Rangkuman Berita Utama Timteng Senin 16 September 2019

kebakaran kilang minyak saudiJakarta, ICMES. Para pakar meledek statemen berbau tuduhan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo terhadap Iran berkenaan dengan serangan dahsyat drone Ansarullah (Houthi) terhadap pabrik minyak Saudi.

Seorang pejabat tinggi AS menyatakan bahwa zona dan akurasi serangan yang menerjang kilang minyak besar Arab Saudi menunjukkan keterlibatan Iran.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed Bin Salman kecewa berat terhadap sikap Presiden AS Donald Trump terkait dengan serangan yang telah menimbulkan kebakaran hebat di dua pabrik raksasa minyak Saudi .

Telah beredar sebuah foto yang disebut-sebut sebagai rudal baru kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Berita selengkapnya:

Soal Serangan Ansarullah ke Aramco, Para Pakar Meledek Tudingan Menlu AS terhadap Iran

Para pakar meledek statemen berbau tuduhan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo terhadap Iran berkenaan dengan serangan dahsyat drone Ansarullah (Houthi) terhadap dua pabrik minyak milik perusahaan minyak nasional Arab Saudi, Aramco, di Buqaiq dan Khuraish.

Mike Pompeo menyatakan bahwa serangan itu kemungkinan dilakukan dengan menggunakan rudal cruise yang ditembakkan dari wilayah Iran atau Irak, namun para pakar menilai tuduhan itu asal-asal, aneh, dan lebih merupakan upaya Pompeo menutupi kegagalan sistem pertahanan udara AS yang dioperasikan di Saudi.

Mereka menyatakan bahwa di satu sisi komentar Pompeo itu sekedar pernyataan spontan yang tidak mengacu pada laporan Pantagon, dan di sisi lain Pentagon memiliki fasilitas satelit serta radar di kapal-kapal dan pangkalan militernya di Teluk Persia untuk dapat mengetahui dari mana serangan itu berasal tanpa menunggu analisa dan statemen pihak lain.

Para pakar juga menyebut spekulasi Pompeo sama sekali tidak disertai argumen sehingga lebih cenderung kepada upaya mengaburkan aspek kegagalan sistem pertahanan udara AS semata.

Aramco selama ini dilindungi oleh jet-jet tempur dan rudal-rudal canggih yang diawasi langsung oleh AS karena fasilitas Aramco merupakan urat nadi ekonomi Saudi dan strategis bagi ekonomi dunia karena dengannya Saudi menyuplai minyak ke pasar global.

Terjangan sejumlah drone Ansarullah Yaman terhadap fasilitas Aramco menunjukkan bahwa Perang Yaman kian menguak fakta keterbatasan kemampuan sistem pertahanan udara AS dalam menangkis rudal balistik, rudal cruise, dan pesawat nirawak.

Pentagon juga sudah mengerahkan tim ahlinya untuk mengawasi kinerja radar buatan AS yang dioperasikan di Saudi, tapi ternyata gagal mencegat banyak pesawat nirawak dan rudal Ansarullah. (raialyoum)

Pejabat AS Curigai Iran Karena Tingginya Akurasi Serangan ke Kilang Minyak Saudi

Seorang pejabat tinggi pada pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa zona dan akurasi serangan yang menerjang kilang minyak besar Arab Saudi menunjukkan bahwa serangan tidak mungkin dilancarkan oleh Ansarullah (Houthi), melainkan datang dari arah barat laut dan bukan dari Yaman yang terletak di selatan.

Pejabat anonim itu, Ahad (15/9/2019), menyatakan bahwa hal itu membuktikan keterlibatan Iran dalam serangan drone tersebut.

“Tak ada keraguan bahwa Iran bertanggungjawabatas serangan ini. Meski ada upaya bantahan, namun perkaranya menunjukkan hal itu dan tak ada kemungkinan lain. Petunjuk yang ada menandakan bahwa Iran bertanggungjawab atas serangan ini,” ungkapnya kepada Reuters.

Seperti diketahui, pada Sabtu dini hari lalu (14/9/2019), serangan hebat menerjang pabrik minyak besar Saudi di Buqaiq dan Khuraish. Kelompok pejuang Ansarullah di Yaman mengaku bertanggungjawab atas serangan yang menimbulkan kebakaran besar itu, dan menyatakan bahwa serangan itu dilancarkan dengan menggunakan 10 unit pesawat nirawak.

Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman menyatakan serangan itu telah melumpuhkan produksi minyak sebanyak 5.7 juta barel per hari atau lebih dari 50 persen volume produksi minyak negara ini. AS lantas menuding Iran berada di balik serangan ini, namun pemerintah Iran menepisnya. (raialyoum)

AS Enggan Menyerang Iran, Putra Mahkota Saudi Kecewa Berat

Pegiat media sosial Arab Saudi pengguna akun Twitter “@mujtahidd” mengabarkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed Bin Salman kecewa berat terhadap sikap Presiden AS Donald Trump terkait dengan serangan yang telah menimbulkan kebakaran hebat di dua pabrik raksasa minyak Saudi di kawasan Abqaiq (Buqaiq) dan Khuraish.

“Bin Salman kecewa berat karena AS telah memberitahukan kepadanya keinginan untuk menghukum Iran atas pemboman terhadap Abqaiq, tapi tidak menghendaki serangan ke dalam wilayah Iran karena khawatir terjadi konfrontasi total,” cuit Mujtahidd, dini hari Senin (15/9/2019).

Dia menambahkan, “Perhatian sekarang tertuju pada hukuman terhadap Iran dengan serangan terhadap al-Hashd al-Shaabi di Irak, yang dilimpahi tanggungjawab oleh AS.” Al-Hashd al-Shaabi adalah pasukan relawan Irak yang bersekutu dengan Iran.

Menurut Mujtahidd, Bin Salman kecewa karena dia “menghendaki serangan telak terhadap Iran sendiri, tanpa menyadari dampak-dampak konfrontasi total.”

Sehari sebelumnya, Gedung Putih menegaskan keinginan Trump mengadakan pertemuan dengan sejawatnya dari Iran, Hassan Rouhani, meskipun Washington menuding Teheran berada di balik serangan mematikan tersebut.

Sementara itu, pakar militer Kol. Abdul Ghani al-Zubaidi kepada saluran TV al-Alam milik Iran, Ahad, mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan pesan bagi Saudi dan AS.

Dia menjelaskan bahwa AS-lah yang mengatur pasukan koalisi yang dipimpin Saudi dalam agresinya terhadap Yaman, dan AS pula pihak yang paling diuntungkan oleh agresi itu. Dengan berkobarnya Perang Yaman, AS telah meraup dana miliaran Dolar dari penjualan senjatanya kepada Saudi dan sekutunya.

Namun, lanjut al-Zubaidi, meski Saudi sudah habis-habisan berbelanja senjata demi kelangsungan perang di Yaman, ujung-ujungnya berbagai pihak di Saudi kini menyoal optimalitas dukungan AS kepada agresi Saudi dan sekutunya ke Yaman karena Saudi dan sekutunya kini semakin terbukti rentan serangan dari pihak Ansarullah yang mereka gempur.

Al-Zubaidi menyinggung kasus serangan sebelumnya yang menerjang ladang minyak al-Shaybah milik Saudi. Menurutnya, pasukan Ansarulllah bahkan sebenarnya bisa menghancurkan ladang minyak itu secara total, tapi pihak pimpinan Ansarullah enggan melakukan sejauh itu semata karena faktor perencanaan strategis serta aspek kemanusiaan dan moral.

Mengenai sejauh mana kepedulian AS kepada Saudi, dia menyebutkan bahwa Aramco adalah “sapi perah” terbesar, bukan Saudi itu sendiri, dan karena itu jika Saudi terancam bahaya maka yang diprioritaskan oleh Washington hanyalah sektor perminyakannya saja, sementara sektor ini juga merupakan pemicu utama agresi Saudi terhadap Yaman. (alalam)

Foto “Rudal Baru Hizbullah” Beredar Viral di Media Sosial

Telah beredar viral di tengah netizen Arab sebuah foto yang diunggah pertama kali di Twitter dan disertai keterangan bahwa itu merupakan gambar rudal baru kelompok pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Pada foto itu terlihat sebuah rudal berukuran besar dan berlogo Hizbullah. Disebutkan bahwa foto itu disebar oleh media “al-I’lam al-Harbi”.

Menurut pengguna akun Twitter “@south_thaer”, rudal itu merupakan senjata khusus untuk menghancurkan segala jenis kapal perang. (raialyoum)