Rangkuman Berita Timteng Jumat 29 Desember 2017

nasrallah dan bin salman2Jakarta, ICMES:  Arab Saudi berencana menghantam kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon dengan cara mempersenjata milisi di kamp-kamp pengungsi Palestina.

Kelompok Ansarullah (Houthi) memublikasi beberapa foto sejumlah petinggi Yaman yang diklaim Saudi terbunuh akibat gelombang serangan udara pasukan koalisi Arab pimpinan Saudi ke Yaman belakangan ini.

Israel menjalin perjanjian rahasia dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengatasi “ancaman Iran.”

Utusan khusus Presiden Rusia Alexander Lavrentiev menyatakan bahwa banyak negara yang semula bersikap keras terhadap pemerintah Suriah belakangan ini mengubah sikap tersebut.

Berita selengkapnya;

New York Times Ungkap Rencana Baru Saudi Untuk Menyerang Hizbullah

Surat kabar Amerika Serikat (AS) New York Times (NYT) mengungkap adanya rencana baru jangka panjang Arab Saudi untuk menghantam kelompok pejuang Hizbullah di Lebanon dengan cara mempersenjata milisi di kamp-kamp pengungsi Palestina di Lebanon.

Dalam laporannya Senin (25/12/2017) NYT menyebutkan, “Saudi berusaha mempersenjatai kelompok-kelompok milisi di kamp-kamp pengungsi Palestina untuk menghadapi Hizbullah dengan tujuan menambah pengaruh Saudi di depan hantaman pengaruh Iran di Lebanon.”

NYT menambahkan , “Para pejabat Lebanon dan Barat telah mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap instabilitas kamp pengungsi dan terbentuknya kelompok-kelompok milisi di dalam dan di luarnya, sementara seorang pejabat Saudi mengaku sama sekali tidak mencari kondisi demikian.”

Mengutip keterangan para pejabat Lebanon dan sejumlah diplomat Barat, NYT melaporkan adanya kekuatiran di Beirut terhadap sepak terjang Saudi dan orang-orang Lebanon sekutunya untuk membentuk milisi-milisi anti Hizbullah di kamp-kamp pengungsi dan di manapun, dan kekuatiran ini membuat para pejabat Lebanon berusaha melakukan berbagai langkah antisipasi.

Sebelumnya, surat kabar Middle East Eye yang berbasis di Inggris melansir pernyataan berbagai sumber mengenai rincian peristiwa kunjungan ketua otoritas Palestina Mahmoud Abbas ke Saudi.

Dilaporkan bahwa saat itu Putera Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mendesak Mahmoud Abbas supaya berusaha menggiring orang-orang Palestina di Lebanon masuk ke dalam kubu Saudi dan menjauhi kubu Iran yang diwakili oleh Hizbullah,dan Bin Salman mengingatkan bahwa jika Mahmoud Abbas tidak sanggup melakukannya maka ada orang lain yang sanggup, yaitu Mohammad Dahlan, saingannya di tubuh organisasi Fatah. (sputnik)

Ansarullah Kagetkan Saudi Dengan Foto Para Tokoh Yaman Yang Diisukan Terbunuh

Kelompok Ansarullah (Houthi) memublikasi beberapa foto kunjungan ketua Komite Revolusi Tinggi Mohammad Ali Al-Houthi, kepala Badan Intelijen Mayjen Abdulllah Yahya, dan direktur Departemen Bimbingan Mental Brigjen Yahya Al-Hakim Mohammad Al-Mahdi ke Monumen “Al-Qabr Al-Mashri”, Sanaa, ibu kota Yaman, Rabu (27/12/2017).

Publikasi foto-foto baru para petinggi Yaman ini mengejutkan karena sebelum itu media Arab Saudi dan sekutunya melansir berita yang memastikan bahwa para tokoh itu terbunuh akibat gelombang serangan udara pasukan koalisi Arab pimpinan Saudi ke Yaman belakangan ini.

Mereka mendatangi monumen itu untuk melihat kerusakan area monumen akibat serangan yang menewaskan penjaga monumen bersama seluruh anggota keluarganya.

Mohammad Ali Al-Houthi mengatakan bahwa serangan Saudi terhadap warga dan fasilitas sipil justru menunjukkan bahwa agresi Saudi akan segera terkalahkan oleh perlawanan Yaman setelah rakyat dan pasukan negara ini dapat mematahkan semua alasan Saudi dan sekutunya dalam melancarkan agresi tersebut.

“Selama 1000 pertahanan dan konfrontasi kami berhasil mengembangkan kekuatan kami justru di tengah situasi yang sangat sulit, dan dengan kekuatan dan kemampuan kami yang terbatas kami sekarang justru memegang kendali di lapangan dan mengubah jalannya pertempuran,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa Saudi dan sekutunya selaku pihak agresor bertanggungjawab penuh di depan sejarah, moral, undang-undang, dan kemanusiaan atas pelanggaran terhadap kedaulatan Yaman dan semua kejahatannya terhadap negara ini.

Al-Qabr Al-Mashri merupakan monemen yang dulu didirikan oleh pemerintah Mesir untuk mengenang tentara Mesir yang terbunuh dalam perang Yaman pada peristiwa Revolusi 26 September yang terjadi pada tahun 1960-an.

Pasukan koalisi pimpinan Saudi mengklaim bahwa dalam gelombang serangan terbarunya mereka berhasil menghabisi sejumlah tokoh dan banyak anggota Ansarullah Yaman yang mereka perangi.

Ansarullah segera membantah klaim ini dan menyebutnya sebagai modus Saudi untuk menutupi fakta banyaknya warga sipil yang terbunuh.

Kamis (28/12/2017) PBB mengumumkan bahwa sebanyak 68 warga sipil terbunuh akibat dua gelombang serangan udara Saudi dan sekutunya yang sebagian di antaranya menimpa sebuah pasar  dan area pertanian Selasa lalu.

Koordinator PBB Urusan Kemanusian di Yaman  Jamie McGoldrick dalam statemennya merinci bahwa 54 warga sipil terbunuh, 8 di antaranya anak kecil, dalam serangan pertama yang menimpa pasar di kawasan al-Himah, Taiz.

Sumber-sumber lokal menyatakan bahwa 14 warga sipil juga terbunuh akibat serangan udara pasukan koalisi Arab di lokasi lain. (alalam/almasryalyoum/rayalyoum)

AS Dan Israel Jalin Kesepakatan Rahasia Untuk Mengatasi “Ancaman Iran”

TV Israel channel 10 dalam laporan khususnya, Kamis (28/12/2017), menyebutkan bahwa negara Zionis ini menjalin perjanjian rahasia dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengatasi “ancaman Iran.”

Mengutip keterangan “perwakilan tinggi” pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, saluran itu menjelaskan bahwa perjanjian itu dicapai dalam sebuah pertemuan rahasia para pejabat keamanan dan intelijen kedua negara di Gedung Putih pada 12 Desember lalu.

Dalam pertemuan itu delegasi Israel dipimpin oleh penesehat keamanan nasional Meir Ben-Shabbat, Israel, sedangkan delegasi AS dipimpin oleh penasehat keamanan nasional Herbert McMaster.

Kesepakatan ini menjamin transformasi beberapa prinsip yang dinyatakan Trump dalam pidatonya mengenai Iran pada 13 Oktober lalu menjadi langkah-langkah kongret.

Dalam kesepakatan itu keduanya mengakui beberapa tujuan strategis kolektif kedua negara, dan mencanangkan pembentukan beberapa kelompok kerja. Kelompok pertama membawa misi membangun mekanisme diplomatik. Sedangkan kelompok kedua membawa misi rahasia dengan target mencegah “upaya Iran” meraih senjata nuklir dan memperkuat posisinya sebagai kekuatan regional di negara-negara lain semisal Suriah dan Lebanon.

Kelompok kedua juga bertugas mengoordinasi kebijakan Israel dan AS di kawasan pasca perang saudara di Suriah, dan mengatur perlakuan terhadap kelompok Hizbullah Lebanon yang mereka anggap sebagai kelompok teroris.

Kelompok ketiga menjalankan tugas khusus berkenaan dengan program rudal balistik Iran, sementara kelompok keempat bertugas mempelajari berbagai skenario keterlibatan Iran atau Hizbullah dalam konflik regional yang berpotensi meledakkan Timteng secara keseluruhan. (rayalyoum)

Saudi Dikabarkan Mengubah Sikapnya Soal Bashar Al-Assad

Utusan khusus Presiden Rusia Alexander Lavrentiev menyatakan bahwa banyak negara yang semula bersikap keras terhadap pemerintah Suriah belakangan ini mengubah sikap tersebut.

Dalam wawancara dengan kantor berita Novosti milik Rusia, Kamis (28/12/2017), Lavrentiev bahkan menyebutkan nama negara Arab Saudi yang selama ini terdepan dalam memerangi pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Menurutnya, dalam sebuah konferensi di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, delegasi Saudi justru berusaha membujuk kubu oposisi Suriah agar dalam statemen mereka tidak lagi menggunakan kalimat bahwa Al-Assad harus mundur.

“Saudi berusaha dengan sejujurnya mengembalikan kubu oposisi kepada kedewasaan mereka, dan berusaha meyakinkan mereka bahwa deklarasi tidaklah urgen memuat kalimat yang sedemikian mengusik otoritas (Suriah) yang ada dewasa ini,” ungkapnya.

Lavrentiev mengatakan bahwa banyak orang, termasuk Menlu Saudi Adel Al-Jubeir, mengimbau oposisi Suriah agar menghindari kalimat demikian agar perundingan di Jenewa untuk penyelesaian krisis Suriah dapat berjalan normal.  Hanya saja, lanjut Lavrentiev, “mereka tak berhasil.” (alalam)