Rangkuman Berita Timteng Jumat 28 Juli 2017

liga arabJakarta, ICMES: Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menuduh Rezim Zionis Israel bermaksud menyulut perang bermotif agama dengan cara memaksakan diri berdaulat atas tanah suci Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsa.

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan pihaknya telah mengobati 46 warga Palestina yang terluka dalam insiden kekerasan  pasukan keamanan Rezim Zionis Israel terhadap  warga Palestina di gerbang-gerbang serta di dalam komplek Masjid al-Aqsa, Baitul Maqdis.

Tentara Suriah berhasil bergerak pesat dan menguasai sebagian wilayah kota al-Sukhnah di bagian timur provinsi Homs yang menjadi markas terakhir kawanan teroris takfiri ISIS.

Juru bicara pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Ahmad al-Asadi, memastikan bahwa pasukan ini akan tetap eksis dalam kondisi apapun.

Berita selengkapnya;

Sekjen Liga Arab Tuding Israel Kobarkan Perang Agama

Sekjen Liga Arab Ahmed Aboul Gheit menuduh Rezim Zionis Israel bermaksud menyulut perang bermotif agama dengan cara memaksakan diri berdaulat atas tanah suci Baitul Maqdis dan Masjid al-Aqsa.

Dalam sidang darurat dewan menteri Liga Arab  di Kairo, Mesir, Kamis (27/7/2017), untuk membahas perkembangan situasi di Baitul Maqdis dia menegaskan, “Tak ada kedaulatan bagi rezim pendudukan atas Haram al-Quds atau Masjid al-Aqsa. Tak seorangpun di dunia mengakui kedaulatan ini.  Upaya berdaulat atasnya dengan cara paksa dan de facto merupakan tindakan bermain api sehingga hanya akan menyulut perang keagamaan dan pengalihan konflik dari politik kepada agama dengan segala bahaya yang terkandung di dalamnya.”

Dia menambahkan, “Saya menyerukan kepada negara pendudukan agar dengan seksama mempelajari krisis ini dan pesan yang ada di dalamnya.”

Seperti diketahui, bentrokan berdarah antara warga Palestina dan pasukan Zionis Israel pecah di Baitul Maqdis dan Tepi Barat sejak Israel memasang pintu pemindai logam di gerbang-gerbang Masjid al-Aqsa pasca insiden serangan yang menewaskan dua polisi Israel dan menggugurkan tiga pemuda Palestina pada 14 Juli lalu.

Pihak Palestina menilai pemasangan alat tersebut sebagai modus Israel untuk memaksakan kekuasaannya atas Masjid al-Aqsa yang masih diakui dunia sebagai milik bangsa Palestina dan disucikan oleh seluruh umat Islam tersebut.

Kamis kemarin juga pecah bentrokan antara polisi Israel dan para pemuda Palestina di gerbang-gerbang al-Aqsa ketika ribuan warga Muslim hendak masuk ke komplek masjid ini setelah Israel membongkar peralatan elektronik tersebut.

Para menteri luar negeri Liga Arab dalam deklarasi sidangnya “mengecam sekeras-kerasnya langkah-langkah dan kebijakan Israel yang bertujuan men-Judaisasi kota pendudukan al-Quds dan mendistorsi karakteristik Arab dan Muslimnya.”

Deklarasi ini juga menegaskan “Al-Quds (Baitul Maqdis/Yerussalem) timur merupakan ibu kota negara Palestina,” dan “menolak serta mencela seluruh tindakan pasukan pendudukan yang bertujuan merusak kedaulatan Palestina atas al-Quds.”  (rayalyoum)

Pasukan Israel Serbu Al-Aqsa, Puluhan Warga Palestina Terluka

Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan pihaknya telah mengobati 46 warga Palestina yang terluka dalam insiden kekerasan  pasukan keamanan Rezim Zionis Israel terhadap  warga Palestina di gerbang-gerbang serta di dalam komplek Masjid al-Aqsa, Baitul Maqdis (al-Quds/Yerussalem), Kamis (27/7/2017).

Lembaga ini menjelaskan bahwa cidera yang dialami puluhan warga itu antara lain patah tulang serta luka diterjang peluru karet, gas air mata, dan bom suara, dan lima orang di antaranya diobati di dalam komplek masjid.

Para saksi mata mengatakan bahwa pada Kamis sore waktu setempat pasukan Israel menyerbu komplek itu lalu menyerang jemaah shalat, menangkap sejumlah pemuda, dan menutup semua gerbang al-Aqsa. Mereka menambahkan bahwa kekerasan pasukan Zionis  yang mengepung jemaah shalat dari semua arah terjadi terutama di lokasi Mushalla Qubbah al-Sakhrah.

Sebanyak 41 orang Palestina terluka akibat serangan pasukan Zionis di dekat Gerbang Hittah dan Gerbang al-Asbat yang berada di sisi utara al-Aqsa ketika mereka hendak memasuki masjid ini untuk menunaikan shalat Asar. Polisi Israel saat itu juga menghalangi regu-regu Bulan Sabit Merah Palestina yang akan menolong warga yang terluka.

Meski demikian, ribuan warga Palestina dapat menunaikan shalat Asar di komplek al-Aqsa untuk pertama kalinya dalam 12 hari terakhir. Saat itu polisi Israel mengerahkan personilnya dalam jumlah besar di kawasan Gerbang Hittah ketika ribuan warga Palestina berbondong-bondong masuk ke dalam komplek setelah mereka menolak memasukinya selama 12 hari sebagai bentuk protes atas sistem pengamanan Israel.

Warga Palestina yang semula hampir dua minggu menunaikan shalat di jalanan dan tempat-tempat terbuka sekitar al-Aqsa itu masuk ke komplek al-Aqsa. Mereka bergerak dengan dipimpin oleh para pemuka agama al-Quds yang sebelumnya telah menyerukan penunaian shalat Asar di dalam Masjid al-Aqsa untuk pertama kalinya selama kurun waktu tersebut.

Kepala bidang wakaf al-Aqsa, Syekh Abdel-Azeem Salhab, dalam jumpa pers menyebut peristiwa ini sebagai kemenangan.

“Kemenangan ini merupakan kemenangan bagi bangsa Palestina dengan persatuan mereka di belakang para pemimpin mereka, para ulama dan pemuka agama, yang telah memperlihatkan kepada seluruh khalayak dunia bahwa bangsa Palestina tidak menerima akidahnya diusik, dan Masjid al-Aqsa adalah akidah,” tegasnya saat massa Palestina akan bergerak masuk ke komplek al-Aqsa untuk mendirikan shalat Asar. (rayalyoum)

Tentara Suriah Kuasai Markas Terakhir ISIS di Provinsi Homs

Tentara Suriah berhasil bergerak pesat dan menguasai sebagian wilayah kota al-Sukhnah di bagian timur provinsi Homs yang menjadi markas terakhir kawanan teroris takfiri ISIS, Kamis (27/7/2017). Perkembangan ini terjadi dalam pergerakannya menuju kedalaman wilayah provinsi Deir Ezzor , Suriah timur, yang sebagian besar masih dikuasai ISIS.

Tentara Suriah semula dilaporkan berhasil mengusai Perbukitan Hakimah dan mencapai kawasan sekitar sumur gas al-Sukhnah yang berjarak 2 kilometer dari kota al-Sukhnah di arah selatan.

Hal ini terjadi setelah tentara Suriah dan sekutunya melanjutkan operasi mereka di kawasan ladang al-Hail – al-Sukhnah dan berhasil mengembangkan kekuasaanya atas sejumlah titik dan Perbukitan al-Hakimah sehingga berada di lokasi sejarak 11 kilometer dari kota al-Sakhnah di arah barat daya.

Sumber militer menyebutkan bahwa dengan kemajuan ini tentara Suriah dapat mendekati Gunung al-Rabiat, dan pertempuran sengit  berlangsung di kawasan ini hingga menjatuhkan sejumlah korban tewas dan luka. Bersamaan dengan ini tentara Suriah juga mendekati kota al-Sukhnah dari arah timur ladang al-Hil hingga sejarak kurang dari 9 kilometer.

Sumber itu menambahkan bahwa tentara Suriah selanjutnya berhasil menguasai banyak bagian kota tersebut dan di sana mereka mulai melakukan operasi pembersihan ranjau dan bahan-bahan peledak aktif lainnya.

Tentara Suriah diduga akan segera mengumumkan keberhasilannya menguasai penuh kota strategis al-Sukhnah yang berjarak sekira 30 km dari perbatasan provinsi Deir Ezzor.

Di sisi lain, para aktivis Suriah menyebutkan bahwa didukung pasukan udara Rusia tentara Suriah telah mendekati markas ISIS di provinsi Homs sejarak 5 kilometer dan pertempuran hebat terpusat di jalur yang menghubungan al-Sukhnah dengan kota kuno Palmyra (Tadmur) yang berjarak 50 km dari al-Sukhnah.  (alalam)

Pasukan Relawan Irak, Bagaimana Nasibnya Pasca ISIS?

Juru bicara pasukan relawan Irak al-Hashd al-Shaabi, Ahmad al-Asadi, memastikan bahwa pasukan ini akan tetap eksis dalam kondisi apapun, dan dalam konteks ini rancangan udang-undang telah diajukan kepada kabinet Irak untuk kemudian diserahkan kepada parlemen untuk pengesahan.

“Masa depan al-Hashd al-Shaabi telah menjadi obsesi yang dibicarakan oleh para simpatisan maupun pembencinya karena apa yang terjadi pada tahun 2014 (serbuan ISIS ke Mosul) merupakan guncangan bagi dunia,”  ujarnya.

Dia menjelaskan, “Para simpatisan al-Hash al-Shaabi ada yang menginginkan integrasi pasukan ini dengan badan-badan keamanan pemerintah, namun ini dapat merusak tentara dan relawan sendiri, dan ada pula yang menghendaki al-Hashd al-Shaabi tetap seperti semula. Di pihak lain ada pembenci yang sama sekali tidak menghendaki kelestarian al-Hashd al-Shaabi.”

Dia melanjutkan, “Al-Hashd al-Shaabi tetap eksis dan tak akan sirna dalam kondisi apapun… Kami telah mendiskusikan undang-undang  pengabdian dan pensiunan serta kami ajukan kepada dewan kabinet, dan kami menanti dewan ini mengajukannya kepada parlemen untuk dilakukan pemungutan suara atasnya supaya setelah itu tak ada lagi orang yang dapat meniadakannya karena dengan demikian al-Hashd al-Shaabi menjadi lembaga keamanan berdasarkan undang-undang, dan  peniadaannya tidak bisa dilakukan kecuali dengan undang-undang.”

Perdana Menteri Irak Haider Abadi pada 22 Juli 2017 menyebut pasukan relawan yang andil besar dalam penumpasan ISIS di Irak ini sebagai lembaga keamanan yang “fundamental” dan “netral” sehingga sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mengayomi dan melestarikan keberadaannya. (alalam)