Rangkuman Berita Timteng 31 Juli 2017

hizbhizbullah-galileeJakarta, ICMES: Situs harian Israel Yedioth Ahronoth memuat laporan mengenai sebuah foto yang beredar secara viral di media sosial mengenai pesan keras para pejuang Hizbullah Lebanon terhadap Rezim Zionis Israel.

Kelompok pejuang Ansarullah Yaman (Houthi) mengajak aliansi Arab pimpinan Kerajaan Arab Saudi yang menyerang Yaman menandatangani perjanjian “gencatan senjata kongkret” yang mengikat semua pihak untuk berhenti berperang selama bulan-bulan haram.

Kementerian Wakaf Dan Urusan Islam Qatar membantah “berita palsu” yang dipublikasi oleh media Arab Saudi bahwa “Doha menutup pintu pendaftaraan ibadah haji bagi warga Qatar.”

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan bahwa menyebut Qatar menabuh genderang perang karena telah mengusulkan internasionalisasi dua kota suci Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.

Berita selengkapnya;

Foto Pesan Hizbullah Ini Gemparkan Lebanon Dan Israel

Situs harian Israel Yedioth Ahronoth (YA), Minggu (30/7/2017), memuat laporan mengenai sebuah foto yang beredar secara viral di media sosial mengenai pesan keras para pejuang Hizbullah Lebanon terhadap Rezim Zionis Israel.

YA menyebutkan bahwa pesan itu merupakan ancaman nyata dan tegas di mana Hizbullah menyatakan siap menyerbu dan membebaskan kawasan Galilee (al-Jalil) yang terletak di bagian utara Israel alias wilayah pendudukan Palestina tahun 1948.

Dalam foto itu terlihat seorang pejuang Hizbullah yang bagian kepalanya tidak terpotret dan berada di ruang terbuka di kawasan kelompok ini berlaga melawan kelompok teroris Jabhat al-Nusra di Lebanon timur menunjukkan sebuah pesan  berbahasa Arab yang ditujukan kepada juru bicara Pasukan Pertahanan Israel , Avichai Adrae.

“Avichai Adrae, kami berlatih dengan (memerangi) Jabhat al-Nusra sebagai persiapan untuk menyerbu Galilee,” bunyi pesan itu.

YA menilai pesan ini sebagai ancaman secara tegas dan terbuka dari Hizbullah terhadap Rezim Zionis Israel.

Menurut YA, foto ini menjadi viral di media sosial warga Lebanon sehingga juga dimuat oleh beberapa surat kabar Lebanon yang menyebutkan bahwa foto itu diambil di kawasan antara Arsal, Lebanon, dan Qalamoun, Suriah, yaitu kawasan di mana Hizbullah telah berperang selama beberapa hari dan berhasil mengalahkan lawannya, Jabhat al-Nusra, cabang jaringan teroris al-Qaeda.

Sementara itu, pejabat wilayah Arsal Rima Karanbi kepada lembaga pemberitaan Ria Novosti milik Rusia menyatakan sebanyak 200 anggota Jabhat al-Nusra, termasuk Abu Malik al-Tali, akan angkat kaki meninggalkan wilayah ini tanpa pertempuran sesuai kesepakatan gencatan senjata kelompok ini dengan Hizbullah.

“Saya tidak memiliki keterangan detail, tapi dapat dikatakan bahwa dewasa ini telah dicapai kesepakatan tersendiri, dan saya mendapat informasi bahwa mereka (Jabhat al-Nusra) telah mengemas perlengkapan mereka di Wadi Hamid (daerah kamp pengungsu Suriah). Sesuai kesepakatan ini, semua kawasan bersenjata harus beranjak meninggalkan daerah pegunungan Arsal,” papar Karanbi.

Sebelumnya pihak Hizbullah menyatakan bahwa kesepakatan itu juga menegaskan keharusan Jabhat al-Nusra melepaskan lima orang tawanan Hizbullah dan meninggalkan Lebanon menuju provinsi Aleppo, Suriah.

Menurut al-Alam, dalam pertempuran enam hari Hizbullah berhasil membebaskan kawasan pegunungan Arsal seluas 90 kilometer persegi dan mengusir kawanan teroris dari sana. Selain itu, tentara Suriah dan sekutunya berhasil menguasai penuh kawasan Falita, Suriah, di daerah pegunungan yang bersebelahan dengan Arsal.

Arsal merupakan kawasan yang paling rawan konflik di wilayah perbatasan Lebanon-Suriah dan digunakan oleh para teroris untuk menyelundupkan senjata ke Suriah.

Di situ mereka merasa aman dari serangan tentara Lebanon karena dapat membaur dengan para pengungsi Suriah di kamp-kamp pengungsi, dan tempat pengungsian ini mereka merencanakan serangan teror di wilayah Lebanon serta merekrut anggota baru. Belakangan mereka digempur oleh Hizbullah hingga terkepung total lalu menyerah untuk meninggalkan kawasan ini melalui media pihak lain.  (quds/alalam)

Ansarullah Yaman Ajak Saudi Terapkan Gencatan Senjata Di Bulan Haram

Kelompok pejuang Ansarullah Yaman (Houthi) mengajak aliansi Arab pimpinan Kerajaan Arab Saudi yang menyerang Yaman menandatangani perjanjian “gencatan senjata kongkret” yang mengikat semua pihak untuk berhenti berperang selama bulan-bulan haram, yaitu bulan-bulan yang dimuliakan dalam al-Quran sehingga umat Islam dilarang berperang kecuali diserang.

Ajakan seperti ini merupakan yang pertama kali di tengah eksalasi pertempuran di sejumlah front di Yaman dan kawasan perbatasan negara ini dengan Arab Saudi.

Pemimpin “Komisi Tinggi Revolusi” Mohammad Ali al-Houthi dalam statemennya yang disebar melalui Twitter meminta Kerajaaan Arab Saudi “meneken gencatan senjata kongkret di al-Bait al-Haram yang mengikat semua pihak untuk menghentikan pertempuran di semua front, membuka blokade, dan memperkenankan jemaah Yaman menunaikan ibadah haji sampai berakhirnya bulan-bulan haram.”

Al-Houthi menyatakan bahwa ajakan ini semata-mata demi “memuliakan dan mengagungkan bulan-bulan haram”, dan bukan berarti bahwa kelompok ini tidak menyadari statusnya sebagai pihak yang bukan memulai perang.

“Rezim Saudi harus membuktikan bahwa rezim ini bukan agresor melainkan bertindak untuk memerangi teroris,” ungkap al-Houthi.

Bulan-bulan haram dalam kalender Hijriah yang digunakan oleh umat Islam ialah Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam tradisi Islam dan bahkan tradisi jaman Jahilirah, peperangan di bulan-bulan itu hendaknya dihentikan demi keamanan para penunai ibadah haji serta para saudagar yang bermaksud mendatangi tempat-tempat ibadah dan perniagaan.

Belum ada keterangan resmi dari kelompok al-Houthi maupun lawannya, kelompok presiden tersingkir Abd Rabbuh Mansour Hadi, yang didukung oleh Saudi dan sekutunya terkait dengan seruan melalui Twitter tersebut.

Sementara itu, kantor berita Arab Saudi, SPA, melaporkan bahwa tiga tentara Saudi, satu di antaranya perwira, tewas dalam pertempuran dengan pasukan Ansarullah yang didukung oleh pasukan mantan presiden Ali Abdullah Saleh di wilayah perbatasan Saudi-Yaman.

Menurut catatan kantor berita Turki, Anadolu, dengan tewasnya tiga tentara itu maka jumlah tentara Saudi yang tewas sejak 10 Mei lalu dalam perang Yaman bertambah menjadi 46 orang.

Saudi dan sekutunya melancarkan serangan ke Yaman sejak 26 Maret 2016 dengan dalih untuk membela pemerintahan Mansour Hadi. Pemerintahan ini tersingkir dari Sanaa oleh revolusi rakyat yang digerakkan oleh Ansarullah yang berhasil menguasai ibu kota Yaman ini sejak 21 September 2014. (rayalyoum)

Qatar Tuding Saudi Gunakan Ibadah Haji Sebagai Alat Penekan

Kementerian Wakaf Dan Urusan Islam Qatar membantah “berita palsu” yang dipublikasi oleh media Arab Saudi bahwa “Doha menutup pintu pendaftaraan ibadah haji bagi warga Qatar.”

Dalam statemennya yang dirilis, Ahad (30/7/2017), kementerian itu menegaskan, “Berita-berita palsu yang ditekuni oleh media Saudi dengan segala perbedaannya itu datang belakangan ini dalam rangka serangan propaganda terhadap Qatar dan mendistorsi fakta demi menciptakan kendala bagi para jemaah haji Baitullah al-Haram dari negara Qatar sebagai dampak krisis yang diciptakan oleh negara-negara pemboikot.”

Kementerian Wakaf Dan Urusan Islam Qatar kemudian menuding Kementerian Haji Dan Umrah Arab Saudi enggan berkomunikasi dengan pemerintah Qatar untuk menjamin keselamatan dan kemudahan para jemaah Qatar dalam menjalankan ibadah wajib ini, karena bagaimanapun juga masalah ini bergantung sepenuhnya kepada otoritas Arab Saudi.

Kementerian Qatar itu ini menyayangkan Kementerian Haji Dan Umrah Saudi karena telah “menolak memberikan jaminan bagi keselamatan jemaah haji Qatar. (huffpostarabi)

Saudi Sebut “Internasionalisasi” Haramain “Pernyataan Perang” Qatar

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir menyatakan bahwa Qatar tidak menerapkan kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai dalam KTT Negara-Negara Islam dengan Amerika Serikat di Riyadh beberapa waktu lalu sehingga krisis Qatar menjadi berlarut-larut tanpa penyelesaian.

Al-Jubeir kembali menuding Qatar sebagai negara pendukung teroris.

“Tak ada negosiasi mengenai teroris, baik yang putih maupun yang hitam. Kami siap berunding dengan Qatar, tapi untuk penerapan permintaan, ” katanya, seperti dikutip Ray al-Youm, Minggu (30/7/2017).

Dia juga balik mengklaim bahwa Qatar mengangkat isu haji justru untuk “politisasi” penanganan ibadah haji.

Di bagian lain pernyataannya dalam sebuah jumpa pers dan dalam wawancara dengan TV Alarabiya, Al-Jubeir juga membuat pernyataan yang lebih panas untuk Qatar.

Dia menyatakan bahwa usulan “internasionalisasi” dua kota suci Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah yang dilontarkan oleh Qatar merupakan “campurtangan” terhadap kedaulatan Kerajaan Saudi atas keduanya, dan bahkan merupakan “pernyataan perang” Qatar terhadap Saudi.

“Permintaan Qatar untuk internasionalisasi Haramain dan campurtangan dalam kedaulatan Kerajaan ini atas keduanya adalah pernyataan perang, dan kami mempertahankan hak kami untuk bereaksi terhadap pihak manapun yang meminta internasionalisasi ini,” tegasnya.

Pernyataan al-Jubeir ini mengacu pada pengaduan Komnas HAM Qatar kepada PBB terkait dengan apa yang disebutnya “politisasi” urusan agama oleh Saudi sehingga menjadi “pelanggaran secara terbuka terhadap semua perjanjian dan konvensi internasional.” (rayalyoum)