Rangkuman Berita Timteng, Jumat 26 Mei 2017

ujicoba rudal iranJakarta, ICMES: Komandan Pasukan Dirgantara Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa IRGC telah membangun pabrik rudal balistik ke-3 di bawah tanah.

Sekjen Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah menegaskan bahwa kubu muqawamah (resistensi anti AS dan Israel) kini “mutlak lebih kuat, sama sekali tidak meredup akibat ancaman dan perang, sementara Deklarasi KTT di Riyadh justru buyar setelah semua pesertanya bubar meninggalkan tempat.

Wakil Menlu Kuwait Khalid al-Jarallah menyatakan semua negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) berusaha memperkuat dan mengembangkan hubungan di antara mereka. Hal ini dia nyatakan menyusul menggelindingnya bola panas terkait pernyataan kontroversial yang dikaitkan kepada Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani.

Lembaga Observatorum Suriah untuk HAM (SOHR) melaporkan sedikitnya 35 warga sipil terbunuh akibat serangan udara pasukan koalisi terhadap kota Mayadin, Suriah.

Berita selengkapnya;

Iran Membangun Pabrik Rudal Balistik Bawah Tanah Ke-3

Komandan Pasukan Dirgantara Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh menyatakan bahwa IRGC telah membangun pabrik rudal balistik ke-3 di bawah tanah.

Dalam sebuah acara peringatan perang Iran – Irak 1980 – 1989 di kota Dezful, Iran selatan, Kamis (25/5/2017), dia menyebut perang ini bukan semata perang Iran melawan pasukan  rezim diktator mendiang Saddam Hossein, melainkan juga melawan semua kekuatan raksasa dunia Amerika Serikat (AS), Uni Soviet, Eropa serta rezim-rezim konservatif Arab.

Lebih lanjut dia menyinggung perkembangan industri rudal di negaranya.

“Dewasa ini sudah dilakukan persiapan, keputusan, dan pembuatan semua bahan dasar dalam pembuatan kerangka rudal, bahan bakar, dan komponen lainnya… Kita terus memperkuat kemampuan rudal kita, dan sudah sewajarnya musuh-musuh kita, AS dan Israel, gusar terhadap industri dan kemampuan rudal kita, demikian pula terhadap tindakan kita membangun kota-kota rudal bawah tanah, sebab mereka ingin bangsa Iran lemah, ” ungkapnya.

Dia kemudian menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini IRGC  telah membangun pabrik ke-3 di bawah tanah untuk produksi rudal.

“Bersama industri-industri yang ada dan bersama Kementerian Pertahanan kita akan terus mengembangkan kemampuan rudal kita dan tidak akan peduli kepada ketakutan yang dirasakan oleh para pengusaha AS,” tuturnya.

Dia mengatakan bahwa rudal balistik baru darat ke darat yang sedang dibuat oleh Iran akan diberi nama “Dezful.”

Menyinggung transaksi senjata Arab Saudi dengan AS senilai 110 miliar USD, Hajizadeh mengatakan, “Hal ini sama sekali tidak membuat kami terperanjat, dan kami yakin bahwa senjata-senjata ini di masa depan akan terpakai untuk mengganyang Rezim Zionis (Israel).”  (alalam)

Sekjen Hizbullah: Deklarasi Riyadh Buyar Bersamaan Dengan Bubarnya KTT

Sekjen Hizbullah Lebanon Sayyid Hassan Nasrallah menegaskan bahwa kubu muqawamah (resistensi anti AS dan Israel) kini “mutlak lebih kuat daripada sebelumnya dari segi jumlah maupun tekad dan keimanan”, dan sama sekali tidak meredup akibat ancaman dan perang.

Dalam pidato berkenaan dengan peringatan 17 tahun mundurnya pasukan Israel dari Lebanon selatan, Kamis (25/5/2017), Sayyid Nassrallah menyatakan kubu muqawamah diperangi sudah sejak dulu, jauh sebelum KTT Riyadh, dan karena itu KTT ini beserta deklarasi dan retorikanya tidak menampilkan sesuatu yang baru.

Dia mengingatkan bahwa para pejuang muqawamah Lebanon dan Palestina mengetahui jalan yang dipilihnya beserta segala resiko yang dihadapinya.

“Mereka tidak akan meninggalkan gelanggang sampai semua kemenangan yang didambakan oleh bangsa-bangsa kami tercapai… Kami menyerukan penghentian perang terhadap Yaman, penghentian perang terhadap oposisi di Bahrain, dan penghentian dukungan kepada kelompok-kelompok takfiri,” tegasnya.

Sayyid Nasrallah memastikan bahwa orang menaruh keyakinan kepada muqawamah tidak akan menunggu siapapun di dunia maupun konsensus dalam negeri dan dukungan asing, apalagi pengalaman kemanangan muqawamah atas musuh, termasuk kelompok-kelompok teroris,  sudah terjadi berulangkali, dan tahap sekarang sangat krusial bagi sejarah Lebanon dan kawasan Timteng.

Mengenai Deklarasi Riyadh dia memastikannya tidak memiliki efek apapun terhadap situasi dalam negeri Lebanon.

“Deklarasi Riyadh dinyatakan dalam KTT bukan terhadap siapapun di antara para peserta, melainkan semata-mata akan buyar setelah semuanya bubar meninggalkan tempat,” tuturnya, sembari menyebutnya sebagai deklarasi “Amerika-Saudi”, “skandal”, dan “dagelan.”

“Apa yang perlu dicermati dalam Pertemuan Puncak Riyadh ialah kesepakatan-kesepakatan bilateral, apa yang dipersembahkan kepada AS, dan apa yang menjadi komitmen AS….  Tujuan Saudi dalam melakukan mobilisasi dalam pertemuan puncaknya ialah mengagungkan Trump dan menampilkan posisinya seolah sebagai negara pusat di dunia Arab, dan mendorong AS supaya masuk dalam konfrontasi langsung dengan Iran dan kubu muqawamah,” terangnya.

Dia menambahkan, “Saudi mengagungkan Trump yang rasis dan pendukung terbesar Israel, dan membesarkan peranan seorang presiden yang bahkan mendapat penentangan di dalam negaranya sendiri yang bisa jadi akan menjatuhkannya… Saudi telah memberikan kepada Trump apa yang belum pernah ia berikan kepada presiden-presiden (AS) sebelumnya, dan di balik pengagungan Trump itu berusaha melindungi sistemnya yang sudah jelas berada di balik faham takfiri.”

Menurut Sekjen Hizbullah, rezim Saudi sudah melihat keburukannya terungkap di depan mata dunia sehingga merasa perlu “menyuap” AS. Dunia memandang Saudi sebagai pusat faham takfiri dan pendukung utama kelompok-kelompok takfiri sehingga Riyadh “membutuhkan tuan Amerika demi menjaga peranannya di kawasan setelah semua proyeknya gagal, mengingat bahwa ISIS diawali dan didanai oleh Saudi…. Sedangkan Iran justru berdiri bersama bangsa-bangsa regional yang terdera terorisme.”

Dia menambahkan bahwa Iran yang menjadi tema dalam Deklarasi Riyadh bukanlah negara yang dikecam oleh presiden Mesir maupun raja Yordania dan Emir Kuwait, dan “dalam beberapa tahun terakhir ini segala sesuatu yang dapat melemahkan Iran sudah dilakukan oleh Saudi, tapi Iran justru semakin kuat dan tangguh.”

Sayyid Nasrallah lantas mengingatkan bahwa satu-satunya jalan penyelesaian bagi krisis Timteng ialah dialog dengan Iran yang memang selalu siap berdialog, dan “Saudi sendiri yang akan merugi dalam semua aksinya anti Iran.” (rayalyoum)

Kuwait Angkat Bicara Mengenai Gejolak Teluk Terkait “Pernyataan Emir Qatar”

Wakil Menlu Kuwait Khalid al-Jarallah menyatakan semua negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) berusaha memperkuat dan mengembangkan hubungan di antara mereka. Hal ini dia nyatakan menyusul menggelindingnya bola panas terkait pernyataan kontroversial yang dikaitkan kepada Emir Qatar Syeikh Tamim bin Hamad al-Thani.

Al-Jarallah, Kamis (25/5/2017), mengaku pihaknya terus mencermati “perkembangan memprihatinkan” terkait pernyataan yang dinisbatkan kepada Emi Qatar, dan Kuwait akan terus berupaya tanpa henti untuk meredakan ketegangan antarnegara anggota.

“Kami yakin sepenuhnya bahwa pengalaman negara-negara GCC sanggup mengatasi masalah-masalah seperti ini dan lain-lain…Keyakinan dan kebijaksanaan para pemimpin kami memungkinkan kami mengantisipasi dampak-dampak negatif perkembangan ini, dan komunikasi antarnegara GCC ada dan tak berhenti sebelum maupun setelah perkembangan ini, ” katanya.

Mengenai kabar penarikan para duta besar Qatar dari Saudi, Mesir, Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab, dia mengatakan, “Kami tidak mendengar penarikan para duta besar ini kecuali di surat kabar.”

Kantor berita Qatar, QNA, Selasa malam lalu (23/5/2017)melansir berita bahwa Emir Qatar melontarkan berbagai pernyataan kontroversial, menyudutkan Arab Saudi, dan tak sejalan dengan Deklarasi Riyadh, termasuk bahwa Qatar dapat menjalin hubungan kuat dengan AS sekaligus Iran, dan bahwa Hamas dan Hizbullah bukanlah kelompok teroris, melainkan representasi yang sah bagi bangsa Palestina, dan bahwa Arab Saudi telah menghamburkan kekayaan negara demi senjata, bukan demi pembangunan.

Rabu dini hari waktu setempat (24/5/2017), QNA membantah kebenaran laporan mengenai pernyataan Emir Qatar tersebut, dan mengaku situsnya diretas “oleh pihak yang tidak diketahui sampai sekarang.”

Sementara itu, kantor berita Iran, IRNA, Kamis, mengutip laporan situs pemberitaan al-Youm7 yang berbasis di Mesir bahwa sumber-sumber yang dekat dengan forum-forum politik di Doha, ibu kota Qatar, menyatakan Emir Qatar menolak mediasi siapapun, termasuk negara besar, yang bertujuan mendesak dirinya supaya meminta maaf kepada GCC demi menghindari perpecahaan dalam tubuh organisasi negara-negara Arab Teluk Persia ini. (rayalyoum/irna)

Serangan Koalisi Internasional Tewaskan 35 Warga Sipil Di Suriah

Lembaga Observatorum Suriah untuk HAM (SOHR) melaporkan sedikitnya 35 warga sipil terbunuh akibat serangan udara pasukan koalisi terhadap kota Mayadin yang dikuasai kelompok teroris ISIS di bagian timur Suriah, Kamis malam (25/5/2017).

Direktur Pelaksana SOHR Rami Abdulrahman via telefon mengatakan kepada AFP, “Sedikitnya 35 warga sipil tewas, termasuk 26 anggota keluarga kombatan ISIS berkewarganegaraan Suriah dan Maroko.” (rayalyoum)