Jakarta, ICMES: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa penyelidikan di konsulat Arab Saudi di Istanbul akan dilanjutkan dan akan melacak kemungkinan adanya zat beracun.
Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa Republik Islam Iran merupakan negara pertama di kawasan dan kedelapan di dunia di bidang rudal.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman kembali menyerukan serangan terhadap faksi pejuang Palestina Hamas di Jalur Gaza, meskipun mengundang resiko perang total.
Berita selengkapnya:
Erdogan: Penyelidikan Di Konsulat Saudi Akan Dilanjutkan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa penyelidikan di konsulat Arab Saudi di Istanbul akan dilanjutkan dan akan melacak kemungkinan adanya zat beracun.
Kepada wartawan dia mengaku berharap akan mencapai kesimpulan yang logis secepatnya dalam penyelidikan atas misteri hilangnya jurnalis dan kritikus ternama Saudi Jamal Khashoggi tersebut.
Erdogan memastikan bahwa penyelidikan di konsulat Saudi di Istanbul akan berlanjut untuk meneliti kemungkinan adanya zat beracun, sebagaimana dilansir kantor berita Turki, Anadolu, Selasa (16/10/2018).
Menurutnya, beberapa zat kimia telah dipakai di konsulat di mana Khasshoggi menghilang sejak dua pekan lalu tersebut.
Sebelumnya, Erdogan telah dihubungi via telefon oleh Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi, dan saat itu Salman berterima kasih kepada Erdogan karena Turki telah menerima usulan Saudi untuk pembentukan tim kolektif Turki-Saudi guna menyelidiki kasus hilangnya Khashoggi.
Khashoggi hingga kini belum jelas nasibnya setelah memasuki gedung konsulat Saudi pada 2 Oktober lalu. Otoritas Saudi mengklaim bahwa dia telah meninggalkan gedung itu, namun otoritas Turki membantah klaim ini, sementara di media telah beredar keterangan dari sumber-sumber pejabat Turki bahwa Khashoggi telah dibunuh di dalam Konsulat.
Dalam perkembangan terbaru, sumber anonim di kantor kejaksaan Turki menyebutkan bahwa tim penyelidik Turki telah menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Khashoggi terbunuh.
Kasus ini mendapat perhatian dari sejumlah negara besar. Perancis dan Inggris mendesak Saudi agar memberikan keterangan “rinci dan segera” mengenai hilangnya Khashoggi, sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan bahwa dirinya percaya kepada keterangan dari pihak Turki. (raialyoum/alalam)
IRGC Paparkan Kehebatan Rudalnya Di Pentas Dunia
Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa Republik Islam Iran merupakan negara pertama di kawasan dan kedelapan di dunia di bidang rudal.
“Koreapun berada di bawah kami di bidang ini,” ungkapnya dalam sebuah pertemuan di Teheran, Selasa (16/10/2018).
Dia menjelaskan, “Kami sekarang termasuk 15 negara terkemuka di dunia di bidang pesawat nirawak, bahkan berada di depan Rusia dan Cina. Kami juga memiliki kekuatan yang baik di bidang pertahanan udara, dan memiliki perlengkapan di atas Rusia, Perancis, Cina, dan Inggris.”
Dia juga mengatakan, “Kami berhasil membuat rudal balistik pantai ke laut, bukan cruise, yang dapat membidik sasaran maritim dari jarak 700 kilometer.”
Menurutnya, Iran telah berhasil menambah jarak jelajah rudal maritimnya hingga menjadi 700 kilometer.
“Rudal-rudal Iran sekarang mencapai 2000 kilometer, dan semuanya memiliki keistimewaan berupa kemampuan menyasar titik,” imbuhnya.
Jenderal Hajizadeh kemudian menyebutkan bahwa nirawak pembom Iran sejauh ini sudah melancarkan 700 misi tempur anti kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah, dan misi ini antara lain berhasil menghancurkan berbagai jenis peralatan tempur ISIS, termasuk tank, kendaraan pengangkut personil, bom-bom mobil, dan parit-parit pertahanan.
Dia mengatakan, “Jarak jelajah rudal-rudal kami antara 200 hingga 2000 kilometer, dan semuanya berpresisi tinggi, sementara rudal-rudal kami yang sebelumnyapun sejauh ini masih belum dimodifikasi menjadi rudal-rudal presisi tinggi.” (alalam)
Lieberman Serukan Serang Hamas, Meski Beresiko Perang Total
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman kembali menyerukan serangan terhadap faksi pejuang Palestina Hamas di Jalur Gaza, meskipun mengundang resiko perang total.
“Israel harus mengambil keputusan apakah berniat memerangi Hamas lagi atau tidak.,” kata Lieberman ketika melakukan inspeksi ke kawasan perbatasan antara Israel (Palestina pendudukan 1948) dan Jalur Gaza, Selasa (16/10/2018).
Pernyataan ini mengacu pada rapat yang akan diselenggarakan Rabu (17/10/2018). Dia menegaskan bahwa Israel harus melancarkan serangan militer terhadap Hamas “meskipun menjurus kepada konfrontasi besar.”
Dia menambahkan, “Israel tidak ingin melanjutkan kekerasan di pagar perbatasan dengan Jalur Gaza sebagaimana yang terjadi sejauh ini. Pendirianku sangat jelas, kita harus melancarkan serangan sengit terhadap Hamas. Inilah satu-satunya jalan untuk menurunkan level kekerasan hingga ke nol atau yang mendekatinya.”
Dia menyebutkan bahwa peristiwa yang terjadi Jumat lalu telah membuatnya menyadai bahwa situasi telah berubah, dan bahwa Israel harus mengubah metodenya dalam menghadapi aneka peristiwa di wilayah perbatasan.
“Setelah kita memperkenankan PBB untuk memasok bahan bakar (ke Jalur Gaza), kita tidak mendapat balasan apapun kecuali kekerasan. Kita sudah mencapai garis merah, dan tiba saatnya untuk mengambil keputusan,” klaimnya.
Lieberman mengakui bahwa problema Gaza terletak bukan pada tindakan taktis yang ditempuh Hamas, termasuk penggunaan bom layang-layang dan pembakaran bom mobil, melainkan keputusan organisasi ini untuk bertindak demi pencabutan blokade.
“Cacat genetik bangsa Yahudi ialah mereka enggan mendengar, dan semata menafsirkan perkara semaunya sendiri. Kita harus menerima segala sesuatu apa adanya,” ujarnya.
Menurutnya, Israel telah menempuh segala cara untuk menghindari eskalasi kekerasan di perbatasan.
“Kami sudah kehabisan semua opsi dan fasilitas, dan sekarang tiba saatnya untuk mengambil keputusan,” tegasnya. (maan)