunaan senjata kimia di Suriah, dan saya ingin memberi tahu Anda juga betapa kami menghargai penegasan kembali kepemimpinan Amerika di Tengah Timur.”

Netanyahu juga menyebut Baitul Maqdis sebagai ibukota persatuan dan abadi bagi Israel, dan berterima kasih  kepada Trump karena telah menjadi presiden AS yang pertama kali mengunjungi Tembok Barat (Tembok Ratapan).

“Anda mencatat dengan sangat ringkas bahwa bahaya umum mengubah mantan musuh menjadi mitra, dan di situlah kita melihat sesuatu yang baru dan berpotensi sangat menjanjikan… Ini tidak akan sederhana, tapi untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, dan pertama kalinya dalam hidup saya, saya melihat harapan nyata akan perubahan,” ungkap Netanyahu.

Di pihak lain, Trump mengatakan bahwa dia ingin menegaskan kembali “ikatan persahabatan yang tidak dapat dipecahkan” antara AS dan Israel,  dan mengaku  “sangat terharu” dengan kunjungannya ke Tembok Barat Senin kemarin.

“Ini akan meninggalkan kesan pada saya untuk selamanya,” ucapnya Trump.

Dia menyebut perdana menteri Israel “bekerja sangat keras “untuk perdamaian dan “AS siap membantu dengan segala cara” yang bisa dilakukan.

Trump melanjutkan, “Kita benar-benar dapat mencapai masa depan yang lebih damai untuk wilayah ini dan untuk orang-orang dari semua agama dan semua kepercayaan, dan terus terang di seluruh dunia … Ada banyak cinta di luar sana.” (nbcnews)

Disebut Teroris Oleh Trump, Ini Tanggapan Hamas

Tokoh Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, Mousa Abu Marzook, mengecam tudingan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di depan para pemimpin negara-negara Arab dan Islam di Riyadh, Arab Saudi, bahwa Hamas merupakan kelompok teroris.

Di halaman Twitter-nya, Senin (22/5/2017), dia menyatakan bahwa tudingan itu memprihatinkan meskipun bukan merupakan sesuatu yang baru.

“Hamas merupakan gerakan pembebasan nasional yang berjuang membela bangsanya di depan rezim pendudukan, sementara AS merupakan mitra dan sekutu rezim ini yang dengan dana dan senjatanya telah andil dalam kejahatan perang terhadap bangsa Palestina,” tulis Marzook.

Anggota Biro Politik Hamas ini menyebut Trump sebagai orang yang buta kebenaran dan tak mengerti politik sehingga menganggap Hamas sebagai pihak yang bertanggungjawab atas blokade dan pembasmian yang dilakukan Israel terhadap Jalur Gaza.

Sebelumnya, berbagai kelompok pejuang Palestina juga telah merilis statemen berisikan kecaman terhadap klaim Trump mengenai Hamas tersebut dan menilainya benar-benar berpihak kepada Israel.

Faksi-faksi Palestina menegaskan bahwa pernyataan Trump di depan 55 pemimpin negara Arab dan Islam di Riyadh ditujukan untuk membantu Israel dan diupayakan supaya negara-negara ini mengakui eksistensi Israel serta menjadikan Tel Aviv sebagai sekutu mereka.

Dalam pertemuan yang berlangsung pada Minggu lalu itu Trump menyebut ISIS, Hizbullah, dan Hamas sebagai ancaman teror bagi kawasan Timteng. Dia lantas menyerukan kepada para pemimpin Arab dan Islam supaya mengusir para ekstrimis. (irna)

Trump Datang, Satu Pemuda Palestina Gugur di Baitul Maqdis

Satu warga Palestina gugur syahid ditembak polisi Israel di sebuah kawasan dekat Baitul Maqdis (Yerussalem), Senin (22/5/2017). Polisi Israel menyatakan korban ditembak karena berusaha menikam petugas Israel dengan senjata tajam.

Peristiwa ini terjadi ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang berkunjung ke Baitul Maqdis, sementara di Tepi Barat terjadi bentrokan manakala warga Palestina mengumumkan aksi mogok makan sebagai bentuk solidaritas dengan ratusan tahanan yang berada dalam kondisi kritis akibat aksi mogok makan mereka di penjara-penjara Israel .

Polisi mengatakan upaya penikaman terjadi di dekat Abu Dis, sebuah kota kecil Palestina di pinggiran Yerusalem, dan pemuda itu ditembak tepat ketika dia sedang menggerakkan pisaunya ke arah petugas.

Ketua otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Senin malam, mengadakan pertemuan dengan keluarga beberapa tahanan Palestina yang menjalankan aksi mogok makan massal. Abbas mengatakan kepada mereka bahwa dia sedang mencoba mencapai kesepakatan dengan Israel untuk mengakhiri aksi mogok.

Ratusan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel sudah memasuki hari ke-36 dalam aksi mogok tersebut sebagai bentuk perjuangan untuk memperbaiki kondisi mereka di dalam penjara. Aksi mogok ini mendapat dukungan luas dari warga Palestina.

Israel menyatakan  pemimpin aksi mogok, Marwan Barghouti, pengganti potensial Mahmoud Abbas, menggunakan aksi itu untuk meningkatkan profil politiknya. Israel kemudian merilis rekaman yang   menunjukkan Barghouti mengakhiri aksi mogoknya, tapi pihak Palestina menyebut rekaman itu palsu. (ctcnews)